Sekarang teman teman Raffa berada dirumah sakit, termasuk Dian dan juga Dion. Mereka minta izin pulang untuk beberapa Minggu kepada dosennya karena tadi dia mendapat telpon dari Fino bahwa Raffa kembali koma setelah sadar tadi
Mawar celingak celinguk mencari keberadaan Viola, sedari tadi Mawar tidak meliat Viola padahal sebelumnya Viola selalu dirumah sakit. Elen yang menyadari mawar seperti terlihat mencari sesuatu bertanya
“Lo nyari apa?” tanya Elen kepada Mawar
“Ola, kemana yah?”
“oh ola, tadi waktu Raffa sadar Ola ada disini dia bahkan bercanda sama Raffa katanya”
“terus sekarang dimana?”
“ga tau, tadi waktu Raffa pingsan lagi, Ola langsung pergi”
“mau kemana dia?”
“gatau dia ga bilang”
“lo kenpa gatahan dia sih”
“gue gatau dia langsung lari”
“harusnya lo tahan dia dong. Keadaan dia sekarang lagi gabaik. Kenapa lo biarin dia pergi sendiri kaya gitu. Lo mikir ga kalo keadaan sesorang lagi roboh kaya gini dia bisa aja bertindak macem macem”
“ya mana gue tau”
“lo udah gede harusnya lo mikir dong apa yang baik dan apa yang engga, lo punya pemikiran dipake ga sih” nadanya tinggi
“kenapa lo marah sih? Kenapa ngebentak”
“Ah shit! Sorry Len gue gamaksud bentak lo. gue khawatir Ola kenapa napa. Apalgi Ola udah tau kalo yang ngelakuin ini tuh Danu, gue takut dia nyamperin Danu”
....
“eh Ola berentii lo”
Di dalam larinya dia merogoh saku celana jeansnya untuk mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi mawar karena hanya Mawar yang terlintas dipikirannya saat ini
“mawar angkat” gumamnya
--Hallo La? Ada apa?
Mawar, gue minta tolong
--lo kenapa La?
Danu gila Mawar. Lo cepet kesini. Dia ngejar gue, gue dideket gudang tua. Bawa polisi
--oke gue kesana sekarang
Tut...Tut..Tut..
....
“Ola kenapa?” tanya Elen
“apa kan gue bilang dia nemuin Danu, dan sekarang nyawanya dalam bahaya. Danu mau nyelakain ola. Gue mau kesana” Mawar yang hendak berangkat tertahan oleh Elen
“Tunggu”
“apalagi?”
“gue ikut”
“ayo cepet”
....
“awww” Viola jatuh tersandung batu di depannya
“ketangkep juga lo” kata Danu yang sudah berhasil menangkap Viola
“lepasin gue”
“engga gue gaakan biarin lo pergi”
“you crazy Danu, what do you think about?”
“gue gamau kehilangan lo La,gue gaakan biarin lo pergi”
“sekarang kondisi udah beda Danu, lo sadar dong”
“ga”
“lo harus dikasih pelajaran Dan, biar lo sadar”
Bugh,
Viola mendaratkan tinjuan di pipi Danu karena Danu yang keras kepala dan tidak mau menerima kenyataan. Emosi Danu makin memuncak
“awalnya gue gak mau kasar ya La sama lo, tapi lo” Danu mencekik Viola hingga Viola sangat susah bernafas
“Da-nu lepas” Viola berusaha melepas tangan anu dari lehernya namun tak berhasil karena Danu sangat kuat
“Gaakan, kalo lo mau ini lepas lo tinggalin Raffa dan balik sama gue”
“gue gamau, lo udah celakain dia. Gasudi gue”
“lepas Dan” Danu semakin memperkuat cekikannya hingga Viola merasa kehabisan nafas
“lepas”
“Dan” Viola makin kehabisan nafasnya, mukanya memerah rasanya sudah hampir mati
Duar..
“angkat tangan” suara tembakan itu mengagetkan Danu, hingga Danu melepaskan cekikannya pada Viola
“Diam kamu” polisi itu sedang mencekal kedua lengan Danu
“La? Are you oke?” tanya Mawar saat mereka tiba disana Viola mengangguk namun sesaat setelah itu dia pingsan dengan nafas yang tak teratur
“La bangun la” mawar menepuk nepuk pipi Viola
“Elen lo cepet telpon ambulance Len, cepet” Elen langsung bergegas menelpon ambulance
“Awas aja gue gaakan tinggal diem” teriak Danu yang masih ada di dalam borgolan polisi
“eh lo sadar ga sih, udah berapa orang yang lo sakitin” kata Mawar
“lo tu harusnya dihukum seumur hidup tau ga” lanjutnya
“gua gapeduli” teriak Danu sambil tertawa
“lo udah telpon?” tanya Mawar kepada Elen
“udah, sebentar lagi sampe” tak lama suara sirene ambulance terdengar. Viola langsung diambil alih oleh petugas petugas rumah sakit
“biar gue yang bawa mobil lo, lo temenin Viola di ambulance” kata Elen
“makasih Len, ini kuncinya” Mawar memberikkan kunci mobilnnya pada Elen
“baik mba, saya permisi duluan” kata pak polisi
“iya pak terimakasih atas bantuannya, saya mohon tolong urus dia” kata Elen sedangkan Mawar sudah masuk ke ambulance
“pasti mba”