Titanium telah mengudara dengan kecepatan rata-rata, di dalam nampak begitu padat dengan tambahan 3 orang baru yang awalnya mereka hanya berangkat berlima dari hector.
"Apakah masih jauh?" Tanya Genio pada Linux.
"Sepertinya tidak, aku sudah menemukan titik koordinatnya. Oh ya, kendaraanmu ini lumayan bagus juga membuat ku merasa berada didalam rumah." Puji Linux membuat Genio senang, ia tidak menyangka akan ada seseorang yang memuji hasil kerja kerasnya.
Mereka duduk disebelah xoxo yang masih memegang kendali penuh Titanium J-10. Sementara Axel masih menempel pada sosok Jennie dan Sinb beserta Mina terus menatap perilaku Axel dengan kesal.
"Aku tidak pernah berfikir bahwa di planet ini, memiliki seseorang semesum dia." Tuding Sinb pada Axel tanpa rasa takut membuat Axel lagi-lagi membalasnya dengan terbahak.
"Populasi tidak akan bertambah jika tidak ada orang mesum sepertiku." Jawabnya santai membuat Sinb semakin geram.
"Sialan! Singkirkan tangan mu itu dari tubuh Jennie atau aku akan benar-benar menendangmu keluar dari sini!" Ancam Sinb yang masih tak mau menyerah untuk membuat Axel tak berulah lagi.
"Diam! Kenapa kalian berisik sekali? Aku ingin tidur!" Seru Demian membuat Sinb menoleh dan menatap sinis Demian yang sudah menyandarkan bahunya pada sofa dan memejamkan matanya.
"Seperti apa Adisty?" Mina bertanya.
"Mungkin dipenuhi dengan cahaya?" Jawab Xeno yang sebenarnya ingin menetralkan segala bentuk kecanggungan karena ulahnya tadi. Mina tersenyum, sepertinya gadis itu sudah tak merasa canggung jika berada di sekitarnya dan itu cukup membuat Xeno merasa lega.
"Linux, bagaimana menurutmu?" Tanya Axel yang memang tak pernah memiliki gambaran apapun, karena selama ini ia lebih sering menghabiskan waktunya didalam bardolf.
"Hm...Aku pernah kesana sekali dan ku rasa kalian harus menyiapkan benda pelindung mata anti radiasi karena jujur saja cahayanya sangat menyilaukan." Ungkap Linux yang segera meraih tasnya.
"Elliot akan mengamankan mata kalian." Lanjut Linux yang kini mulai membagikan benda yang hampir mirip sebuah kacamata itu.
"Wow ini sangat keren!" Pekik Jennie yang langsung mengagumi model kacamata itu.
"Apa kau tidak bisa membuatnya sedikit lebih bermodif, ini seperti kacamata tukang las. Apa kau butuh referensi dari bumi? Aku punya banyak rancangan kacamata anti radiasi jika kau mau." Cibir Sinb yang setengah hati mengambil kacamata pemberian Linux.
"Kau belum tentu bisa membuatnya!" Celetuk Demian yang selalu saja membuat Sinb kesal. Entah kenapa? Demian selalu saja berusaha untuk menyerangnya dilain kesempatan.
"Aku bisa, mungkin bahkan lebih bagus darimu. Hanya saja aku juga butuh untuk mengerti dan memahami tempat ini. Apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara kerjanya." Sinb beralasan.
"Aku tidak akan membuang waktu ku untuk melakukan hal tidak penting seperti itu. Aku hanya perlu melemparkan Helebird ku dan semua akan datang sendiri kepadaku." Kata Demian yang memang cukup dikenal dengan kekayaannya, membuat Sinb segera mendengus.
"Aku tau kau memang memiliki segalanya tapi bisakah kau tidak sepongah itu?" Keluh Sinb membuat Genio dan Linux hanya tertawa geli sementara Axel masih memandangi benda bernama elliot itu.
"Ku rasa ini benda berwarna yang pernah kau buat Linux. Biasanya kau lebih suka memberikan warna yang suram." Kata Axel
"Apakah itu pujian untuk ku Axel?" Tanya Linux dan Axel segera tertawa.
"Sekali kau membuat benda berwarna dan warna itu nampak seperti petugas pemadam kebakaran." Kali ini Jennie angkat bicara membuat Sinb tertawa.
"Petugas kebakaran? Apa itu seperti pasukan khusus?" Linux penasaran.
"Tepatnya kumpulan manusia tradisional yang masih memadamkan api dengan memakai air." Cibir Demian yang masih setia memejamkan matanya.
"Tak bisakah kau tak merendahkan manusia bumi? Kami memang masih sangat tradisional tapi bukan berarti kau harus terus mengatakan itu kepada kami." Protes Sinb.
Mina masih tertegun memandangi benda seperti kacamata itu membuat Xeno juga keheranaan. "Kenapa? Kau tidak menyukainya?" Tanya Xeno membuat Mina terpaksa tersenyum dan menggeleng.
"Dia sangat menyukai sesuatu yang elegant dan anggun. Aku rasa benda buatan Linux ini tak masuk dalam kategorinya." Duga Sinb yang langsung mendapatkan senyuman penuh terima kasih dari Mina. Saudarinya itu selalu tau apa yang ia fikirkan.
Linux menghela nafas. "Kalian tau? Selama ini tidak ada yang mengkritik ku tentang benda apapun yang ku buat. Tidak juga Axel, ia hanya akan menerimanya begitu saja." Ucap Linux kesal.
"Tidak masalah, kau tidak akan menjadi seseorang yang hebat dengan penemuanmu tanpa kritikan. Aku hampir saja membuat diriku dan ketiga gadis itu celaka karena aku terlalu menyombongkan diri dengan mengubah jenis Neuro menjadi kendaraan dijaman sekarang dan saat itulah mereka bertiga terutama putri Reika menghujaniku dengan komentar pedasnya. Hahaha...Tapi itu cukup membuatku lebih sadar untuk berhati-hati." Sepertinya Genio berusaha membuat Linux untuk lebih membuka dirinya dan mau menerima kritikan yang ada.
"Oh begitu, kurasa aku harus belajar banyak padamu Genio dan aku juga butuh pendapat kalian saat diriku membuat benda lainnya." Semangat Linux mulai bangkit membuat Axel tersenyum tanpa siapapun sadari, hanya Jennie yang melihat senyum manis itu.
Entah mengapa? Axel merasa mulai menikmati perjalanan ini--perjalanan dengan orang asing ini yang entah membuatnya tak pernah berhenti mengulumkan senyumnya saat melihat Linux lebih antusias dari biasanya. Selama ini Linux tidak suka berhubungan dengan siapapun kecuali dirinya, membuat Axel sangat melindungi Linux dengan caranya.
"Pendaratan darurat akan dilaksanakan. Persiapkan diri anda karena kami tidak menemukan terminal dimana pun"
Xoxo mulai mengintruksikan kepada mereka dan Genio segera melihat layar. " Kau punya usul Linux? Demian aku membutuhkanmu. Tutanium bisa mendarat dimana pun tapi akan selalu ada resiko untuk sebuah tindakan." Linux sudah bergabung dengan Genio, Demian pun berjalan menghampiri mereka berdua.
Mereka memperhatikan daerah dibawah. "Diatas bukit itu, aku rasa itu tempat yang tepat untuk pendaratan darurat. Bagaimana menurutmu Linux? Tanahnya tidak terlalu curam kan?" Demian bertanya dan Linux nampak berfikir.
"Sepertinya tidak. Meskipun nanti kita butuh sedikit menyeimbangkan kendaraan ini." Pendapat Linux membuat Genio dan Demian mengangguk.
"Xoxo diatas bukit. Kita mendarat disana." Perintah Genio pada Xoxo miliknya.
"Baik tuan Genio. Kami akan melakukan pendaratan darurat diatau bukit Adisty."
Hanya menunggu beberapa menit sampai kaki Titanium sudah berhasil mendarat dibukit dan mereka dapat melihat menampakan negeri Adisty yang dipenuhi oleh gemerlap cahaya dari dalam Titanium. Cahayanya nampak terang karena langit saat ini tengah menunjukkan kegelapan.
Ada beberapa menara cahaya disetiap sudut kita dan berjumlah kira-kira lebih dari 10 buah, ukurannya cukup besar sehingga bisa memancarkan cahaya yang terang bahkan disetiap bangunan juga memancarkan cahaya.
"Amazing!" Pekik Jennie.
"Jadi seperti ini negeri cahaya?" Mina memandangnya penuh rasa takjub.
"Dari mana cahaya itu berasal?" Sinb dengan segala keingin tahuannya. "Apakah Ksatria klan penguasa cahaya itu yang menciptakannya?" Lanjut Sinb.
"Ia hanya mengaktifkan menara yang terus menyerap sinar matahari dan menyalurkannya kesetiap penjuru kota." Terang Linux.
"Lalu bagaimana jika siang? Apakah akan tetap bercahaya seperti ini?' Demian juga penasaran.
"Akan terlihat seperti kota pada biasanya tapi perlu kalian tahu, semua alat yang terdapat disini bertenaga cahaya." Mulut Genio menganga, di pikirannya sudah bermunculan beberapa riset yang akan ia dapatkan dari tempat ini.
"Aku sudah tidak sabar untuk menemukan sesuatu yang berharga disini." Kata Genio dengan senangnya membuat Linux dan Demian tertawa.
"Apakah keturunan Klan Ksatria itu akan menyambut kita? atau melawan kita?" Tanya Axel.
"Ku rasa hanya kau saja yang bertingkah kejam!" Sindir Sinb yang kali ini membuat yang lain tak bisa menahan tawanya. Demian hanya tersenyum sementara Axel sudah menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kau masih memiliki dendam kepadaku? Apa karena keracunan waktu itu?" Tanya Axel.
"Jangan menunjukkan ekspresi bodoh seperti itu! Membuatku semakin ingin menendangmu saja!" Kesal Sinb.
"Axel, aku tidak suka kau melakukan hal semacam itu lagi. Jangan mengulanginya!" Ucap Linux yang membuat Axel segera mengangguk dan membuat semuanya merasa tak percaya bahwa Axel langsung mengangguk patuh kepada permintaan Linux. Kedekatan mereka memang benar adanya dan hari ini semua penghuni Titanium J-10 menyadarinya.
"Kalian harus menjaga sikap kalian disini, terutama kau putri Reika dan Axel." Demian memperingatkan Sinb dan Axel. Axel menerimanya dengan menganggukan kepalanya beberapa kali sementara Sinb melotot kearah Demian.
"Aku? Kenapa dengan diriku? Kau pikir aku seceroboh Axel?" Demian selalu berhasil membuat Sinb marah dalam sekejab.
"Kau tidak hanya ceroboh tapi tempramental." Demian terus mengkritik Sinb membuat gadis itu benar-benar marah.
"KAU..."
"Sudah, ayo kita turun!" Ajak Genio yang sengaja mengatakan ini agar tidak ada percecokan lagi diantara mereka berdua.
"Jangan lupa pakai Elliot kalia!" Linux memperingatkan dan mereka pun segera memasang benda sejenis kacamata itu.
Pada akhirnya mereka turun bersama dan melihat langsung pemandangan indah penuh cahaya di negeri Adisty. Negeri cahaya yang dikelilingi pegunungan dan lautan itu nampak terlihat seperti kemilau dipekatnya malam.
"Bagaimana mencari Ksatria cahaya itu?" Tanya Linux membuat semuanya nampak berfikir.
"Kau punya ide Genio?" Tanya Demian.
"Ku pikir yang selalu banyak ide dirimu disini." Balas Genio.
"Apa aku perlu menghempaskan badai?" Usul Xeno yang seketika membuat Mina menggeleng.
"Jangan membuat kekacauan!" Demian memperingatkan Xeno membuat pria itu tersenyum, sepertinya ia hanya melayangkan candaannya.
"Mengirim sebuah pesan?" Axel memberikan saran.
"Lewat? Bahkan kita tak punya kode untuk menghubunginya." Bantah Jennie dan Axel menggendikkan bahunya, seolah tak tau lagi. Hanya saran sebatas itulah yang mampu ia berikan.
Sinb masih diam, ia nampak berfikir keras sampai ia tercengang. "Aku tau!" Pekiknya yang membuat semua orang memperhatikannya.
"Apa?" Tanya Demian tak sabaran.
"Fireworks?" Duga Jennie.
"Yeah, hanya cara itu yang bisa mengundang perhatian banyak orang tanpa resiko yang besar." Ucap Sinb dengan senang karena ia dapat menemukan solusinya.
"Cara tradisional makhluk bumi? Bagaimana kau akan melakukannya?" Tanya Demian membuat Sinb mendengus, ia selalu kesal ketika Demian terus saja mengatakan cara tradisional karena bumi juga tidak seterbelakang itu.
"Aku hanya perlu menggabungkan percikap api, cahaya dan petir untuk menciptakan sebuah kembang api yang indah beserta pesan tertulis untuknya karena hanya dia yang akan tergerak untuk datang menemui kita disini." Terang Sinb.
"Kalau begitu buktikan kepada kami." Respon Demian yang selalu menyebalkan.
"Tentu, perhatikan baik-baik!" Kata Sinb yang mulai berkonsentrasi memainkan tangannya untuk menciptakan kembang api dan mengirimkan pesan kepada Ksatria cahaya.
Awalnya hanya nampak seperti garis-garis cahaya yang berpusat pada satu titik, kemudian bermunculan lebih banyak dengan variasi warna yang bermacam-macam sampai akhirnya kembali surut dan tertulislah sebuah pesan ditengah-tengah garis cahaya yang mulai redup tersebut.
Pemandangan langka itu tentu saja menarik perhatian sebagian penduduk yang ada didalam negeri cahaya karena baru pertama kalinya mereka melihat cahaya aneh yang entah berasa dari mana? dengan banyak variasi warna yang jujur tidak pernah ada di negeri mereka. Disini hanya ada satu cahaya dan warna itu selalu kekuningan terang.
"Wow, it was so beautiful!" Pekik Jennie yang sama sekali tak menyangka saudarinya ini mampu menciptakan sesuatu karya seni yang indah.
"Apa kau akan menaikkan penilaimu padaku di seni?" Tanya Sinb yang seketika di balas dengan tawa oleh Jennie, Mina hanya tersenyum mendengarkannya.
"Tentu, aku akan menaikkan 5 angka menjadi 65!" Jawabnya membuat Sinb mendengus.
"Kau sangat pelit seperti biasanya." Cibirnya yang membuat Jennie terbahak.
"Baiklah, sepertinya kita harus menunggu dan aku sudah mulai merasa lapar." Keluh Axel yang baru mereka sadari bahwa ia sejenis Demian yang memiliki perut berbahan karet yang mampu menampung jenis makanan dengan jumlah yang banyak.
"Kau baru menghabiskan 2 roti dan sekarang kau lapar?" Jennie memandang Axel tak percaya dan Axel hanya menanggapinya dengan cengiran seperti biasanya.
"Sepertinya Demian memiliki teman yang setipe ku rasa." Sindir Sinb yang kali ini membuat Demian tertawa.
"Tapi aku bisa menggunakan melempatkan Helebrid ku kapan pun dan makanan itu akan datang sendiri." Sombong Demian.
"Kau hanya banyak bicara tapi tak bertindak sama sekali. Seharusnya kau melakukan itu semenjak tadi, aku ingin memakan sesuatu yang sehat." Xeno yang biasanya hanya diam kini mengeluh yang jelas membuat Demian tak akan mengabaikannya.
"Ku rasa benar kata Xeno, apa kita kekota untuk mencari makanan? atau menunggu ia datang?" Demian memberikan dua opsi untuk dapat dipilih oleh anggotanya. Perannya kali ini adalah sebagai seorang pemimpin yang akan menawarkan beberapa pilihan sampai mencapai keputusan yang disetujui para anggota.
BLASH
Terdengar sebuah suara, membuat Demian memberikan kode untuk mereka berhenti berbicara. Menelusuri sekeliling dengan pandangan waspada dari diri mereka masing-masing.
"Siapa yang berani membuat kekacauan di negeriku?" Linux dan Genio hampir terjungkal kalau saja mereka tidak berhasil menyeimbangkan tubuh mereka. Sosok itu muncul dibalik kegelapan bukit yang memang tak tersinari cahaya apapun.
Seseorang dengan tinggi sedang dan badan rampingnya, melipat kedua tangannya didadanya, memandang dingin kedelapan sosok dihadapannya.
"Kau kah pewaris Klan Lunarky?" Demian maju dan mulai memandangi sosok itu dari atas sampai bawah. Sementara yang lainnya hanya mengamati sosok itu, membiarkan Demian untuk mengurusnya. Sosok itu pun nampak berfikir dengan dahi mengkirutnya.
"Siapa kalian? Apa tujuan kalian ingin menemuiku? Bagaimana kalian bisa tau tentang diriku?" Sosok itu melayangkan pertanyaannya masih dengan ekspresi dingin yang menusuk, bahkan ia memperhatikan satu persatu orang dihadapannya ini dengan pandangan ketidaksukaannya. Memang berbeda jauh dengan Axel dan Linux yang terkesan blak-blakan atau Xeno yang begitu kaku dengan langsung menyerang. Sosok ini tak banyak menunjukkan ekspresi, membuatnya tak mampu terbaca dan itu cukup membingungkan Demian, namun Demian cukup bisa beracting dengan baik dan mengontrol dirinya.
Demian tak terpengaruh dengan pandangan sosok itu, malahan ia terus mengatakannya. "Aku dan beberapa pria disini sama sepertimu. Kemudian, ketiga gadis ini adalah keturunan terakhir dari Raja Lev Egor Petyay." Terang Demian membuat sosok itu melebarkan matanya, nampak ketidak percayaan dari sorot mata itu.
"ckck, tidak mungkin? Apa kau sedang berdongeng sekarang? Keturunan terakhir Raja Lev adalah Putri Anora yang bahkan menghilang ketika aku belum dilahirkan. Kau bilang mereka bertiga adalah keturunannya? Jangan membuatku ingin tertawa." Sosok itu pun terkekeh dengan sinisnya. Demian diam sementara Axel sudah terlihat marah.
"Kau ingin sebuah bukti?" Axel mudah sekali terpancing emosi dan semua janjinya untuk tak berulah lagi seolah sirna tertelan rasa emosinya yang meledak-ledak. Demian mengangkat tangannya, memberikan kode agar Axel diam dan membiarkan dirinya yang mengurus semuanya.
"Jangan membuat kami sampai bertindak cukup jauh, ku pikir pertunjukkan tadi sudah cukup membuatmu mengerti bahwa hal itu tidak dibuat dari sebuah alat. Itu perpaduan dari elemen cahaya, petir dan api. Disini yang memiliki kekuatan cahaya hanya dirimu dan tidak akan ada yang bisa memilikinya kecuali keturunan Raja Lev." Demian mulai melancarkan intimidasinya.
"Kurasa aku tidak bisa mempercayaimu." Ucapnya santai membuat Demian menggeram pelan.
"Putri Reika, sepertinya kau harus mempertontonkan sedikit kekuatanmu." Pinta Demian yang segera dibalas anggukan oleh Sinb.
Sinb pun mulai menggerakkan tangannya, kemudian mengunci kedua tangannya mengarah pada sosok itu dan dengan satu gerakan ia dapat memunculkan bentuk cahaya itu.
Masih dengan banyak varian yang mengkilat-kilat. Cahaya yang tercipta dari perpaduan elemen cahaya, api dan petir nampak seperti sebuah neon warna-warni yang muncul dari tangan Sinb. Membuat semua orang disekelilingnya terkagum-kagum untuk kedua kalinya. Sosok pria itu masih berusaha meneliti dengan memicingkan matanya, meskipun ia merasa silau dengan kilatan cahaya penuh warna itu. Ia mencari sesuatu, sebuah alat mungkin--alat yang sengaja Sinb sembunyikan untuk menciptakan cahaya yang seindah ini.
"Ku rasa kau juga harus bisa membuat Golem seperti Linux, Putri Reika." Saran Demian membuat Sinb nampak berfikir.
"Kau hanya perlu membayangkan moster tanah yang kuat dan hal itu akan muncul sendiri." Linux mencoba membantu dengan menerangkan bagaimana terciptanya sebuah golem. Sinb mengangguk kemudian membagi konsentrasinya untuk tetap menyalakan cahaya ini dan menciptakan sebuah Golem.
"Aku akan menyalurkan energi kepadamu." Mina segera menempelkan tangannya pada bahu Sinb, menyalurkan energi kepadanya yang seketika membuat tubuh Sinb bercahaya.
"Jadilah!" Pekik Sinb dan sebuah tanah menggumpal membentuk sesuatu.
GOLEM | MONSTER TANAH
Moster tanah atau sering disebut sebagai golem telah terbentuk. Monster itu menggerak-gerakkan tubuhnya ditempat. Mina dan Jennie cukup tercengang dengan moster tanah yang terlihat menyeramkan, namun juga lucu bersamaan.
"Wow, punyamu lebih bagus dariku," Puji Linux kepada Sinb.
"Kami kesini hanya ingin mengajakmu melakukan sesuatu untuk kelangsungan planet ini. Tidak ingin menipumu atau merusak negerimu, jadi biarkan kami untuk menguratakan keinginan kami." Kata Demian yang masih membujuk sosok pria dihadapannya ini membuatnya nampak mengela nafas.
"Baiklah, aku akan mencoba untuk mempercayai kalian." Sepertinya ia menyerah dan melihat itu, Sinb segera mengakhiri pertunjukkannya.
"Bagus, kami tidak akan menyia-nyiakan kepercayaanmu. Kalau boleh tau siapa namamu?" Tanya Demian dengan wajah dan sikap tenangnya. Sepertinya pria ini memiliki banyak kesabaran untuk saat ini, atau ia memang sudah merasa bahwa sosok dihadapannya ini dapat dipercaya dari pada sosok Axel saat pertama kali bertemu dulu?
"Aaron Lunarky, kalian bisa memanggilku Aaron." Jawabnya.
AARON LUNARKY | KSATRIA KLAN LUNARKY \ PENGENDALI CAHAYA
"Baiklah, sepertinya kita membutuhkan tempat untuk berteduh dan makan malam." Saran Demian yang beberapa kali membuat Jennie, Mina dan Sinb saling melirik. Mereka tak percaya bahwa Demian bisa sebaik itu saat ini. Bukan mereka tak mempercayai pria itu, tapi menjadi sosok yang sedikit ramah seperti ini, bukanlah gaya Demian. Hanya satu kata yang dapat mereka simpulkan, sepertinya Demian merencanakan sesuatu? Apa itu? Jennie dan Mina jelas tidak bisa menebaknya dan Sinb? Sepertinya ia merasakan sesuatu.
"Ikut ketempat ku dan aku akan menjamu kalian dengan layak." Kata Aaron dan Demian mengangguk menyetujuinya.
"Ayo masuk kedalam kendaraan kami." Jennie beberapa kali menggeleng mendengarkan suara lembut Demian yang entah membuatnya semakin merinding saja.
"Dia kenapa?" Bisiknya pada Sinb.
"Mencurigakan!" Bahkan Mina pun tak percaya.
"Biarkan saja, aku masih punya banyak waktu untuk menduganya." Bisik Sinb kepada kedua saudarinya itu. Pada akhirnya mereka pun masuk kedalam Titanium milik Genio tak terkecuali Aaron juga.
Jangan lupa like ^^