"Jadi, bagaimana?" tanyaku.
"Informasi yang kau dapat masih kurang, besok Matt akan menemanimu." ujar Kean.
"Kok aku? Jean saja!" keluh Matt.
Kean menggeleng. "Jean terlalu ceroboh. Bisa-bisa misi ini gagal." perkataan Kean berhasil mendapatkan tatapan sinis dari Jean.
"Kenapa tidak kau saja?" tanyaku.
"Aku dan Jean mendapat misi baru. Menangkap pencuri emas yang sepertinya akan pergi ke Endereska besok."
Aku berdecak. "Aku bingung, Ke! Kenapa kita harus menguak identitas kelompok itu?!"
Jean menyahut. "Geng mereka dicurigai sebagai pengikut aliran sesat. Mereka tertutup, dan sulit diajak bicara. Dari informasi yang kita dapat, mereka benar-benar sekumpulan orang aneh. Setiap hari, tepat pukul 12 malam, mereka datang ke hutan, berpegangan tangan, berjalan memutar, sambil bergumam aneh. Setelahnya mereka berbicara tentang kehidupan mereka."
Matt mengangguk. "Warga sekitar diresahkan dengan keadaan kelompok itu. Tapi tunggu dulu, berdasarkan informasi yang diberikan Ketua, mereka menggunakan jubah bertudung putih, tapi mengapa dari ceritamu mereka tidak memakainya?"
"Selalu saja ada pembunuhan misterius yang terjadi di Teresvia. Pembunuhnya melakukannya secara acak, dan tidak berpola. Warga curiga, itu ulah kelompok aneh itu. Ditambah dengan informasi mu barusan Lynn, itu semakin menguatkan pemikiranku bahwa kejahatan di Teresvia dilakukan oleh mereka." tambah Kean.
"Aku rasa tidak. Mereka tampak seperti kelompok biasa yang mungkin memang sedikit aneh, tapi sepertinya mereka tidak berbahaya." ujarku.
Jean menatapku tajam. "Tidak berbahaya katamu? Beberapa diantara mereka adalah penjahat, kau ingat?!" bentak Jean kepadaku.
Matt setuju. "Kita harus segera mengungkap identitas mereka."
"Oh ayolah, belum ada bukti yang menunjukkan jika mereka bersalah kan? Kenapa kita tidak menyelidikinya saat mereka—"
"Lynn, Teresvia mulai hancur semenjak adanya kelompok bodoh itu. Apa kau tidak curiga saat Melvour dan Endereska kini tengah mengibarkan bendera perang pada kita?" tanya Kean padaku.
Aku terdiam. Kean benar. Beberapa hari lalu, Melvour dan Endereska kembali berperang, dan mereka menyertakan Teresvia kedalamnya. Tak tau ada angin apa, semua terjadi begitu saja. Ralat, semua terjadi saat kelompok aneh itu muncul.
Kelompok tudung putih. Pada awal mereka muncul, mereka menggunakan jubah tudung putih. Tapi hari berikut-berikutnya tidak. Aku sendiri bingung, kenapa warga sangat mencemaskan kelompok 'yang belum diketahui kejahatannya' ini?
Katanya juga, semenjak mereka muncul, banyak terjadi kasus pembunuhan. Baik di Negri Teresvia, ataupun di negeri seberang, Melvour dan Endereska.
Sialnya, kelompok itu menetap di Teresvia.
"Kean, aku—"
Kean memotong ucapanku. "Kita harus segera memecahkan masalah ini."
Diskusi pun berakhir, tepat saat mentari muncul.
***
Aku membuka dokumen-dokumen milik Kean. Sebagian berisi coretan pengamatan, dan sisanya ketikan laporan hasil pengamatan. Dokumen ini sudah sering sekali aku baca, aku sampai hafal isinya. Aku berharap bisa mendapatkan sedikit petunjuk, tapi nyatanya tidak ada.
"Ck, apa tidak ada petunjuk lagi?" keluhku.
Aku memutuskan untuk turun ke bawah. Di bawah, aku melihat Matt, Jean, dan Kean sedang merapikan barang-barangnya.
"Kalian mau kemana?" tanyaku.
Matt menoleh ke arahku. "Oh, Lynn. Bawa barang-barang pentingmu. Kita akan menyelidiki kelompok aneh ini bersama."
Aku mendelik. "Kenapa tidak nanti malam saja?"
"Memang nanti malam. Sekarang bereskan dulu barang-barangmu, agar nanti malam kita langsung berangkat." timpal Kean.
Aku mengangguk paham. Kemudian aku mengambil tas dan memasukkan barang-barang penting kedalamnya. Tapi, ada satu benda yang menarik perhatianku.
Di meja kerjaku. 1 buah keping CD.
"Kean, ini milikmu?" tanyaku.
Kean menoleh. "Itu apa?"
"Karena aku nggak tahu makanya aku nanya, kenapa kamu malah balik tanya?"
"Itu bukan punyaku. Je, Matt, punya kalian?" tanya Kean.
Matt dan Jean menggeleng.
CD itu bertuliskan 'Play Me'. Aku beranjak kebawah TV, dan memasukan CD tersebut ke pemutar kaset film. CD terputar. Kami berempat menontonnya dengan serius.
Halo manusia! Kenalkan, aku Fe.
Aku tau, kalian sedang menyelidiki kelompok 'misterius' itu. Nah, disini aku akan membantu kalian! Tapi, dengarkan baik-baik, karena aku takkan mengulangi untuk yang kedua kali.
Nama kelompok itu Midnight Sky. Setiap malam, pukul 12, mereka akan berkumpul di gubuk tak terpakai. Lalu, mereka akan memperkenalkan sekilas tentang diri mereka. Pengalaman pahit, manis, dan lain semacamnya. Semacam biografi kehidupan mungkin?
Kemudian, mereka akan berangkat ke hutan. Membuat lambang di tanah, dan menuliskan Midnight Sky di atas lambangnya. Lalu, di letakkan lentera diatasnya.
Setelahnya mereka akan berpegangan tangan, lalu berputar. Oh iya, menyanyi! Mereka bernyanyi lagu kelompok mereka. Lagu itu ditulis dengan bahasa asing, jadinya tampak seperti orang yang sedang bergumam bukan? Hahaha.
Berikutnya mereka akan kembali duduk melingkar, dan menceritakan masalah-masalah mereka. Mereka melakukan itu setiap hari, berulang-ulang, sampai pukul 3 pagi.
Tidak menyeramkan, bukan? Tapi tunggu dulu! Aku akan membocorkan satu rahasia penting yang mungkin akan membantu kalian. Dan, beberapa pertanyaan mungkin?
Pertanyaan pertama, apa tujuan kalian menyelidiki Midnight Sky?
Kedua, apa yang kalian pikirkan tentang Midnight Sky?
Terakhir, apa untungnya bagi kalian jika mengetahui identitas asli Midnight Sky?
Nah, sesuai janjiku. Aku beri tahu kalian satu rahasia.
Kami, tidak seperti yang kalian pikirkan.
Rekaman terhenti. CD itu hanya berisi suara dengan latar belakang hitam. Aku masih sibuk mencerna apa yang barusan kudengar. Satu poin yang berhasil aku tangkap, nama kelompok mereka Midnight Sky.
Sepertinya nama itu tampak familiar. Ah, benar. Aku pernah mendengarya saat mereka di tempat kumuh itu.
Aku memutar otakku. Semua yang ia katakan hampir sama dengan yang dikatakan Ketua, dan hasil penelitian kami. Semuanya seakan berputar-putar di informasi yang sama. Seperti menemui jalan buntu.
Tapi aku tertarik dengan pertanyaan si 'Fe' tadi. Itu pertanyaan sederhana, yang bisa kujawab dengan mudah seharusnya. Tapi kenapa, rasanya sangat sulit untuk menjawab?
Aku melirik ke arah rekan-rekanku. Mereka diam, serius berpikir. Saking seriusnya, aku bahkan tak berani menegur mereka.
"Apa barang kalian sudah siapa?" tanya Kean.
Aku, Matt, dan Jean mengangguk. "Kalau begitu mari kita diskusikan hal ini." lanjut Kean.
"Apa ini... hanya iseng?" tanya Matt.
"Tidak. Aku pikir ini serius." jawabku.
"Dia menyebut kita manusia. Apa itu tandanya dia bukan manusia?" tanya Jean.
Aku tersentak. Benar juga! Aku bahkan tidak kepikiran perkataan 'Fe' yang menyebut kami manusia di awal rekaman.
"Mungkin. Tapi kemungkinan itu hanya 1:10." ujar Matt.
"Apa kalian bisa menjawab pertanyaan 'Fe'?" tanyaku.
Matt, Jean, dan Kean menggeleng. Aku menghela napas kasar.
"Fe... dia datang secara tiba-tiba, apa benar dia mau membantu kita? Kenapa rasanya aku ragu?" lanjutku.