Loading...
Logo TinLit
Read Story - Infatuated
MENU
About Us  

Jam istirahat adalah waktunya obrolan bergulir.

Beban tentang materi pelajaran ditendang sejenak ke belakang. Para siswa diberikan waktu buat bicara, berpikir, dan melakukan hal lain. Bisa mereka mengeluh pada teman sebangku  tentang susahnya materi aljabar barusan, bisa juga hanya makan dan meratapi keadaan.

Para siswi biasanya yang paling heboh soal ini. Begitu bel berdering dan pengajar sudah lenyap dari pandangan, dengan segera mereka akan duduk melingkar, membentuk sebuah kelompok kecil. Mereka kemudian akan ngobrol tentang macam-macam sambil makan bekal dari rumah.

Selalu ada cerita yang bergulir di antara mereka. Cerita senpai ini dan senpai itu. Gosip tentang idola yang sedang hit di acara musik sore, sampai soal kabar miring anggota eskul tertentu. Canda dan gurau jadi satu.

Kebetulan saja, hari itu kelompok kecil mereka membahas soal cinta.

Mai yang pertama menyodorkan topik itu pada ketiga rekannya. Bahasan awalnya sih, sederhana; gosip antara dua senior idola, Jun dan Kana, yang hubungannya kandas begitu saja.

Berita itu disayangkan banyak orang. Sebab, keduanya kelihatan serasi. Tipikal pasangan sempurna dalam banyak drama. Yang satu keren dan jago olahraga, satunya lagi cantik dan aktif di kelab seni. Kalau pakai perumpamaan novel remaja jaman sekarang, mereka sudah seperti dua buah puzzle yang saling mengisi. Pokoknya, manis sekali.

Tapi apalah arti pujian setinggi langit kalau akhirnya putus juga? Apalagi cara mereka berpisah mengenaskan. Katanya, Jun-senpai ketahuan sedang melakukan pendekatan dengan siswi sekolah lain.

“Sayang sekali ….” Midori menanggapi berita itu dengan muka sedih. Dan kalau dibilang sedih, artinya benar-benar sedih. Gadis berambut pendek itu sampai berhenti makan sebentar waktu mendengar kabar dari Mai.

“Padahal aku pikir mereka bisa terus sama-sama sampai lulus.” Ritsuka menggumam kemudian.

“Padahal Jun-senpai ganteng ….”

“Hah?” Erika menatap Mai tidak percaya. Celetukan Mai terdengar seperti kalimat paling tidak waras yang pernah dia dengar. “Ganteng tapi tukang selingkuh, buat apa?”

Mai bisa saja membalas Erika dengan tingkat kesinisan lebih tinggi, tapi dia memutuskan buat tertawa.

Erika masuk ke eskul yang sama dengan Kana. Dan bagi Erika, Kana lebih dari sekedar kakak kelas; Kana adalah idola. Sosok lembut dengan jiwa paling murni. Ibu peri yang mengayomi seisi kelab seni.

Jadi waktu mendengar kabar Kana-senpai dicampakkan, Erika nyaris lari ke kelas Jun dan mematahkan leher pemuda itu jadi dua. Biar tahu rasa!

Sayangnya (atau mungkin untungnya?), niat Erika tidak terlaksana. Dia lebih dulu ditahan Ritsuka dan Midori. Jadi dia berakhir melampiaskan emosi dengan dengus sebal.

“Yang namanya laki-laki sejati,” lanjut Erika, “pasti tidak akan menyia-nyiakan cinta perempuannya. Cuma pengecut yang begitu. Tidak peduli mukanya seganteng apa pun, pokoknya mereka pengecut!”

“Mungkin dari awal Jun-senpai tidak benar-benar menyukai Kana-senpai?” Mai menanggapi. Sebetulnya hubungan cinta Jun dan Kana bukan urusannya. Tapi melihat Erika marah-marah rasanya lucu juga. “Yah … hati manusia siapa yang tahu, kan?”

Mendengar ini, Erika langsung menuding muka Mai dengan telunjuk kanan.

“Justru itu lebih buruk!” Gadis berkuncir dua itu nyaris berseru. “Kalau dari awal tidak suka, kenapa setuju pacaran!?”

Di tempat duduknya, Ritsuka tertawa kecil. Kecuali berupaya sekeras mungkin menahan supaya Erika tidak lempar meja, Ritsuka hanya menanggapi topik itu dengan respon standar. Tawa, kaget, atau pertanyaan-pertanyaan singkat yang tidak terlalu penting.

Jun-senpai dan Kana-senpai, meskipun populer di sekolah, tapi Ritsuka tidak mengambil terlalu banyak perhatian dari mereka. Hanya informasi-informasi general yang Ritsuka punguti tentang keduanya tanpa mau berkomentar terlalu jauh. Bukan tidak mau peduli, tapi ada hal lain yang selalu membuat atensi Ritsuka teralih.

“Shirokami!”

“Yo, Kagakuni!”

Bunyi pintu digeser keras, yang berlanjut dengan sapaan dua suara berbeda, menyita perhatian semua orang di kelas itu. Tak terkecuali Ritsuka dan empat temannya.

Mereka menoleh, hanya untuk mendapati pemuda yang dipanggil Shirokami lari ke pintu, menghampiri Kagakuni. Senyum di muka pemuda itu nyaris mencapai cuping telinga. Mukanya berseri-seri. Sepertinya kehadiran si Kagakuni ini amat dinanti-nanti. Ada urusan apa? Ritsuka mana tahu.

Erika terang-terangan memutar bola mata waktu mereka berdua mulai berbincang. Entah apa yang mereka bahas. Posisi duduk Erika dan dua pemuda itu terlalu jauh. Tidak kedengaran.

“Dua otaku itu selalu rusuh sendiri. Heran.” Erika mengatakan ini sambil meletakkan sumpit. Bekal makan siangnya sudah habis. Gochisousama.

Kekehan kecil lolos dari Ritsuka. “Tapi mereka kelihatan ‘hidup’. Maksudnya, benar-benar antusias. Ya … kalian tahu, kan?”

“Paham. Tapi terlalu antusias juga bukan hal bagus, tahu?”

Senyum tak terdefinisi hinggap di wajah Mai. Dia menopangkan pipi kiri dengan tangan waktu sadar susu kotaknya sudah tandas. Sayang sekali. Harusnya tadi beli dua saja. “Coba tebak, mereka ngobrol soal apa?”

Pertanyaan Mai barusan hanya main-main, tapi Erika menebak-nebak.

“Jadwal acara otaku? Live konser pengisi suara idola? Hmm ….” Gadis itu berpikir sejenak, tapi tidak terlalu keras. Sebab dengan cepat ia menyerah dan menaikkan bahu. “Tidak tahu. Tidak peduli.”

Midori yang daritadi menyimak tiba-tiba berbinar matanya. Semua orang yang melihat dia, pasti bisa melihat banyak sekali bintang di sana.

“Ah … mereka sering datang kesitu? Keren! Aku bahkan belum pernah datang ke acara-acara begitu.”

“Oi, oi, Midori-chan. Jangan salah fokus ….”

“Tapi aku betul-betul belum pernah ke sana, Erika! Ayo, kapan-kapan ke sana!”

“Haa!?”

Pelan-pelan, entah bagaimana caranya, konversasi mereka berbelok. Dari yang awalnya membahas soal kisah cinta Jun dan Kana, berganti jadi hal yang lebih trivial.

Ritsuka tidak langsung bergabung. Kepalanya masih menoleh ke sosok yang berdiri di dekat pintu. Gadis itu tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakan, tapi dia bisa melihat bagaimana ekspresif gestur badan sosok yang ia amati. Sempat ada tawa yang  lepas darinya, dan Ritsuka otomatis membayangkan bagaimana garis-garis wajah dia mengeriput waktu melepas tawa barusan.

Gadis itu ikut tersenyum.

Lalu ia kembali pada konversasi teman-temannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mysterious Call
508      339     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.
Cowok Cantik
14527      2253     2     
Romance
Apa yang akan kau lakukan jika kau: seorang laki-laki, dianugerahi wajah yang sangat cantik dan memiliki seorang ibu dari kalangan fujoshi? Apa kau akan pasrah saja ketika ditanya pacarmu laki-laki atau perempuan? Kuingatkan, jangan meniruku! Ini adalah kisahku dua tahun lalu. Ketika seorang laki-laki mengaku cinta padaku, dan menyebarkannya ke siswa lain dengan memuat surat cintanya di Mading...
Jendral takut kucing
940      489     1     
Humor
Teman atau gebetan? Kamu pilih yang mana?. Itu hal yang harus aku pilih. Ditambah temenmu suka sama gebetanmu dan curhat ke kamu. Itu berat, lebih berat dari satu ton beras. Tapi itulah jendral, cowok yang selalu memimpin para prajurit untuk mendahulukan cinta mereka.
Drifting Away In Simple Conversation
467      318     0     
Romance
Rendra adalah seorang pria kaya yang memiliki segalanya, kecuali kebahagiaan. Dia merasa bosan dan kesepian dengan hidupnya yang monoton dan penuh tekanan. Aira adalah seorang wanita miskin yang berjuang untuk membayar hutang pinjaman online yang menjeratnya. Dia harus bekerja keras di berbagai pekerjaan sambil menanggung beban keluarganya. Mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah berpi...
Premium
Cinta Dalam Dilema
39324      4872     0     
Romance
Sebagai anak bungsu, Asti (17) semestinya menjadi pusat perhatian dan kasih sayang ayah-bunda. Tapi tidak, Asti harus mengalah pada Tina (20) kakaknya. Segala bentuk perhatian dan kasih sayang orang tuanya justru lebih banyak tercurah pada Tina. Hal ini terjadi karena sejak kecil Tina sering sakit-sakitan. Berkali-kali masuk rumah sakit. Kenyataan ini menjadikan kedua orang tuanya selalu mencemas...
Senja di Sela Wisteria
452      289     5     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. “Tunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
Story Of Me
3902      1481     6     
Humor
Sebut saja saya mawar .... Tidaak! yang terpenting dalam hidup adalah hidup itu sendiri, dan yang terpenting dari "Story Of me" adalah saya tentunya. akankah saya mampu menemukan sebuah hal yang saya sukai? atau mendapat pekerjaan baru? atau malah tidak? saksikan secara langsung di channel saya and jangan lupa subscribe, Loh!!! kenapa jadi berbau Youtube-an. yang terpenting satu "t...
Forestee
493      347     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Jalan Menuju Braga
642      468     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Kaichuudokei
8151      2062     5     
Fantasy
“Suatu hari nanti aku akan mengubahnya. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Bagaimanapun caranya. Jadi, saat waktu itu tiba, jangan menghalangiku!” (Nakano Aika) “Aku hanya ingin mengubahnya.. aku tidak ingin itu terjadi, aku mohon.. jika setelah itu kalian akan menghapus semua ingatanku, tidak masalah. Aku hanya tidak ingin menyesali sesuatu selama hidupku.. biarka...