Read More >>"> The War Galaxy (Lunarky Bersaudara) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The War Galaxy
MENU
About Us  

Pembaca diwajibkan memiliki imajinasi tinggi

Pembaca diwajibkan memiliki imajinasi tinggi????????????

Tampak Adisty dari dekat

Aaron terus mengarahkan Xoxo yang bertindak sebagai pengemudi Titanium J-10. Sementara Demian masih terus memperhatikannya tanpa Aaron sadari tapi Sinb cukup menyadari keanehan Demian ini.

"Apa keluargamu yang memimpin tempat ini?" Tanya Genio dan Aaron menjawabanya dengan anggukan.

"Aku memiliki seorang saudari dan ia lah yang memimpin negeri ini. Tugas terpenting ku adalah melindungi negeri ini." Kata Aaron dengan serius membuat semuanya mengangguk, mengerti.

"Apakah saudarimu itu bernama Ariona?" Tebak Demian yang entah dari mana ia memperoleh nama itu. Aaron segera membalikan badannya untuk menghadap kearah Demian sepenuhnya, ia dibuat penasaran dengan tebakan Demian.

"Kau tau dari mana nama saudari kembarku?" Tanya Aaron heran dan penasaran. Demian tersenyum, masih duduk dengan kedua tangan terlipat kedepan. Selain Aaron, semua pasang mata yang ada di Titanium sepertinya juga merasakan hal yang sama seperti Aaron.

"Apa kau pernah berkunjung ke kerajaan Magnum? Pernah melihat seorang bisa mengeluarkan bola api dari tangannya, bahkan sempat membakarmu dan bodohnya kau ingin memadamkannya dengan cahaya, haha..." Demian tertawa disela-sela ceritanya membuat mata Aaron semakin membulat.

"Astaga! Kau keturunan Pyroky? Bocah api sialan itu?" Pekik Aaron membuat Demian tertawa sembari mengangguk.

"Wah, kalian pernah bertemu sebelumnya? Tapi kenapa kau tak mengenalinya Demian?" Genio bertanya dengan heran.

"Aku tidak tau bahwa ia dari klan ksatria. Ku pikir dulu dia mengeluarkan sebuah alat dari tangannya, lagi pula itu terjadi saat kami berumur 70 tahun dan sepertinya ia tetap sama sampai sekarang." Terang Demian

"Hah 70 tahun?" Tanggap Jennie.

"70 tahun kalau dibumi sama seperti usia 7 tahunm sekarang ini kami berusia antara 200an." Terang Genio membuat ketig gadis itu menganga, sepertinya hanya mereka saja yang akan cepat menua disini.

"Kalau aku tau itu kau, mungkin aku akan menyambut kalian lebih baik lagi." Aaron menampakkan ekspresi bersalahnya membuat semuanya tersenyum.

"Ku pikir kau harus memberikan sedikit informasi bagaimana negeri ini?" Genio memberikan penawaran.

"Bagaimana cara kerja beberapa alat yang menggunakan kekuatan cahaya, mungkin." Linux menambahi. Menunjukkan ambisius kedua ilmuan ini.

"Ah masalah itu, kau bisa bertanya pada suadari kembarku nanti." Jawab Aaron membuat Genio dan Linux mengangguk. Sepertinya keinginan mereka akan segera terwujud.

"Apa senjata terkuat yang di miliki oleh Klan Lunarky?" Tanya Sinb yang sepertinya mulai tertarik dengan beberapa senjata yang dapat dikembangkan dari kekuatan elemen, salah satunya seperti yang di keluarkan Linux seperti golem. Aaron yang tak mengerti dengan pertanyaan Sinb, terlihat memandang Sinb aneh.

"Jangan dengarkan dia, gadis itu sedikit aneh ku rasa." Selalu Demian meremehkannya membuat Sinb mendengus. Belum sempat Sinb menjawab, Aaron melayangkan tanggapannya.

"Benarkah? Bagaimana dia akan mampu mengendalikan semua kekuatan itu, kalau ia seaneh ini?" Cibir Aaron yang membuat Jennie dan Axel berusaha menahan cekikikannya sementara Mina dan Xeno hanya tersenyum. Linux dan Genio masih berkonsentrasi untuk melihat pemandangan Adisty yang mengagumkan.

"Sepertinya kita sudah sampai." Genio memberitahu mereka membuat semuanya kini fokus pada layar.

"Ayo turun, jangan kaget. Meskipun Adisty hanya didominasi warna cahaya tapi berbeda di tempat ku." Terang Aaron.

Cukup mengejutkan saat mereka masuk kedalam sebuah ruangan yang nampak terlihat sempit dari pintu luar tapi di dalamnya ternyata nuansanya cukup elegant nan clasic, tak terlalu banyak alat-alat canggih

Cukup mengejutkan saat mereka masuk kedalam sebuah ruangan yang nampak terlihat sempit dari pintu luar tapi di dalamnya ternyata nuansanya cukup elegant nan clasic, tak terlalu banyak alat-alat canggih.

"Ku pikir kau masih suka gaya kuno." Komentar Demian membuat Aaron mengangguk sambil tersenyum.

"mungkin dibumi sedang melewati masa seperti ini. Benarkan?" Tanya Demian yang tertuju pada Sinb, gadis itu hanya menggendikan bahunya. Ia sangat malas untuk beradu argumen dengan mereka yang sepertinya sangat ingin terus menyerangnya.

"Apa pria sepertimu suka gaya feminim seperti ini?" Tanya Jennie dan Aaron menggeleng.

"Kurasa bukan kau yang mendesain tempat ini." Duga Demian yang membuat Aaron tertawa.

"Kau memang tidak pernah bisa ku tipu, semenjak dulu. Ya, kau pikir siapa lagi yang akan mendesain semuanya dengan gaya feminim seperti ini." Kata Aaron sambil tertawa.

"Ariona?" Tebak Demian dan Aaron mengangguk.

"Aku sangat penasaran dengan saudara kembarmu itu, kapan kami bisa menemuinya?" Tanya Genio dan Linux yang masih berdiri disampingnya hanya diam mengamati.

"Dia seorang wanita yang sibuk dan juga tidak terlalu suka bertemu dengan banyak orang. Tapi jika itu Demian, kurasa ia akan mau." Demian langsung bergelak ketika Aaron mencoba untuk menggodanya.

"Kenapa hanya Demian? Apa kami tidak terlalu layak untuk bertemu dengannya?" Sinb merasa sedikit tersinggung, entah mengapa semenjak tadi pria ini selalu saja membuat amarahnya bertambah.

"Emm...Ini bukan tentang layak atau tidak? Tapi sepertinya mereka harus bertemu untuk saling mengenang masa kecil mereka tanpa ada seseorang yang mengganggu." Sindirnya yang membuat Sinb semakin kesal saja.

"Kau pikir kami pengganggu? ckckck yang benar saja!" Guman Sinb sambil terus berjalan mendahului mereka. Ia merasa lelah berdebat dengan kedua pria ini. Kenapa dunia tak adil kepadanya? Apa Demian belum cukup, kenapa harus ditambah lagi dengan Aaron?

 Kenapa dunia tak adil kepadanya? Apa Demian belum cukup, kenapa harus ditambah lagi dengan Aaron?

Bahkan mereka menemukan sebuah tempat duduk santai. Nampak kerlap-kerlip tapi dekorasinya cukup mengagumkan.

"Wow, ini seperti rumah impian ku." Jennie memekik kagum, Axel yang disampingnya hanya tersenyum gemas dan beberapa kali memegangi pipi gadis itu.

"Apa kau menyukainya?" Xeno menanggapi reaksi Mina yang semenjak tadi matanya terus mengedari ruangan sambil tersenyum.

"Ya, ini desain yang cukup menarik." Jawab Mina.

"Ku rasa, aku harus memperbaiki beberapa selera rakyat Deroky." Kata Xeno kaku seperti biasanya membuat Mina tertawa.

"Hahaha...Aku tidak pernah berkunjung ke Deroky. Warna apa yang mendominasi disana?" Axel tak berhenti tertawa mendengarkan ucapan Xeno yang datar itu.

"Hitam dan putih." Jawab Xeno yang segera membuat Axel mengangguk.

"Pantas saja kau seperti ini, kaku." Cibir Axel.

"Setidaknya dia lebih tulus dari pada dirimu yang memiliki banyak rencana licik." Balas Sinb, sepertinya ia berusaha menolong Xeno.

"Aku sudah menyuruhnya untuk berhenti menjadi licik." Bahkan Linux memihak Sinb sekarang, membuat Axel memandangnya tak percaya.

"Linux! Kau dipihak siapa?" Axel tak terima Linux memihak Sinb.

"Aku dipihak yang benar!" Jawaban terakhir Linux membuat Axel bungkam dan yang lain tertawa.

"Jadi seperti ini percecokan kalian? Menarik, tapi kau seharusnya tak seperti itu. Wanita yang memiliki kekuatan sebesar dirimu harus berwibawa dari pada terlalu banyak bicara." Celetuk Aaron membuat semua orang memandanginya dengan cemas, sementara mata Sinb sudah siap dengan mode membunuhnya.

"Maksudmu aku? Kau siapa berani mengkritikku?" Berang Sinb dan Aaron tak merasa takut sedikit pun dengan perubahan wajah Sinb.

"Ya kenapa? Ini Adisty dan aku penguasa tempat ini, jika kau lupa! Selama ini tugas ku adalah mengoreksi semuanya dan mereka tidak ada yang menolak pendapatku." Kukuh Aaron membuat Sinb benar-benar kesal.

"Itu karena kau pemimpin, coba saja kau menjadi rakyat biasa? Aku tidak bisa menjamin, mereka akan mendengarmu." Sinis Sinb.

"Hentikan! Putri Reika, aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga sikap bukan?" Tegur Demian kepada Sinb membuat gadis itu semakin kesal saja.

"Dia yang memulainya!" Kukuh Sinb.

"Sudahlah, sebaiknya kita duduk saja." Mina segera menarik tangan Sinb untuk segera duduk di salah satu kursi dan kedua pria itu mulai berbincang-bincang lagi.

"Berhenti marah, tahan emosimu. Kita harus tetap ingat bahwa ini bukanlah planet kita." Mina masih menasehati Sinb. Xeno yang berada disampingnya hanya diam, mendengarkan percakapan dua saudari ini.

"Tapi mereka terus membuatku kesal." Sinb masih keras kepala seperti biasanya. Jennie pun datang mendekat tanpa Axel, karena pria itu sedang fokus, berbicara pada Linux dan Genio.

"Kurasa Demian sudah menemukan satu orang yang menyebalkan sama seperti dirinya." Ucap Jennie membuat Mina mendesah sementara Sinb mengacungkan jembolnya sangat setuju dengan pendapat Jennie.

"Jennie, berhenti terus memprovokasinya." Mina memperingatkan Jennie, membuat gadis itu tertawa dengan ekspresi bersalahnya.

"Memang, mereka terlihat seperti duo makhluk planet yang paling menyebalkan." Cibir Sinb.

"Berhenti terus membicarakan kami atau aku akan melakukan sesuatu kepadamu!" Ternyata Demian mendengarkannya membuat Sinb bungkam, sementara kedua pria itu sudah berdiri, memandangnya dengan tajam.

"Aku dan Aaron akan pergi menemui Ariona dan kalian boleh beristirahat." Pamit Demian membuat semuanya mengangguk, hanya Sinb yang menatap kepergian kedua pria itu dengan geram.

" Pamit Demian membuat semuanya mengangguk, hanya Sinb yang menatap kepergian kedua pria itu dengan geram

Mina segera menarik Sinb masuk kedalam sebuah ruangan untuk tidur. Dari pada gadis itu terus-terusan tersungut amarah.
"Wow, aku benar-benar tak ingin pulang." Jennie menjatuhkan tubuhnya begitu saja.

"Kalian istirahat saja, biarkan kami duduk disofa." Saran Genio membuat ketiga gadis itu mengangguk.

Sinb, Mina dan Jennie membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang sangat empuk sementara ketiga pria yang tersisa duduk di sofa, entah mereka membicarakan apa?

"Ariona, apa gadis itu memiliki kekuatan seperti Aaron?" Sinb bertanya kepada kedua saudarinya.

"Dari pada itu, aku lebih penasaran seberapa cantiknya dia?" Ucap Mina dengan rasa penasarannya.

"Why? Tidak biasanya kau penasaran dengan rupa seseorang?" Tanya Jennie heran.

"Bagaimana aku tidak penasaran? Dilihat dari dekorasi tempat ini saja, sudah menunjukkan seberapa berkelasnya dia. Ku rasa ia sangat cantik." Duga Mina membuat Jennie mengangguk sementara Sinb nampak berfikir.

"Tunggu, tidak mungkin namja menyebalkan itu menyukainya kan?" Tebak Sinb membuat Jennie dan Mina menatapnya.

"Entahlah, kurasa begitu. Tidak biasanya ia mengucapkan nama seorang gadis dengan lembut seperti itu." Teliti Mina yang membuat Jennie tertawa karena geli dan Sinb hanya mendesah. Entah, apa yang dirasakan gadis itu? Ia hanya ingin melampiaskan semua kemarahannya.

---***---

Demian terus mengikuti langkah Aaron untuk memasuki sebuah ruangannya dengan banyak penjaga disetiap sisi. Jantungnya semakin berdetak tak menentu dan ingin rasanya kakinya berlari untuk dapat memuaskan rasa penasarannya pada sosok yang sudah lama tak ia temui. Sosok yang selalu membuatnya tertawa sendiri saat mulai mengingat ocehan tak jelas dari gadis itu.

"Ariona...Aku membawa seseorang untukmu." Panggil Aaron yang sudah memasuki sebuah ruangan yang di dominasi sama seperti ruangannya, red.

Sosok tubuh langsing sedang berdiri membelakangi mereka dan menoleh beberapa saat sampai pandangan mata indah itu bertemu dengan pandangan tajam nan menawan milik Demian.

"Siapa yang kau bawa ini Aaron?" Selidik gadis itu dengan mata menyelidiknya, membuat Demian geli dibuatnya.

"Emm...Coba tebak siapa?" Aaron malah melayangkan pertanyaan lain, membuat gadis itu memutar bola matanya.

"Aku sedang sibuk dan kau bermain-main dengan ku?" Protesnya, membuat Aaron dan Demian tertawa. Gadis ini tak nampak menunjukkan banyak perubahan.

"Kau ingat bocah kecil yang pernah membakar tubuh ku dulu?" Kata Aaron yang kini membuat Ariona berfikir.

"Ah, bukan kah saat itu kau menunjukkan begitu bodohnya dirimu." Bahkan bibir mungil itu masih suka mencibir dengan mudahnya membuat Demian terus menahan kegeliaanya.

"Ah kau pria dari negeri Magnum bukan?" Sepertinya Ariona mulai mengingat Demian.

Demian pun mengulurkan tangannya. "Perkenalkan nama ku Demian Pyroky. Bocah yang pernah kau jewer karena telah membakar saudaramu " Kata Demian dengan menatap senang Ariona, tanpa ragu Ariona menjabat tangan kekar itu.

"Ariona Lunarky, aku tidak menyangka kau masih mengingat peristiwa menggelikan itu

"Ariona Lunarky, aku tidak menyangka kau masih mengingat peristiwa menggelikan itu." Tawa Ariona lepas begitu saja sementara Aaron sudah cemberut semenjak tadi.

"Bisakah kalian tak mengingat peristiwa itu lagi?" Protes Aaron yang terlihat sangat malu itu.

"Tidak bisa!" Kata mereka berdua bersamaan.

"Astaga! Kenapa kalian begitu kompak!" Protes Aaron membuat keduanya terbahak.

"Jadi, apa yang membawamu kemari Demian?" Kini pembicaraan berangsung serius.

Demian terlihat menghela nafas, sebelum akhirnya mengatakan sesuatu. "Tentunya sesuatu yang besar dan kami akan melaksanakannya diwaktu dekat ini. Untuk itu, aku membutuhkan saudaramu untuk ikut bersama ku." Kata Demian membuat kedua saudara kembar itu membelalak.

"Kau tak mengatakan apapun kepadaku tadi." Protes Aaron membuat Demian tersenyum.

"Aku sengaja ingin memberi tahu kalian berdua. Ini tentang kelangsungan planet EXO dan sepertinya Czar sudah bergerak cukup jauh sampai ke Bumi." Terang Demian yang membuat senyum kedua saudara kembar itu lenyap.

"Apa yang mereka rencanakan?" Seketika Ariona dan Aaron menjadi serius. Demian menggeleng dengan ekspresi ketidak mengertiannya.

"Aku tidak tau, karena itulah aku mengumpulkan klan ksatria bersama ketiga keturunan Raja Lev. Putri Anora berpesan kepada Zakline yang merupakan pesuruhnya untuk mengumpulkan para klan ksatria dan mulai menyusun rencana untuk menyerang mereka." Terang Demian membuat Aaron dan Ariona menghela nafas.

"Apakah kau yakin? Kerajaan Czar bukan sebuah kerajaan kecil yang mampu kita tembus." Cemas Ariona yang memang tau seberapa kuat kerajaan yang dipimpin Czar itu.

"Hm...Aku sudah pernah masuk dan menyamar menjadi salah satu prajuritnya disana. Jadi kalian tak perlu mengkhawatirkan ini." Kata Demian berusaha menenangkan saudara kembar ini.

"Bukan hanya itu saja yang perlu kau perhitungkan. Akhir-akhir ini, di Adisty beberapa sistem rusak secara tiba-tiba membuatku dan Aaron harus berjaga semalaman. Kami sudah merasa beberapa kekuatan klan Ksatria lain disini." Perkataan Ariona yang satu ini membuat Demian termenung, memikirkan segara kemungkinan yang akan terjadi.

---***---

Sinb membuka matanya dan menemukan kedua saudarinya tertidur lelap, bahkan Sinb dapat mendengar dengkuran keras dari sebelah. Langit Adisty masih gelap karena waktu disini masih menunjukkan pukul 2 dan sepertinya Demian juga belum kembali.

Sinb tiba-tiba merasa haus, ia berjalan mengambil segelas minuman dan meneguknya segera, sembari melihat angkasa yang masih di hiasi gemerlap bintang yang seolah melebur dengan cahaya Adisty.

Pandangannya menajam pada satu titik yang semakin membesar diatas langit.

"Portal?" Gumannya berusaha menebak dan benar saja, sesosok pria muncul dari balik portal itu yang tanpa disangka, ia terbang mendekatinya membuat Sinb harus mundur meskipun mereka masih terhalang dengan dinding kaca.

"Jennie...Mina..." Sinb memanggil kedua saudarinya tapi mereka tak merasa terusik dengan suara Sinb, bahkan kini Sinb menuju tempat duduk yang ditempati Axel, Xeno, Genio dan Linux. Menggoyangkan tubuh salah satu diantara keempat pria itu.

"Axel...bangun!" Sinb terus menggerakkan tubuh Axel tapi nihil, pria itu tidak bergerak sedikit pun. Bukankah ini aneh?

Astaga! Pria itu semakin dekat, melayang dan kini tangan besarnya itu sudah berhasil menyentuh kaca. Mengepalkan tangannya, kemudian meninjunya.

BLEEDAAARRR

PYAAARRR

Sinb terkejut saat menyadari dinding kaca itu hancur bersama datangnya sosok pria tinggi yang kini sudah ada dihadapannya.

"Siapa kau?" Pria itu menjawab pertanyaan Sinb dengan seringaiannya.

"Siapa kau? Jawab! Sebelum aku melukaimu!" Ancam Sinb yang membuat pria itu tersenyum.

"Jadi kau yang menguasai 12 elemen? Karena itu kau tak mempan dengan ruang virtual ini? Reika, kami sudah menunggumu." Pria itu berusaha untuk menyentuh wajah Sinb membuatnya harus mundur beberapa langkah lagi.

"Berhenti! Jangan coba mendekat!" Teriak Sinb membuat pria itu lagi-lagi tertawa.

"Kau tau? Tidak akan ada yang mendengarmu karena ini adalah dimensi waktu. Hanya ada kita berdua dan mereka tidak akan pernah menyadarinya. Bahkan kau juga tidak akan dapat menggunakan kekuatanmu." Ucapnya membuat Sinb memandangnya tak percaya, gadis itu segera menggerakkan tangannya tapi tak muncul apapun dari kedua tangannya itu membuat dirinya ketakutan.

"Hahaha...Benar bukan? Kau tidak bisa melakukan apapun kecuali menurutiku." Kali ini tatapan pria itu menajam, membuat Sinb semakin ketakutan.

"Dengar! Pergi kebukit, aku akan menunggumu disana. Jangan mencoba membawa siapapun jika kau tak menginginkan kota ini hancur." Ancamnya membuat tubuh Sinb semakin menegang. Ia memejamkan matanya sambil menghela nafas, berusaha menetralkan seluruh emosinya.

"Jangan mengancam ku karena aku tidak akan mudah memuruti semua keinginanmu." Sinb menggunakan sisa keberaniannya untuk melawan pria asing ini.

"Kau keras kepala juga, baiklah mungkin dengan sedikit ledakan kau akan mempercayainya." Pria itu segera memencet tombol pada layar yang muncul dari jam tangannya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sinb dengan hati-hati.

"Melakukan sebuah pembuktian, agar kau mempercayaiku. Dimulai dari hitungan ke 1." Hitungan selanjutnya, ia hanya menggerakkan bibirnya.

BLEEEDAAAAAAARRRR

DUUUUUUAAAAAARRR

"Bagaimana? Kau percaya sekarang?" Tanyanya pada Sinb yang masih terpaku memandang ledakan yang nampak meskipun jaraknya begitu jauh.

"Aku sudah menyipakan banyak ledakan. Jika kau tak menuruti perkataan ku, aku akan menghancurkan negeri ini dalam hitungan menit." Katanya lagi membuat Sinb merasa lemas.

"Aku akan menunggu di bukit! Mereka akan terbangun saat kau sampai di bukit." Katanya yang kini menghilang, tinggal Sinb dengan segala ketakutannya.

"Putri Reika...Reika." Suara itu semakin jelas memenuhi gendang telinga Sinb, mengantarkan dirinya pada kesadaran sepenuhnya. Matanya menangkap sosok Demian yang masih memegangi tubuhnya, menatapnya dengan khawatir.

"Ada apa?" Tanyanya sembari mengguncang tubuhnya membuat Sinb tersadar dan segera bangkit. Memeriksa dinding kaca yang nampak normal, tak terjadi kerusakan disana. Kemudian pandangannya teralih pada tower cahaya yang sudah hancur, sama seperti yang barusan terjadi.

"I-itu kenapa?" Tanya Sinb terbata-bata, memandang Demian yang kini berjalan mendekatinya.

"Sepertinya terjadi ledakan. Aaron dan Ariona berusaha untuk membereskannya." Terang Demian membuat Sinb menelan ludah, mengedarkan pandangannya kesekeliling. Demian masih terus memperhatikan keanehan Sinb.

"Ada apa?" Demian bertanya lagi. Sinb masih diam, terfokus dengan saudarinya yang masih terlelap bahkan Genio, Linux, Axel dan Xeno. Mereka tidak akan bangung kalau Sinb tidak segera pergi kebukit.

Kali ini Demian meraih wajah Sinb, agar gadis itu fokus kepadanya.

"Sesuatu terjadi bukan? Mereka tidak akan tidur begitu lelapnya." Duga Demian membuat Sinb mulai berkaca-kaca, takut untuk mengatakan semuanya pada Demian.

"Katakan padaku Putri Reika." Sinb berusaha sekeras mungkin untuk tak terisak. Ia tidak dapat menendalikan ketakutannya membuat Demian segera memeluknya.

"Apa? Siapa yang membuatmu seperti ini?" Paksa Demian dengan suara berat nan khasnya itu.

Lidah Sinb merasa keluh, ia juga tidak bisa mengambil resiko terlalu besar dengan mengatakan semuanya pada Demian. Bisa saja mereka tidak hanya tidur sementara. Bagaimana kalau seandainya mereka tidur untuk selama-lamanya? Sinb jelas akan menyesalinya dan sepertinya ia harus segera pergi.

"Demian!" Panggilan asing dan suara itu seperti suara seorang wanita dan benar saja sosok wanita kini berjalan mendekat bersama Aaron. Sinb memandang sosok itu dengan bingung.

Demian segera melepaskan pelukannya pada Sinb, membuat gadis itu bertambah bingung. Disaat seperti itu, ia membutuhkan Demian untuk membuatnya tenang karena hanya Demian yang mampu mengatasi situasi apapun selama ini.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Aaron penasaran.

"Tidak, kami tidak melakukan apapun." Demian menjadi salah tingkah dan wanita disamping Aaron masih terus memperhatikan Sinb. Sinb masih diam tak menunjukkan pergerakan, ada sesuatu yang mengusiknya ditengah kekacauan pikirannya. Ia tidak menyukai Demian mengabaikannya, meskipun terkadang mereka selalu bertengkar.

"Kalian sudah mengurusnya?" Tanya Demian yang sebenarnya untuk menetralkan kecanggungan ini.

"Ya, seperti yang kau lihat. Semua telah kami selesaikan. Oh ya, kau tidak ingin mengenalkannya padaku?" Wanita itu masih memperhatikan Sinb membuat Sinb semakin kikuk saja.

"Aku Ariona, saudari Aaron. Pemimpin disini, apa kau kekasih Demian?" Perkenalan sekaligus pertanyaan yang cukup to the poin.

"Bukan!" Demian menjawab cepat membuat Aaron tertawa dan Sinb jelas tak menyukainya, kenapa Demian terus berusaha keras dihadapan wanita ini? Fikiran Sinb masih kacau karena serangan dadakan barusan tapi ia juga tak bisa mengabaikan perubahan sikap Demian. Apakah dugaannya benar? Bahwa Demian menyukai wanita ini?

"Apa kau tak bisa berbicara?" Ariona masih melayangkan pertanyaan yang menurut Sinb menyebalkan.

"Em...Dia adalah putri Reika satu dari tiga putri keturunan Lev." Seketika Ariona menunjukkan wajah keterkejutannya dan Sinb masih menunjukkan kelinglungannya. Berperang dengan fikirannya sendiri untuk memastikan, serangan beberapa saat lalu itu nyata atau tidak? Dari pada ia terus mengurusi Demian dengan wanitaa itu.

"Mereka tidur nyenyak sekali." Komentar Aaron yang melihat keempat pria itu terlelap dan kedua putri yang juga masih terlelap membuat Sinb merasa semakin kacau dan seperti terkejar oleh waktu. Fikiran mengerikan itu tiba-tiba hadir lagi.

Bagaimana kalau mereka tak pernah bangun lagi?

Sinb semakin cemas dan ia tidak bisa menundanya lagi, untuk pergi keatas bukit.

"Bisakah kalian berbicara diluar saja. Kami ingin istirahat." Pinta Sinb membuat ketiganya terkejut. Mereka memandang Sinb dengan bingung dan penasaran, ada yang aneh dengan gadis ini tapi apa?

Sinb memandang Demian seolah memohon, pria itu tak cukup bodoh untuk tak mengerti apa yang di inginkan Sinb. Demian mengela nafas meskipun rasa penasaran itu memenuhi fikirannya, tapi ia juga tak bisa mengabaikan Ariona yang sepertinya sedikit salah faham tentang hubungan dirinya dan Sinb. Akhirnya Demian menarik tangan Ariona untuk meninggalkan Sinb sendirian.

"Ayo Aaron..." Ajak Demian pada Aaron yang masih memandang Sinb penuh tanya.

Setelah Sinb merasa mereka benar-benar pergi. Sinb mulai membuat portal yang menghubungkannya dengan bukit Adisty, tempat pertama kalinya mereka mendarat di negeri ini.

"Maafkan aku..." Sinb memandangi mereka yang masih tertidur lelap, kemudian masuk kedalam portal yang ia buat sendiri.

Sinb tidak bisa menjamin bahwa ia akan kembali dengan selamat atau bahkan mungkin tidak pernah kembali, lenyap begitu saja. Prioritas utamanya adalah menyelamatkan saudarinya dan ksatria yang tak sadarkan diri, begitu juga penduduk Adisty yang tak melakukan kesalahan apapun.

Diatas bukit, dua pria tengah menunggu Sinb sampai mereka melihat sebuah portal muncul dan Sinb muncul dari balik portal.

Apa seperti ini rasanya saat itu? Nenek Sinb pasti ingin menyelamatkan semua penghuni planet ini dan sepertinya Sinb akan melakukan hal yang sama.

"Aku harap, kau akan bangga kepadaku meskipun kita tidak bertemu lagi." Gumannya yang kini sudah berjalan mendekati dua sosok itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LUCID DREAM
432      305     2     
Short Story
aku mengalami lucid dream, pada saat aku tidur dengan keadaan tidak sadar tapi aku sadar ketika aku sudah berada di dunia alam sadar atau di dunia mimpi. aku bertemu orang yang tidak dikenal, aku menyebutnya dia itu orang misterius karena dia sering hadir di tempat aku berada (di dalam mimpi bukan di luar nyata nya)
HER
532      301     2     
Short Story
Temanku yang bernama Kirane sering memintaku untuk menemaninya tidur di apartemennya. Trish juga sudah biasa membuka bajunya sampai telanjang ketika dihadapanku, dan Nel tak jarang memelukku karena hal-hal kecil. Itu semua terjadi karena mereka sudah melabeliku dengan julukan 'lelaki gay'. Sungguh, itu tidak masalah. Karena pekerjaanku memang menjadi banci. Dan peran itu sudah mendarah da...
Loker Cantik
477      357     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Percikan Semangat
831      441     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
Cinta (tak) Harus Memiliki
4498      1158     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Under a Falling Star
577      348     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Gerhana di Atas Istana
10092      4513     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
Bukan Kamu
12892      1994     7     
Romance
Bagaimana mungkin, wajahmu begitu persis dengan gadis yang selalu ada di dalam hatiku? Dan seandainya yang berada di sisiku saat ini adalah kamu, akan ku pastikan duniaku hanyalah untukmu namun pada kenyataanya itu bukan kamu.
Foto dalam Dompet
475      323     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Be Yours.
1670      902     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...