Usaimengantar Maliq, Bu Asri bergegaske sekolah Shandy yang terletak di pusat kota. Jarak antara sekolah Maliq dansekolah Shandy tidak terlampau jauh, tapikemacetan lalu lintas pada jam kerja, mengakibatkan waktu tempuh semakin panjang.
Saat terjebak lampu merah, BuAsri mengecek aplikasi media sosialnya. Melihat unggahansonia_sweet yang memakai segala bentuk perhiasandi ruang pertemuan ibu-ibu murid.Bu Soniaadalah wanita keturunan Batak namun lahir di Jakarta, keluarganya kembali ke Medan saat Bu Sonia masuk Sekolah Menengah Atas, dan sekarang Bu Sonia menjadi istri seorang pejabat di kota itu. Bu Sonia dan Bu Asri adalah teman satu Sekolah Menengah Atas, mereka bertemu kembali saat putri kedua Bu Sonia dan putra Bu Asri satu sekolah. Bu Asritidak pernah menganggap Bu Sonia sebagairivalnya, tapi Bu Sonia selalu merasa tersaingi.Sifat wanita ini masih sama saja seperti dulu -- kekanak-kanakan.Bu Asri melajukan mobilnya kembali saat lampu hijau menyala.
Tibalah Bu Asri disekolah Shandy. Setelah memarkirkan mobilnya, diamengambil cermin untuk melihat tampilan kerudungnya dan membenarkanriasannya. Keluar dari mobil dan melangkah menuju ruang pertemuan ibu-ibumurid. Saatmasuk ke ruangan tersebut, banyak sorot mata yang tertuju padanya. Bu Asri terlihat sangat elegan, menggunakan gamis panjang berwarna peach dengan corak bunga-bunga di bagian dalam,cardigan berwarna hijau toscadi bagian luarnya, dankerudung berwarna peach yang senada. Bu Asri juga menjinjingtas Gucci Leather Handle Baglimited edition berwarna hijau dan memakai sepatu high heels 3 cm berwarna emas yang jugalimited edition. Tidak terlalu memakai banyak perhiasan, hanya kalung emas berukir huruf 'A' dengan beberapa butir berlian,jam tangan berlapis emas, dancincin pernikahannya.
Bu Sonia langsung menyambut Bu Asri untuk cipika-cipikidan mengucapkankata basa-basi,"Wah ... Semakin cantik aja, Bu Asri."
Setelah melihat Bu Sonia dari jarak dekat, ternyata dia lebih berkilau dari bayanganBu Asri dibandingkan saat melihat unggahannya dimedia sosial. Menggunakan dressmerah dengan kalung emas menyerupai rantai kapal, gelang emas di pergelangan tangan kanandan kiri, serta anting emas yang hampir menutupi daun telinganya. Dia terlihat seperti toko emas berjalan. "Bu Sonia juga terlihat makin berkilau,"sapa Bu Asri kemudian. Basa-basi itu ditutup dengan senyuman terpaksa dari keduanya.
Pertemuan ibu-ibu murid di mulai setelah Istri Ketua Yayasandatang ke ruang pertemuan. "Selamat pagi, Ibu-ibu. Terima kasih sudah datang ke pertemuan hari ini," ucap Istri Ketua,"sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat kepada Bu Asri, karena putranya ShandyPrasetya telah memenangkan olimpiade Matematika tingkat provinsi. Beri tepuk tangan!"
Suara tepuk tangan meriah terdengar di dalam ruangan. Bu Asri sangat senang, mengucapkan terima kasih, dan memberi senyum tulus.
"Selain itu, saya juga mengucapkan selamat kepada BuSonia, karena putrinyaRaisa Putri Sundoro telah memenangkan debat Bahasa Indonesia tingkat provinsi. Beri tepuk tangan!" sambung Istri Ketua.
Bu Sonia langsung berdiri dan tersenyum."Terima kasih atas tepuk tangannya. Sebagai hadiah atas kemenanganputri saya, kami akan melakukan perjalanan ke Jepang saat liburansemester." Setelah mengatakan itu, Bu Sonia duduk kembali dan memberi tatapan mengejek ke arah Bu Asri.
Ibu-ibu murid yang hadir memberikan komentar-komentar menyenangkan, tapi di dalam hati, mereka menyebutkan umpatan-umpatan untuk Bu Sonia.
"Semoga perjalanannya nanti menyenangkan, Bu Sonia," ucap Istri Ketua,"inti dari pertemuan ini adalah kita akan membahas studi lapangan ke pabrik pengolahan aluminium yang akan diadakan tigaminggu lagi. Program ini bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada murid-murid tentang dunia kerja, memberipengetahuan tentang pengolahan aluminium, danjuga memberi pengaruh psikologiskepada murid-murid untuk lebih berhemat karena untuk mendapatkan uang kita membutuhkan usaha, tenaga, dan otak. Dalam hal ini kita masih membutuhkan dana untuk transportasi, konsumsi, seragam, dan spanduk," kata Istri Ketua memberikan penjelasan,"jadi, adakah yang bersedia untuk memberikan donasi dalam studi lapanganini?"
Bu Sonia langsung bukasuara, "Saya akan memberi donasi untuk biaya transport dan konsumsi."Dalam melakukan hal-hal besar, orang-orangakan menganggap akusangat penting.
"Baiklah. Terima kasih, Bu Sonia," ucapIstri Ketua.
Bu Asri juga ikutbuka suara, "Bagaimana jika menggunakan bus dari perusahaan transportasi suami sayadan untuk konsumsi daricatering saya?"
"Saya tidak setuju!" ketus Bu Sonia.
Bu Asri tersenyum ke arahnya dan berkata, "Begini Bu Sonia. Perusahaan transportasi kami yang terbaik di kota ini, bukankah begitu Ibu-ibu?" Ibu-ibu murid menganggukkan kepala mereka. "Kemudian untuk konsumsi, saya bukaningin mengatakancateringsaya lebih enak atau lebih baik, tapi yang pasti, makanan daricatering saya akan lebih higieniskarena putra saya juga akan ikut memakannya," sambung Bu Asri.
"Ide yang bagus dari Bu Asri. Bagaimana Ibu-ibu sekalian?" tanya Istri Ketua. Ibu-ibu murid mengungkapkan kata 'setuju', tapi Bu Sonia memberikan komentar, "Baiklah! Saya akan membayar semua biayanya!"
Bu Asri tersenyum kembali, tapi kali ini senyumnya mengandung arti. "Bukankah tujuan dari studi lapanganini adalah untuk memberi pengaruh psikologismurid-murid untuk berhemat, jadi simpan saja uang Bu Sonia untuk keperluan yang lain. Saya melakukan ini karena semua sudah tersedia. Masalah pembelian bahan bakar transport dan bahan makanancatering,saya sudah menghitungnya, tidak akan mengeluarkan dana yang besar dari kantong saya."
Warna wajah Bu Sonia berubah ungu, ia merasa tersaingi dalam hal ini. Istri Ketua melihat perubahan warna wajahBu Sonia. Dia sangat memahami sifat Bu Sonia dan rasa tidak sukanya pada Bu Asri. "Bagaimana jika Bu Sonia memberikan donasi berupa seragam perjalanan untuk studi lapangan ini?" usul Istri Ketua.
Bu Sonia merenung sejenak. Dalam benaknya, dia sangat menyetujui saran dari Bu Asri. Transportasi dari perusahaan suami Bu Asriadalah yang terbaik, maka dia tidak akan khawatir tentang keselamatan putrinya. Selain itu,cateringBu Asri juga sudah terkenal dengan masakankhas Jawa yang lezat. Tapi dalam lubuk hatinya paling dalam, dia tidak menerima saran itu karena biaya transportasi dan konsumsi memakan biaya tinggi.Jika dia yang mendonasikannya, maka popularitasnya akan naik. Angka satu dapat membuat seseorang tinggi hati dan untuk mendapatkannya akan mengalahkan akal pikiran mereka.
Bu Sonia menghela napas."Baiklah!Saya akan memberikan donasi untuk seragam dan spanduk dalam studi lapangan kali ini."
"Terima kasih, Bu Sonia. Terima kasih juga, Bu Asri," kata Istri Ketua danmemberi senyum untuk mereka berdua."Beri tepuk tangan!" dia bertepuk tangan dan diikuti ibu-ibu murid lainnya.
Pertemuan ibu-ibu murid itu dilanjutdengan acaramakan-makan yang berakhir pada siang hari.
****
Di depankelas, seorang Ketua Kelas mulai berbicara agar semua murid memperhatikannya. "Perhatian semuanya!Kita akan melakukan perjalanan studi lapangan ke pabrik aluminiumseperti pengumuman di mading dalam tigaminggu lagi. Untuk itu persiapkan diri kalian karena akan ada tugas berikutnya."
Setelah mengatakan kata 'tugas', Ketua Kelas itu langsung mendapat sorakan dari murid yang lain. "Huuu .... "
"Oh, iya!Transportasi dan konsumsi perjalanan kita kali ini disponsori oleh keluargaShandy," kata Ketua Kelas sambil memberikan tepuk tangan dandiikuti oleh murid-murid lainnya.
Di sudut kelas, Shandy sibuk mengirim pesan ke papanyamenanyakan transferan dana untuk pembelian ponsel baru, jadipengumuman dari Ketua Kelassepenuhnya tidak dia dengar. Dia tersadar setelah diberitahukan oleh Jerry dan hanyamemberikan senyuman biasa saja atas ulah mamanya kali ini.
Tidak jauh dari baris kursi Shandy, Raisa melihat senyuman Shandy dengan salah arti. Buah memang tidak jatuh dari pohonnya, ungkapan ini sesuai untuk Raisa dan mamanya -- Bu Sonia. Raisa selalu merasa iri dengan Shandy, apa pun yangShandy lakukan, Raisa akan menganggap itu sebagai pencitraan.
"Juga terima kasih kepada Raisa, karena keluarganya telah mendonasikan biaya pembelian seragam dan spanduk untuk studi lapanganini," sambung Ketua Kelas.
Raisa merasa senang kali ini, mamanya sudah melakukan hal penting. Walau itu hanya seragam dan spanduk. Diamemberikan senyuman bangga kemurid-murid lain yang bertepuk tangan. Dan saat melihat ke arah Shandy, Raisamelihat ekspresi Shandy yang kegirangan. Diaberpikir bahwa Shandy sedang mengejeknya dengan girang. Warna wajahnya langsung berubah ungu.
Di kursinya, Shandy baru saja menerima pesanbahwa papanya sudah mentransfer dua puluh juta ke rekeningnya.
keren, cerita dan diksinya
Comment on chapter Prolog