Setelah kau pergi di 2018.
Hari ini aku tak ingin kemanapun. Aku bolos kuliah dan mengabaikan teriakan Eka dari luar. Mengingat kenanganku bersama Reyhan membuat air mataku tak hentinya keluar. Aku tak tau akan sesakit ini berpisah dengannya. Mengingat hubunganku dengannya sudah berakhir, aku semakin membenci Gani. Apa ini karma buatku yang masih mencintai Gani walaupun aku sedang bersama Reyhan. Aku tak ingin agi bertemu Gani, mulai sekarang aku harus benar-benar membencinya. Dia yang pernah menyakitiku, tapi mengapa aku masih mencintainya saat aku bersama orang yang belum pernah sekalipun membuatku sakit hati.
Tak ada hal yang aku lakukan selain menangis dan mengingat tentang Reyhan. Berkali-kali aku mencoba menghubunginya, tapi nomor ponselnya sudah tidak aktif. Berkali-kali aku meyalahkan diriku yang selama ini tak pernah menghargai ketulusan Reyhan.
Kini saat aku sudah tak lagi bersama Reyha, entah megapa kenangan kita selama ini terasa begitu indah. Berbagai skenario yang kami jalankan sangat berkesan. Bahkan, sampai detik ini pun aku masih bisa merasakan getarannya. Aku rindu dia, aku sangat merindukannya.
"Nin.. kamu baik-baik saja kan? Cepat buka pintunya. Jangan bikin aku khawatir" teriak Eka yang kesekian kalinya.
Aku hanya diam dan tidak berniat menjawabnya. Aku hanya ingin sendiri, mengingat semua kesalahan yang selama ini aku lakukan pada Reyhan. Dan kesalahan terbesarku adalah laki-laki itu, laki-laki yang masih mengisi hatiku walau sudah bertahun-tahun lamanya. Berkali-kali aku memaki diriku yang sebodoh ini, bagaimana bisa aku masih mencintainya hanya karena dia cinta pertamaku, sekaligus orang pertama yang mengajariku patah hati.
"Ini semua salah Gani. Kenapa dia masih saja hadir dalam hidupku" makiku pada diri sendiri.
"Atau ini semua memang salahku? Yang begitu bodoh mempertahankan perasaan tak penting bocah sepuluh tahun" makiku lagi
Bersamaan dengan cahaya senja yang merambat ke kamarku, kenangan bersama Reyhan dan Gani melebur menjadi satu. Membawaku pada dilema luka, yang membuatku bertanya-tanya karena siapa aku merasakan sakit yang luar biasa ini.
Hingga rembulan datang menyapa, aku masih sendiri menatap langit sendu.
Ditemani alunan lagu syahdu, kuterlelap masih dengan air mata.