Bab : 5. Dua Kursi
Berita itu sungguh mencengangkan Alvira. Ada seorang kawannya menyampaikan sebuah undangan padanya. "Alvira, boleh kita bicara sebentar?" sapa Khairizka kakak kelasnya, temannya satu kelompok kabaret sekolah. "Iya k Rizka. Boleh kak. Disini saja?" balasnya. "Tidak, kita ke arah taman belakang sekolah saja yuk." Tambah Khairizka.
Khairizka sudah seperti kakak bagi Alvira. Mentor dalam visualisasi puisi dan geraknya di grup kabaret sekolah. Mereka berjalan jauh menyusuri lorong, melihat teman-teman bersenda gurau dan sangat hiruk pikuk. Jam Istirahat baru mulai 2 menit lalu. Masih banyak yang baru berhamburan dari kelas.
Setiba di taman belakang sekolah. Khairizka mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
Undangan Jingga. Cantik sekali. “Bacalah” ujar Khairizka berusaha setenang mungkin.
Alvira gemetar. Ada nama abi disana akan menikah dengan seorang perempuan.
Semua menjadi gelap. Alvira menangis dan terjatuh dalam pelukan Khairizka.
"Kak Ika, antar pulang Alvira ya. Tadi k Ika udah telfon supir ayah kak Ika. Tuh udah nunggu di depan. Kak Ika juga tadi udah pamit kok dengan guru wali kelas. Kak Ika bilang ada latihan dan ujian penting untuk Alvira. Kita bicara dengan Ummi Alvira dirumah." Tambah Khairizka menenangkan dan memberi tisue pada Alvira. Agar segera menghapus airmatanya.
"Nanti nangisnya sambung dimobil." Tambah Khairizka.
Alvira hanya mengikuti dengan gagu semua instruksi Khairizka. Dibacanya lagi undangan jingga dalam genggamannya, 2 minggu lagi prosesnya. Pantas abi tampak sibuk. Ini rupanya jawaban semua mendung dan tetes air mata tak berkesudahan di wajah ummi. Allah mengabulkan semua doa Alvira. Tapi mengapa membuat dunia seperti rasa tak berputar. "Kak Ika..." dipeluknya kakak kelas welas asih yang duduk disebelahnya. Semua air matanya tumpah. Deras mengalir.
"Kak Ika, faham apa yang Alvira rasa. Sabar ya. Sampai rumah jangan seperti ini nangisnya. Harus kuatkan ummi. Kita jadi tau kan apa yang selama ini Alvira keluhkan ke kak Ika." Tambahnya. Alvira terus sesegukan. "Alvira kuat. Sabar dek, semoga Alvira tetap jadi anak sholehah yang bisa berdiri sejajar memeluk ummi, Gak boleh lemah ya, dek." penguatan Khairizka buat Alvira sangat berarti. Pantas memang kak Ika jadi ketua keputrian sekolah dan mentor kabaret. Kak Ika begitu penyayang.
"Kak Ika, selepas subuh tadi tidak sengaja dengar percakapan ummi dan abah kak Ika. Mereka berencana untuk keluar kota menghadiri pernikahan itu. Minta izin juga ke Kak Ika. Untuk ditinggal beberapa saat. Ternyata pas kak Ika baca ada nama abi Alvira. Kak Ika kaget dan cerita pada ummi dan abah. Banyak nasihat mereka. Sangat bijak. Kak Ika ditugaskan menguatkan Alvira. Ini amanah ummi dan abah kak Ika, tidak banyak yang diundang hanya sahabat dekat, abah kak Ika dulu kawan sekelas Abi Alvira." Senyum Khairizka melebar, mencoba memberi penguatan maha dahsyat pada Alvira.