Read More >>"> Aku Mau (Besok semuanya membaik) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Mau
MENU
About Us  

“Farhan serius mau satu sekolah sama Ayu?” Ayu menatap tepat pada kedua mataku.

Aku mengangguk mantap sebagai jawabannya. Hari ini kami tengah menemani bunda dan mama Ayu rapat di sekolah, karena kami baru saja dinyatakan lolos masuk sekolah ini.

“Tapi nanti Farhan malu-”

“Gak, Farhan bakalan sombong sama semua orang karena bisa jagain Ayu.” Potongku. “Dan, semua orang pasti pada iri karena Farhan deket sama cewek cantik kayak Ayu.”

Ayu tertawa kecil menanggapi ucapanku. “Yang ada tuh Farhan-nya yang ganteng.”

~

“Lo kalo ada masalah bilang sama kita!” Ucapku dengan penuh emosi. “Lo gak tahu segimana khawatirnya kita!”

“Ini tuh sebenernya urusan lo bukan urusan kita!”

“Farhan udah!” Ayah menjauhkan Aku dari ruang tamu. Aku masih menatap lurus kea rah Ayu yang tengah duduk sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Kamu masuk kamar dan tenangin diri.” Ucap ayah. “Dan jangan dulu keluar sebelum kamu dipanggil.”

Aku menarik napas panjang dan berbalik badan menuju tangga dan berjalan ke dalam kamarku. Kuhempaskan badan ke atas ranjang. Kuraih ponsel yang terus saja bergetar.

Ayu udah pulang
Makasih udah pada bantu nyari

Aku mematikan ponselku dan menyimpan kembali ke atas nakas. Hari sudah sore saat Ayu kembali dengan wajah pucat. Bukan karena takut, tapi tadi ia tidak sempat makan siang karena tidak membawa uang lebih untuk makan siang. Hal itu jelas menyulut emosiku menyadari kecerobohan Ayu tersebut.

~

Aku mengerjapkan mata dan mulai merasakan jika bahuku diguncang oleh seseorang. “Farhan, bangun nak.”

Itu suara bunda. perlahan aku bangkit dan mengucek kedua mataku. Ternyata tadi aku ketiduran. Aku melihat ke arah kaca balkon dan mendapati langit sudah gelap. “Udah waktunya makan malam.”

Aku menganggukkan kepala pelan dan bangkit. Bunda sudah berjalan keluar, sedangkan aku pergi ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka. Setelahnya aku turun ke ruang makan. Di sana semua orang sudah menunggu, kecuali Ayu.

Aku menarik kursi dan duduk di atasnya. Tanpa basa-basi aku langsung mengambil nasi dan lauk pauk kemudian memakannya dengan lahap. Sepertinya suasana rumah masih seperti tadi sore. Ah, entahlah aku sudah tidak ingin memikirkannya lagi.

Makan malam ini hanya diisi oleh dentingan dari alat makan, meskipun aku merasa jika ayah, bunda, atau mungkin kak Baba sesekali menatap ke arahku yang tetap fokus pada makanan dihadapanku. Hingga saat makananku habis, taka da yang berani bersuara.

“Farhan, ke atas dulu.” Ujarku setelah meletakkan gelas kembali ke atas meja, lalu bangkit meninggalkan ruang makan menuju kamarku kembali.

Tapi sebelum aku memutar kenop pintu, mataku melirik ke arah pintu kamar yang berada di sebelahku.

Ketuk!

Aku menggelengkan kepalaku dan memilih memutar kenop pintu dan berjalan ke dalam kamar. Saat aku masuk ke dalam kamar aku langsung disuguhkan oleh pemandangan rumah Ayu yang kini tidak berpenghuni. Kulangkahkan kaki menuju ke arah balkon dan menatap lurus pada kamar yang dulu digunakan sebagai kamar Ayu.

Rasanya baru kemarin aku mengenal Ayu dan saling berteriak dari kamar kami masing masing hingga beberapa tetangga kami keluar dari rumah mereka dan memarahi kami karena berisik. Sekarang, semuanya benar-benar berubah terutama bagi Ayu.

Mungkin tadi aku sangat keterlaluan karena langsung memarahinya, jujur aku tidak pernah memarahi Ayu lagi semenjak aku berhenti tawuran. Tapi, Ayu tidak pernah memarahiku, tidak pernah.

Aku menarik napas dalam dan membalikkan tubuhku hendak masuk kembali ke dalam kamar, namun sesuatu menahan langkah kakiku. Rasanya aku kembali pada ke jadian sebelas tahun lalu, saat mendapati Ayu yang tertdur dibibir jendela yang terbuka, sama seperti sekarang. Aku melangkah mendekati pagar balkon dan memperhatikannya yang tertidur pulas. Terlihat jelas raut kelelahan diwajahnya, belum lagi akhirakhir ini Ayu memiliki kantung mata.

Cukup lama aku memperhatikannya saat angina malam semakin kencang. Buru-buru aku masuk ke dalam kamar dan menutup jendela balkon, kemudian lari keluar kamar untuk menuju kamar di sampingku. Beruntung kamar Ayu tidak terkunci sehingga aku langsung masuk ke dalam dan mendapati Ayu yang mengerjap terkejut karena bunyi dari benturan pintu kamar.

Dengan langkah pasti aku berjalan menuju Ayu yang masih sibuk mengumpulkan nyawa. Sesampainya di depan Ayu aku segera meraih tubuh mungil Ayu dan membawanya ke atas ranjang. Aku menyadari jika Ayu kembali terkejut saat aku tiba-tiba menggendongnya.

Aku membaringkan tubuh Ayu dan menyelimutinya, sedangkan Ayu tengah menatapku bingung. Tak berselang lama suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar mendekat. Aku menegakkan tubuhku dan berbalik untuk menutup jendela saat sebuah suara terdengar, “Ayu?! Kenapa?!”

Itu bunda yang dibelakangnya diikuti oleh ayah dan kak Baba. Bunda berjalan menghampiri Ayu yang tengah berbaring, tangannya terulur mengecek suhu tubuh Ayu. “Ayu gak papa, bunda.”

Aku menatap Ayu lekat saat mendengar suaranya yang begitu serak, apa mungkin dia habis menangis tadi hingga tertidur?

“Badan kamu dingin, sayang.” Bunda menarik selimut untuk menutupi tubuh Ayu hingga ke leher. “Ya udah kamu tidur lagi.” Ayu menganggukkan kepalanya dan mulai memejamkan matanya kembali.

~

“Bunda, bunda, bunda.” Aku menarik-narik ujung baju bunda yang tengah memasak.

“Apa? Jangan ganggu bunda masak.”

“Tadi kan Farhan ke rumah Ayu.” Aku mengikuti ibu yang dari tadi bulak balik entah sedang melakukan apa. “Rumahnya gede, tapi serem.” Aku bergidig ngeri saat mengingatnya.

“Masa tadi ada nenek-nenek yang wajahnya serem.”

“Jangan gitu Farhan! Siapa tahu itu neneknya Ayu,” Ujar bunda.

Aku menggelengkan kepala. “Bukan, kata Ayu nenek itu pembantu di rumahnya.”

“Terus tadi Farhan liat wajah ibu-nya Ayu.” Lanjutku. “Tapi, bunda. kenapa Ayu punya ibu dua? Kata Ayu yang di photo itu ibunya Ayu sedangkan yang pernah ngusir Ayu itu mamah Ayu. Farhan jadi bingung.” Aku menggaruk kepala belakangku, kebingungan.

Aku menengadahkan kepala menatap pada bunda yang malah diam mematung.

~

“Mereka itu gak punya hati, bun. Yang salah itu ayah sama ibu Ayu, tapi kenapa Ayu yang dibenci.” Curahku pada bunda yang menemaniku mengobrol setelah dari kamar Ayu.

Bunda mengusap kepalaku. “Iya, seharusnya Ayu bicarakan ini dengan kita. Tapi tadi dia bilang jika dia malu.” Aku menengadah menatap bunda yang tengah duduk di tepi ranjang dengan aku yang sudah berbaring.. “Gak ada yang mau lahir dari sebuah kesalahan. Ayu gak tahu apa-apa, dan gak sebaiknya dia diperlakukan seperti itu.”

“Sekarang, bagaimana bun?”

Bunda menatap padaku. “Entahlah, kita liat aja ke depannya.”

“Sekarang, kamu tidur.” Bunda bangkit dan menarikkan selimut untukku. “Besok Ayu ijin lagi.” Aku menganggukkan kepala dan mulai menutup mata. Semoga besok semuanya membaik.

~

Oleh Luthfita A.S.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
DREAM
619      384     1     
Romance
Bagaimana jadinya jika seorang pembenci matematika bertemu dengan seorang penggila matematika? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah ia akan menerima tantangan dari orang itu? Inilah kisahnya. Tentang mereka yang bermimpi dan tentang semuanya.
Piromaniak
4963      1462     5     
Romance
Dia merubah apiku dengan cahayanya
How to Love
1064      402     3     
Romance
Namanya Rasya Anggita. Sosok cewek berisik yang selalu penasaran dengan yang namanya jatuh cinta. Suatu hari, dia bertemu cowok aneh yang mengintip pasangan baru di sekolahnya. Tanpa pikir panjang, dia menuduh cowok itu juga sama dengannya. Sama-sama belum pernah jatuh cinta, dan mungkin kalau keduanya bekerja sama. Mereka akan mengalami yang namanya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tapi ter...
Chrisola
517      292     3     
Romance
Ola dan piala. Sebenarnya sudah tidak asing. Tapi untuk kali ini mungkin akan sedikit berbeda. Piala umum Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika. Piala pertama yang diraih sekolah. Sebenarnya dari awal Viola terpilih mewakili SMA Nusa Cendekia, warga sekolah sudah dibuat geger duluan. Pasalnya, ia berhasil menyingkirkan seorang Etma. "Semua karena Papa!" Ola mencuci tangannya lalu membasuh...
Sunset In Surabaya
324      233     1     
Romance
Diujung putus asa yang dirasakan Kevin, keadaan mempertemukannya dengan sosok gadis yang kuat bernama Dea. Hangatnya mentari dan hembusan angin sore mempertemukan mereka dalam keadaan yang dramatis. Keputusasaan yang dirasakan Kevin sirna sekejap, harapan yang besar menggantikan keputusasaan di hatinya saat itu. Apakah tujuan Kevin akan tercapai? Disaat masa lalu keduanya, saling terikat dan mem...
ARTURA
269      215     1     
Romance
Artura, teka-teki terhebat yang mampu membuatku berfikir tentangnya setiap saat.
Petrichor
5270      1226     2     
Romance
Candramawa takdir membuat Rebecca terbangun dari komanya selama dua tahun dan kini ia terlibat skandal dengan seorang artis yang tengah berada pada pupularitasnya. Sebenarnya apa alasan candramawa takdir untuk mempertemukan mereka? Benarkah mereka pernah terlibat dimasa lalu? Dan sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu?
EXPOST
9549      2035     3     
Humor
Excecutive people of science two, mungkin itu sebutan yang sering dilayangkan dengan cuma-cuma oleh orang-orang untuk kelas gue. Kelasnya excecutive people, orang-orang unik yang kerjaannya di depan laptop sambil ngapalin rumus kimia. So hard. Tapi, mereka semua ngga tau ada cerita tersembunyi di dalam kelas ini. Di sini ada banyak species-species langka yang hampir ngga pernah gue temuin di b...
SEA OF THIEVES
382      268     1     
Short Story
This story is about Pirates hunting for treasure and uncovering secrets in the seven seas.
I Hate My Brother
346      243     1     
Short Story
Why my parents only love my brother? Why life is so unfair??