Read More >>"> Infatuated (Prolog) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Infatuated
MENU 0
About Us  

Jam istirahat adalah waktunya obrolan bergulir.

Beban tentang materi pelajaran ditendang sejenak ke belakang. Para siswa diberikan waktu buat bicara, berpikir, dan melakukan hal lain. Bisa mereka mengeluh pada teman sebangku  tentang susahnya materi aljabar barusan, bisa juga hanya makan dan meratapi keadaan.

Para siswi biasanya yang paling heboh soal ini. Begitu bel berdering dan pengajar sudah lenyap dari pandangan, dengan segera mereka akan duduk melingkar, membentuk sebuah kelompok kecil. Mereka kemudian akan ngobrol tentang macam-macam sambil makan bekal dari rumah.

Selalu ada cerita yang bergulir di antara mereka. Cerita senpai ini dan senpai itu. Gosip tentang idola yang sedang hit di acara musik sore, sampai soal kabar miring anggota eskul tertentu. Canda dan gurau jadi satu.

Kebetulan saja, hari itu kelompok kecil mereka membahas soal cinta.

Mai yang pertama menyodorkan topik itu pada ketiga rekannya. Bahasan awalnya sih, sederhana; gosip antara dua senior idola, Jun dan Kana, yang hubungannya kandas begitu saja.

Berita itu disayangkan banyak orang. Sebab, keduanya kelihatan serasi. Tipikal pasangan sempurna dalam banyak drama. Yang satu keren dan jago olahraga, satunya lagi cantik dan aktif di kelab seni. Kalau pakai perumpamaan novel remaja jaman sekarang, mereka sudah seperti dua buah puzzle yang saling mengisi. Pokoknya, manis sekali.

Tapi apalah arti pujian setinggi langit kalau akhirnya putus juga? Apalagi cara mereka berpisah mengenaskan. Katanya, Jun-senpai ketahuan sedang melakukan pendekatan dengan siswi sekolah lain.

“Sayang sekali ….” Midori menanggapi berita itu dengan muka sedih. Dan kalau dibilang sedih, artinya benar-benar sedih. Gadis berambut pendek itu sampai berhenti makan sebentar waktu mendengar kabar dari Mai.

“Padahal aku pikir mereka bisa terus sama-sama sampai lulus.” Ritsuka menggumam kemudian.

“Padahal Jun-senpai ganteng ….”

“Hah?” Erika menatap Mai tidak percaya. Celetukan Mai terdengar seperti kalimat paling tidak waras yang pernah dia dengar. “Ganteng tapi tukang selingkuh, buat apa?”

Mai bisa saja membalas Erika dengan tingkat kesinisan lebih tinggi, tapi dia memutuskan buat tertawa.

Erika masuk ke eskul yang sama dengan Kana. Dan bagi Erika, Kana lebih dari sekedar kakak kelas; Kana adalah idola. Sosok lembut dengan jiwa paling murni. Ibu peri yang mengayomi seisi kelab seni.

Jadi waktu mendengar kabar Kana-senpai dicampakkan, Erika nyaris lari ke kelas Jun dan mematahkan leher pemuda itu jadi dua. Biar tahu rasa!

Sayangnya (atau mungkin untungnya?), niat Erika tidak terlaksana. Dia lebih dulu ditahan Ritsuka dan Midori. Jadi dia berakhir melampiaskan emosi dengan dengus sebal.

“Yang namanya laki-laki sejati,” lanjut Erika, “pasti tidak akan menyia-nyiakan cinta perempuannya. Cuma pengecut yang begitu. Tidak peduli mukanya seganteng apa pun, pokoknya mereka pengecut!”

“Mungkin dari awal Jun-senpai tidak benar-benar menyukai Kana-senpai?” Mai menanggapi. Sebetulnya hubungan cinta Jun dan Kana bukan urusannya. Tapi melihat Erika marah-marah rasanya lucu juga. “Yah … hati manusia siapa yang tahu, kan?”

Mendengar ini, Erika langsung menuding muka Mai dengan telunjuk kanan.

“Justru itu lebih buruk!” Gadis berkuncir dua itu nyaris berseru. “Kalau dari awal tidak suka, kenapa setuju pacaran!?”

Di tempat duduknya, Ritsuka tertawa kecil. Kecuali berupaya sekeras mungkin menahan supaya Erika tidak lempar meja, Ritsuka hanya menanggapi topik itu dengan respon standar. Tawa, kaget, atau pertanyaan-pertanyaan singkat yang tidak terlalu penting.

Jun-senpai dan Kana-senpai, meskipun populer di sekolah, tapi Ritsuka tidak mengambil terlalu banyak perhatian dari mereka. Hanya informasi-informasi general yang Ritsuka punguti tentang keduanya tanpa mau berkomentar terlalu jauh. Bukan tidak mau peduli, tapi ada hal lain yang selalu membuat atensi Ritsuka teralih.

“Shirokami!”

“Yo, Kagakuni!”

Bunyi pintu digeser keras, yang berlanjut dengan sapaan dua suara berbeda, menyita perhatian semua orang di kelas itu. Tak terkecuali Ritsuka dan empat temannya.

Mereka menoleh, hanya untuk mendapati pemuda yang dipanggil Shirokami lari ke pintu, menghampiri Kagakuni. Senyum di muka pemuda itu nyaris mencapai cuping telinga. Mukanya berseri-seri. Sepertinya kehadiran si Kagakuni ini amat dinanti-nanti. Ada urusan apa? Ritsuka mana tahu.

Erika terang-terangan memutar bola mata waktu mereka berdua mulai berbincang. Entah apa yang mereka bahas. Posisi duduk Erika dan dua pemuda itu terlalu jauh. Tidak kedengaran.

“Dua otaku itu selalu rusuh sendiri. Heran.” Erika mengatakan ini sambil meletakkan sumpit. Bekal makan siangnya sudah habis. Gochisousama.

Kekehan kecil lolos dari Ritsuka. “Tapi mereka kelihatan ‘hidup’. Maksudnya, benar-benar antusias. Ya … kalian tahu, kan?”

“Paham. Tapi terlalu antusias juga bukan hal bagus, tahu?”

Senyum tak terdefinisi hinggap di wajah Mai. Dia menopangkan pipi kiri dengan tangan waktu sadar susu kotaknya sudah tandas. Sayang sekali. Harusnya tadi beli dua saja. “Coba tebak, mereka ngobrol soal apa?”

Pertanyaan Mai barusan hanya main-main, tapi Erika menebak-nebak.

“Jadwal acara otaku? Live konser pengisi suara idola? Hmm ….” Gadis itu berpikir sejenak, tapi tidak terlalu keras. Sebab dengan cepat ia menyerah dan menaikkan bahu. “Tidak tahu. Tidak peduli.”

Midori yang daritadi menyimak tiba-tiba berbinar matanya. Semua orang yang melihat dia, pasti bisa melihat banyak sekali bintang di sana.

“Ah … mereka sering datang kesitu? Keren! Aku bahkan belum pernah datang ke acara-acara begitu.”

“Oi, oi, Midori-chan. Jangan salah fokus ….”

“Tapi aku betul-betul belum pernah ke sana, Erika! Ayo, kapan-kapan ke sana!”

“Haa!?”

Pelan-pelan, entah bagaimana caranya, konversasi mereka berbelok. Dari yang awalnya membahas soal kisah cinta Jun dan Kana, berganti jadi hal yang lebih trivial.

Ritsuka tidak langsung bergabung. Kepalanya masih menoleh ke sosok yang berdiri di dekat pintu. Gadis itu tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakan, tapi dia bisa melihat bagaimana ekspresif gestur badan sosok yang ia amati. Sempat ada tawa yang  lepas darinya, dan Ritsuka otomatis membayangkan bagaimana garis-garis wajah dia mengeriput waktu melepas tawa barusan.

Gadis itu ikut tersenyum.

Lalu ia kembali pada konversasi teman-temannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dia & Cokelat
557      396     3     
Short Story
Masa-masa masuk kuliah akan menjadi hal yang menyenangkan bagi gue. Gue akan terbebas dari segala peraturan semasa SMA dulu dan cerita gue dimulai dengan masa-masa awal gue di MOS, lalu berbagai pertemuan aneh gue dengan seorang pria berkulit cokelat itu sampai insiden jari kelingking gue yang selalu membutuhkan cokelat. Memang aneh!
My Selenophile
626      420     2     
Short Story
*Selenophile (n) : A person who love the moon Bagi Lasmi, menikmati keheningan bersama Mahesa adalah sebuah harapan agar bisa terus seperti itu selamanya. Namun bagi Mahesa, kehadiran Lasmi hanyalah beban untuk ia tak ingin pergi. \"Aku lebih dari kata merindukanmu.\"
Dear Diary
479      295     1     
Fantasy
Dear book, Aku harap semoga Kamu bisa menjadi teman baikku.
The Last Mission
571      337     12     
Action
14 tahun yang silam, terjadi suatu insiden yang mengerikan. Suatu insiden ledakan bahan kimia berskala besar yang bersumber dari laboratorium penelitian. Ada dua korban jiwa yang tewas akibat dari insiden tersebut. Mereka adalah sepasang suami istri yang bekerja sebagai peneliti di lokasi kejadian. Mereka berdua meninggalkan seorang anak yang masih balita. Seorang balita laki-laki yang ditemuka...
The Red Eyes
21785      3089     4     
Fantasy
Nicholas Lincoln adalah anak yang lari dari kenyataan. Dia merasa dirinya cacat, dia gagal melindungi orang tuanya, dan dia takut mati. Suatu hari, ia ditugaskan oleh organisasinya, Konfederasi Mata Merah, untuk menyelidiki kasus sebuah perkumpulan misterius yang berkaitan dengan keterlibatan Jessica Raymond sebagai gadis yang harus disadarkan pola pikirnya oleh Nick. Nick dan Ferus Jones, sau...
Air Mata Istri Kedua
115      104     0     
True Story
Menjadi istri kedua bukanlah impian atau keinginan semua wanita. Begitu juga dengan Yuli yang kini telah menikah dengan Sigit. Seorang duda yang dia kenal satu tahun lalu. Pernikahan bahagia dan harmonis kini justru menjadi bencana bagi Yuli saat dia mengetahui jika Sigit sebenarnya bukanlah seorang duda seperti yang dia katakan dulu. Pria yang diketahui bekerja sebagai seorang pelayan di seb...
A Story
261      206     2     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
9988      2062     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
Memories About Him
3400      1608     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
Wait! This's Fifty-Fifty, but...
101      91     0     
Romance
Is he coming? Of course, I'm a good girl and a perfect woman. No, all possibilities have the same opportunity.