Read More >>"> Midnight Sky (Tiga) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Midnight Sky
MENU
About Us  

"Pertanyaan Fe tadi itu sederhana, tapi kenapa..." ujar Jean. Ya, aku tau perasaannya. Tau jawaban, tapi tak bisa menjawab. Sama sepertiku.

"Ke, bagaimana menurutmu?" tanyaku.

"Si Fe ini tidak terlalu membantu kita. Dari hasil pengamatan kita, dia hanya menambahkan beberapa bagian yang tidak terlalu penting menurutku." jawab Kean.

"Lalu bagaimana dengan kalimat 'Kami tidak seperti yang kalian pikirkan'?" tanya Matt.

Ah, benar juga. Yang aku pikirkan tentang kelompok Midnight Sky adalah, mereka kelompok aneh yang keberadaannya meresahkan warga. Kalau 'Fe' bilang mereka tidak seperti yang kita pikirkan, lantas siapa sebenarnya Midnight Sky ini?

Apa tujuan mereka sebenarnya?

"Lynn, Fe ini tidak menyebutkan jubah bertudung putih. Apa itu artinya jubah itu tidak penting?" tanya Jean padaku.

Jujur saja, aku baru tau hal itu. Aku mengaku, aku tidak terlalu memperhatikan rekaman tadi.

"Hah? Oh, iya. Oh iya! Benar! Jadi, bagaimana?" tanyaku. Aku tidak mau terlihat tidak memperhatikan rekaman CD tadi. Tapi sepertinya, Kean tahu hal itu.

"Jangan melamun." katanya.

"Maaf." 

Sempat terjadi keheningan sebentar, sampai Matt memecahkannya. "Emm, terus sekarang bagaimana?" 

Kean mengambil kertas dan menuliskan sesuatu diatasnya.

"Sekarang tengah hari. Sana mandi, lalu kita makan siang. Setelahnya istirahat. Kita akan bekerja sangat keras malam ini." ujar Kean.

Aku mengangguk. "Apa yang kau tulis, Ke?" tanyaku.

"Perkataan Fe tadi. Jaga-jaga agar kita tidak lupa. Kita akan membahas ini lagi besok."

Kean beranjak ke dalam kamarnya, disusul Matt dibelakangnya. Jean juga mengajakku kembali ke kamar yang aku jawab dengan anggukan.

***

"Kau sudah mandi, Lynn?" tanya Jean.

"Sudah, kau juga kan?" 

Jean mengangguk. "Ayo, kita makan." 

Aku dan Jean menuju dapur dan melihat makanan yang tersedia disana. Sup lagi? 

"Kean, aku bosan. Kenapa kita makan sup terus sih?" keluh Jean.

"Jangan bawel. Hanya itu yang kita punya." jawab Matt.

"Ih, tapi kan..." rengek Jean. Dia memang sangat kekanak-kanakkan.

"Tutup mulutmu." kataku.

Jean cemberut. Dia kemudian mengambil makanan, dan duduk disamping Matt. Begitupula denganku. Kami berempat makan bersama. Bukan di meja makan, tapi di ruang diskusi.

"Sepertinya kita akan membutuhkan banyak energi. Persiapkan diri kalian dengan baik." 

Setelah berkata begitu, Kean beranjak pergi dari tempatnya. Suasana kemudian menjadi hening. Kami sibuk dengan pikkiran kami masing-masing.

"Kalian, kalian percaya pada Fe?" tanyaku.

Dan, pertanyaanku dibalas dengan keheningan. Tanda mereka tak tau harus menjawab apa.

"Fe... baik atau tidak, ya?" tanyaku lagi. 

Dan lagi, mereka hanya diam tak menjawab.

Aku beranjak meninggalkan Jean dan Matt dang menghampiri Kean.

"Kean, bagaimana dengamu dan Jean?" tanyaku.

Kean menaikan sebelah alisnya. "Ada apa denganku dan Jean?"

"Ck, misi kalian. Yang menangkap penjahat itu."

"Oh. Akan kuundur menjadi besok." jawabnya enteng.

"Memangnya boleh?"

"Harus boleh."

"Dasar tidak profesional." ejekku.

"Biarin." jawab Kean sambil menjulurkan lidahnya. Dia terlihat lucu saat bertingkah kekanak-kanakkan.

***

16:00

"Lynn, kau tidak istirahat?" tanya Matt.

Aku menggeleng. "Tidak perlu. Aku sudah sering bekerja larut malam tanpa tidur siang."

"Tidak boleh. Tidur sekarang!" perintahnya.

"Cih, memangnya kau siapa mengatur-ngaturku?" cibirku.

"Aku partner in crime mu kalau kau lupa."

"Terima kasih sudah mengingatkan. Dan sekarang aku menyesal karena telah diingatkan." ujarku kemudian berlalu meninggalkan Matt yang tertawa.

***

19:03

"Kalian sudah siap?" tanya Kean.

Aku, Matt, dan Jean mengangguk. 

"Ayo berangkat." ujar Kean.

Kami tidak langsung berjalan ke lokasi tujuan. Kami mengumpulkan informasi dulu dari penduduk sekitar. bertanya pada mereka, siapa tahu mereka tahu sedikit tentang kelompok Midnight Sky itu.

Belajar dari pengalaaman, dulu Aku pernah mengintai Midnight Sky dari pukul 6 sore, dan mereka baru berkumpul pukul 9 malam. Jadi, Aku, Jean, Kean, dan Matt akan kesana pukul setengah sembilan malam agar kami tidak menunggu terlalu lama.

"Kita mau kemana dulu Ke?" tanyaku sata kita telah memasuki daerah perkotaan yang dapat dibilang cukup ramai.

"Biasanya orang yang mabuk itu akan berkata jujur walau perkataannya tidak jelas."

"Jadi kita ke club? Memangnya ada yang buka pukul segini?" tanya Jean.

Kean menggeleng. "Tidak perlu ke club. Aku akan membagi tugas. Aku dan Jean akan kesana mencari orang mabuk disekitarnya, Lynn dan Matt kearah sana dan bertanya pada polisi." 

"Kenapa aku harus denganmu terus sih?" gerutu Jean.

"Kau berisik. Bawel. Ceroboh dan menyebalkan. Aku kasihan pada Lynn kalau dia harus bersamamu." kata Kean yang membuatku tertawa dalam hati.

"Aku tidak seperti itu!" bantah Jean.

Kean dan Jean sibuk beradu argumen. Aku yang melihatnya hanya bisa menggulum senyum. Tiba-tiba saja Matt merangkulku.

"Ya, ya. Lanjutkan debat kalian. Aku dan Lynn akan pergi. Sampai jumpa lagi disini. Pukul setengah sembilan, jangan lupa." ujar Matt sembari melambaikan tangannya.

***

19.12

"Kemana dulu kita?" tanya Matt padaku.

"Lho? Kan kamu yang mengajakku kesini. Aku tidak terlalu hapal daerah sini."

Matt mendelik. "Bukannya kamu sering ke daerah sini?"

Aku menggeleng. "Aku jarang kesini. Daerah ini dengan markas kita dan juga markas Midnight Sky kan sangat jauh."

"Memangnya dimana markas mereka?" 

"Dekat hutan. Di sebuah gang kecil." kataku.

"Oh. Lalu, sekarang bagaimana?" tanya Matt.

"Hm, tanya orang saja." usulku.

"Tanya apa?" 

Aku mendengus. "Ya letak kantor polisi nya lah. Memang apalagi yang ingin kau tanyakan?" 

Matt tertawa. "Jodoh."

Aku mendelik ke arah MAtt yang ia balas dengan kekehan kecil. Ah, di sana! Kantor polisi mulai terlihat disana. Sekitar 1 meter dari tempat kami berada sekarang. Dan  sepertinya Matt tidak menyadari itu, dia terus saja mengoceh hal-gal yang tidak berguna.

"Hei kau dengar aku ti—" 

"Silahkan cari jodohmu sendiri. Aku pergi." ujarku lalu berjalan cepat kearah kantor kepolisian.

Matt melongo ditempatnya selama beberapa detik sampai dia kembali menyerukan namaku. "LYNN, TUNGGU!"

Dasar laki-laki.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Letter hopes
888      496     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
Run Away
6668      1494     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Rinai Hati
488      258     1     
Romance
Patah hati bukanlah sebuah penyakit terburuk, akan tetapi patah hati adalah sebuah pil ajaib yang berfungsi untuk mendewasakan diri untuk menjadi lebih baik lagi, membuktikan kepada dunia bahwa kamu akan menjadi pribadi yang lebih hebat, tentunya jika kamu berhasil menelan pil pahit ini dengan perasaan ikhlas dan hati yang lapang. Melepaskan semua kesedihan dan beban.
I have a dream
270      221     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
School, Love, and Friends
16505      2601     6     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Kisah yang Kita Tahu
5107      1446     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...