Loading...
Logo TinLit
Read Story - Just Me [Completed]
MENU
About Us  

Hari sudah mulai sore, bahkan kendaraan begitu padat ditambah karyawan yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Jalanan Jakarta kali ini begitu macet

“kalau begini Kita bakal lebih lama nyampe kesananya” kata Raffa

“gue juga gatau, harusnya kita pake motor jadi bisa sedikit lebih cepet”

"Vero”

“engga jangan Vero, dia pasti lagi fokus kejalan, lebih baik lo telpon Angel aja dia sama Angel kok” Raffa mengangguk lali mengeluarkan ponsel dari saku seragam sekolahnya dan menghubungi Angel yang posisinya ada dibelakang mobil Mawar sekarang 

Halo Jel

---Iya Raf ada apa?

Jel, bilang ke Vero gue minjem motor. Lu pqda naik mobil

---oke Raf lo turun aja

oke

Tut.. tut..tut

“oy jel” teriak Elen

“apa?” Angel pergi menghampiri mobil Mawar

“Sandi sama Raffa?” kata Elen

“oh mereka, mereka mau naik motor biar cepet sampai rumah sakit, lagipula gue ga tega sama Raffa dia kaya khawatir banget sama Ola” jelas Angel

“oh. Semoga Ola baik baik aja ya” kata Mawar

“amiin” jawab mereka kompak

Vero memberikan kunci motor yang dia gunakan kepada Sandi. Karena, luka tusuknya Raffa belum boleh membawa kendaraan lagi

“Thanks Ver” Raffa naik keatas motor sport milik Vero

“yo, santai cuk kita temen”

“duluan”

“iya hati hati lo”

“yoi, maaf ngerepotin” Raffa teriak karena sekarang motornya sudh melaju menyelipi pengguna jalan lainnya

“gapapa” Vero berjalan menghampiri Angel yang sedang ngobrol bersama temannya

“yuk, ke mobil” Vero menarik tangan Angel halus

“sejak kapan kamu kaya gini?” Angel tersenyum malu

“kaya gimana?” Vero bingung

“ini mulai gandeng tangan aku” Vero hanya tersenyum melihat Angel

“Jel, semenjak Viola disini, Raffa banyak berubah ya?” kata Vero setelah mereka di dalam mobil

“berubah? Maksud kamu?” Angel bingung

“iya dia ga kaya biasanya, dia lebih semangat dan ngomongnya juga agak sedikit lebih banyak dari biasanya”

“iya sih, aku juga ngerasa itu” Vero lagi lagi tersenyum

“cepet San elah”

“gimana bisa, ini macet”

“sini hue yang bawa. Nyalip aja kga bisa”

“kalo lo bawa motor luka tusuk lo bisa robek lagi”

"Gue ga peduli"

“berenti sekarang” Sandi tetap melajukan motornya

“berenti San” kata Raffa kedua kalinya

“San gue bilang berenti” ketiga kalinya dan Sandi berenti

“apa sih mau lo?” Sandi sudah membuka helmnya

“sini kuncinya”

“gak bisa, lo belum boleh bawa kendaraan bego!”

“sini” Raffa merebut kunci motor Vero yang ada ditangan Sandi dan berhasil akhirnya Raffa memakain helmnya dan menaikki motornya

“lo mau naik atau gue tinggal?” Raffa sudah menstater motornya

“cepet kalau lo mau liat Ola” Sandi pasrah

“lu bego! Jangan kenceng kenceng, ini bukan balapan” Sandi berteriak

“eh Raf gak lucu ya kalo lo sampe kenapa napa anjing! Ribet malah”

“gausah bawel. Ntar juga nyampe lo bakal selamat”

Mereka telah sampai di rumah sakit, Raffa yang telah memarkirkan motornya langsung berlari menuju resepsionis dan setelah mendapati kamar Viola dia segera menuju ke ruang rawatnya

Raffa telah berada didepan ruang rawat Viola. Dia menghentikan niatnya setelah melihat ada seorang wanita yang tak lain adalah Indah disana

“kenapa ga masuk?” tanya Sandi

“gue ga enak, gue ngerasa Viola kaya gini gara gara gue”

“jangan nyalahin diri lo, ini udah takdir. Dan yang ada lo malah nyelakain diri lo”

“maksudnya?”

“luka lo gimana bego”

“gue gapapa” Sandi menepuk pundak Raffa lalu dia mengetuk pintu itu. Sandi masuk meninggalkan Raffa diluar

"Anjir, kenapa sakit" Raffa memegangi perut bekas luka tusuknya

“masuk” kata Indah

“tante” Lirih Sandi

“Sandi” Indah lalu berdiri dan memeluk Sandi, Indah sudah menganggap Sandi sebagai anaknya sendiri

“Sandi kamu kmana aja sih nak, tante khawatir sama kamu ini juga muka kamu kenapa bisa kaya gini” kata Indah setelah melepas pelukannya pada Sandi

“gapapa kok tan. Viola gimana?”

“dia gapapa. Dia Cuma kecapean aja”

“Raffa” Raffa berjalan menghampiri Indah dan menyalimi punggung tangan Indah

“kamu udah sehat?Katanya kamu abis di rawat”

“lho tante tau dari mana?” tanya Sandi

“Viola, dia kemaren pulang dan pas pulang tante tanya katanya dia abis jenguk kamu di rumah sakit, mata dia keliatan abis nangis gitu. Akhirnya tante memutuskan untuk nanya ke dia. Dia bilang dia khawatir sama keadaan kamu Raf”

“dia bilang gitu tan?”

“iya”

“yaudah kamu mau jenguk Viola kan?Biar tante sama Sandi keluar”

“makasih tan” Indah tersenyum dan beranjak pergi. Lalu Sandi juga pergi sebelumnya ia sempat menepuk pundak sahabatnya dan tersenyum memberi semangat

“hei Ola? Gimana keadaan lo” tanya Raffa kepada Ola yang masih menutup matanya, dia belum sempat pulang makanya dia masih memakai seragamnya

“gue minta maaf ya la kalau gue bikin salah sama lo karena gue lo kemaren nangis, walau gue gatau apa penyebabnya. Intinya gue minta maaf, pasti itu semuanya gara gara gue”  

“La katanya lo mau ngajak gue tanding balap mobil. Kenapa lo tidur terus, gue yakin pasti gue bakal menang lagi nih”

“La? Gue minta maaf ya?” Raffa mengambil tangan Viola yang sedang diinfus

“Raffa?” kata Viola dengan suara lembutnya

“La? Lo udah sadar? Mau gue panggilin dokter atau mau minum aja, apa gimana?”

“engga” kata Viola suaranya masih sedikit lesu

“gue mau minum aja” Raffa mengambil air tawar di atas nakas lalu membantu Viola jadi duduk dengan kepala yang masih bersender di bantal

“makasih” kata Viola setelah dia minum dengan dibantu oleh Raffa, Viola masih sakit hati sejak kejadian dimana Raffa memanggil Fani, padahal disana adalah Viola. Viola sudah melupakannya karena menurut dia itu wajar kata teman temannya Raffa juga belum bisa melupakan kekasihnya yang sudah pergi untuk selamanya. Lagipula untuk apa Viola peduli toh Raffa bukan siapa siapanya

“lo udah mendingan?” kata Raffa

“udah rada baik lah”

“syukur”

“lo sendiri? Lo sekolah?” Viola menyadari kalau Raffa masih memakai baju sekolah

“gue sehat kok, biasa kaya gitu doang mah”

"Raf, lo kenapa?"

"Kenapa?"

"Itu lo berdarah"

"Apanya?"

"Perut lo?" Raffa memegangi perutnya dan benar saja kemeja sekolah berwarna putihnya kini sudah beradu dengan darah merah yang dihasilkannya. Viola segera memencet tombol panggil dokter untuk menangani Raffa secepat mungkin

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bittersweet My Betty La Fea
4868      1545     0     
Romance
Erin merupakan anak kelas Bahasa di suatu SMA negeri. Ia sering dirundung teman laki-lakinya karena penampilannya yang cupu mirip tokoh kutu buku, Betty La Fea. Terinspirasi dari buku perlawanan pada penjajah, membuat Erin mulai berani untuk melawan. Padahal, tanpa disadari Erin sendiri juga sering kali merundung orang-orang di sekitarnya karena tak bisa menahan emosi. Di satu sisi, Erin j...
Flower With(out) Butterfly
441      305     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
Million Stars Belong to You
503      271     2     
Romance
Aku bukan bintang. Aku tidak bisa menyala diantara ribuan bintang yang lainnya. Aku hanyalah pengamatnya. Namun, ada satu bintang yang ingin kumiliki. Renata.
Sweetest Thing
2296      1140     0     
Romance
Adinda Anandari Hanindito "Dinda, kamu seperti es krim. Manis tapi dingin" R-
My Rival Was Crazy
139      122     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
My Secret Wedding
3068      692     2     
Romance
Pernikahan yang berakhir bahagia adalah impian semua orang. Tetapi kali ini berbeda dengan pernikahan Nanda dan Endi. Nanda, gadis berusia 18 tahun, baru saja menyelesaikan sekolah menengah atasnya. Sedangkan Endi, mahasiswa angkatan terakhir yang tak kunjung lulus karena jurusan yang ia tempuh tidak sesuai dengan nuraninya. Kedua nya sepakat memutuskan menikah sesuai perjodohan orang tua. Masin...
Teman Hidup
6815      2479     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...
Dinding Kardus
9977      2639     3     
Inspirational
Kalian tau rasanya hidup di dalam rumah yang terbuat dari susunan kardus? Dengan ukuran tak lebih dari 3 x 3 meter. Kalian tau rasanya makan ikan asin yang sudah basi? Jika belum, mari kuceritakan.
Aku Tidak Berlari
742      519     0     
Romance
Seorang lelaki memutuskan untuk keluar dari penjara yang ia buat sendiri. Penjara itu adalah rasa bersalahnya. Setelah bertahun-tahun ia pendam, akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan kesalahan yang ia buat semasa ia sekolah, terhadap seorang perempuan bernama Polyana, yang suatu hari tiba-tiba menghilang.
RAIN
679      453     2     
Short Story
Hati memilih caranya sendiri untuk memaknai hujan dan aku memilih untuk mencintai hujan. -Adriana Larasati-