Kini mereka sudah ada didalam hector kembali dan ketiga gadis itu memutuskan untuk pergi ke kamar mereka karena merasa tiba-tiba kelelahan. Semenjak tadi Jennie merengek kelaparan karena sudah mengeluarkan kekuatan besar untuk membuat portal, menurut Jennie seperti itu.
"Aku lapar!" Pekik Jennie.
"Hm...Apa mereka tidak merasa lapar?" Mina merasa tak habis pikir dengan orang-orang yang berada di planet EXO ini, mereka tidak merasa lapar sama sekali kah?
"Ayolah cacing hwang, katakan pada mereka aku ingin telur mata sapi dengan bacon atau pizza!" Rengek Jennie tapi Sinb hanya diam seolah nampak berfikir. Ia memandangi sekeliling kamarnya dengan teliti.
"Mereka juga makan sesuatu sama seperti kita." Kata Sinb dengan tiba-tiba membuat Mina dan Jennie memandanginya tak mengerti.
"Maksudmu?" Tanya Mina.
"Ini...." Sinb membuka sebuah benda kotak kecil yang fungsinya hampir mirip dengan pendingin makanan dan di dalamnya terdapat berbagai macam botol dan warna-warni benda cair yang terlihat begitu segar, kemungkinan itu hampir mirip dengan sirup rasa-rasa, dugaan mereka sementara.
Sup cair dengan kandungan gizi lengkap yang sering di sebut "Soup Feta"
"Apa itu seperti orange jus?" Tanya Jennie yang seketika dibalas dengan gendikan bahu oleh Sinb.
"Aku akan mencobanya." Tanpa ragu Sinb mengambil salah satu botol dan meminumnya seteguk. Sinb terdiam dengan ekspresi membelalaknya.
"Bagaimana? Kau tidak apa-apa?" Mina merasa khawatir seketika.
"Hey cacing hwang! Apa yang kau rasakan!" Kata Jennie yang sudah tak sabaran.
"Daebak!" Pekik Sinb masih dengan tampang tak percayanya. Matanya menyelusuri tiap lekuk botol yang berisi separuh sisa cairan yang berwarna merah itu.
"WHY???" Bentak Jennie yang sudah sangat penasaran dan kesal karena Sinb tidak segera menjawab pertanyaannya. Jennie akan sangat sensitif jika sedang kelaparan seperti saat ini.
"Aku membayangkan jajamyung dan air warna ini terasa seperti jajamyung dan lebih gilanya lagi, sekarang aku merasa kenyang!" Pekik Sinb seolah menemukan hal yang begitu luar biasa membuat moodnya membaik.
"OMG! Kau serius?" Teriak Jennie.
"Coba saja kalau kau tidak percaya!" Sinb menyodorkan satu botol kecil air berwarna hijau.
"SHIT! Aku seperti memakan pizza!" Pekik Jennie kegirangan setelah tegukan pertamanya dan kini ia meneguk sisa sup cair warna hijau ditangannya dengan cepat.
"OMG!!! Ini benar-benar seperti sesuatu yang berharga. Percayalah, tidak ada yang lebih penting kecuali makanan dan dari semua hal yang menakjubkan disini, aku lebih menyukai makanan ini." Jennie tak berhenti berbicara menunjukkan antusiasnya yang begitu besar.
Mina diam-diam sudah mengambil satu botol sup feta berwarna ungu dan meneguknya pelan. Matanya berkedip beberapa kali saat ia mulai merasakan sensasinya.
"Ini seperti Sukiyaki buatan okaasan(ibu)." Seperti halnya dengan Sinb dan Jennie, Mina memandangi botol sup itu dengan heran.
"Bagaimana? Apa kau sudah kenyang Jennie?" Tanya Sinb dan Jennie mengangguk. Mina memandang Sinb seolah berusaha mencari tahu apa yang sedang di fikirkan saudarinya itu.
"Apa kau merencanakan sesuatu?" Tanya Mina dan Sinb tersenyum seolah memberikan pujian kepada saudarinya ini karena selalu mengerti dengan apa yang di fikirkannya.
"Kita harus segera bergerak, menemukan 7 yang tersisa. Ku rasa pria yang bernama Demian itu lebih tahu kemana kita harus memulai." Prediksi Sinb yang terlihat begitu yakin dengan pemikirannya.
"Why? Kenapa kita harus mempercayai pria yang hampir saja mau membakar kita?" Jennie masih tidak bisa mempercayai seorang Demian.
"Dengan memiliki pengikut sebegitu banyak, mungkinkah kau berfikir bahwa pria itu cukup berpengalaman dalam melakukan perjalanan jauh?" Tanya Mina dan Sinb mengangguk cepat sambil terus mengembangkan senyumannya.
"Dia pasti telah melalui sesuatu yang besar hingga membawanya kemari dengan rombongan ratusan pesawat tempur itu bukan?" Mina mengangguk mengerti sementara Jennie nampak masih berfikir.
"Haruskah kita menemuinya sekarang?" Tawar Mina.
"Ya, sekarang karena kita tidak punya banyak waktu. Semakin banyak orang yang tahu kita akan semakin cepat mereka tahu keberadaan kita, orang-orang yang menyerang kita di bumi." Jawab Sinb membuat Mina menghela nafas.
"Aku membenci situasi ini!" Pekik Jennie merasa frustasi. Baik Sinb dan Mina hanya mampu memandangi Jennie sambil menghela nafas, mereka tak memiliki kata apapun untuk menghibur Jennie yang dirundung kekhawatiran karena sesungguhnya mereka juga merasakan ke khawatiran yang sama.
---***---
Zakline, Genio dan Demian berada diruangan teratas hector yaitu Select 9 pusat dari segala kontrol di hector ini. Mereka duduk melingkar, nampak berbincang dengan serius.
"Aku sudah mengarungi sepertiga planet EXO." Ungkap Demian dengan kirut di dahinya yang begitu nampak jelas, meskipun kelihatannya Demian begitu muda tapi ia nampak dewasa dari usianya.
"Untuk apa kau melakukan itu?" Tanya Genio yang penasaran dan Zakline disampingnya hanya menyimak apa yang di ucapkan oleh Demian.
"Mengumpulkan apapun yang dapat menghancurkan kerajaan Mozarky." Ucap Demian dengan suara bassnya yang seketika membuat Genio memandang Zakline dan Zakline mendesah.
"Demian, aku sudah mengatakan kepadamu bahwa itu tidak akan berhasil." Zakline berusaha mengingatkan Demian tentang apa yang pernah ia sampaikan dulu. Sungguh sangat berbahaya jika berusaha menyerang kerajaan Mozarky tanpa perencanaan yang matang dan salah satu kunci kuat keberhasilan rencana itu adalah dengan adanya keturunan raja Lev yang memiliki kekuatan mengendalikan ksatria.
"Maksudmu hanya keturunan Lev yang dapat melakukannya?" Demian bertanya pada Zakline dan pria tua itu menjawabnya dengan mengangguk.
"Ya, hanya mereka ketiga gadis itu dengan bantuan keturunan klan ksatria lah yang harus membinasakan Czar." Terang Zakline membuat Demian menghela nafas dan kali ini Genio yang diam memperhatikan tiap perubahan yang ada di wajah Demian.
"Ku pikir itu hanya dongeng saat aku kecil. Apa kau benar-benar yakin ketiga gadis itu keturunan raja Lev?" Demian nampak tak yakin dengan Sinb, Mina dan Jennie.
"Kenapa kau tak yakin? Bukannya kau melihat sendiri bagaimana mereka membuat portal itu?" Genio tak terima jika Demian meragukan ketiga gadis itu, terutama Sinb.
"Semua orang juga bisa membuat portal seperti itu, mereka hanya membuatnya lebih besar dari yang bisa beberapa pengikutku lakukan." Genio menghela nafas, memandang Demian tak suka. Ia baru menyadari bahwa Demian sedikit angkuh.
"Mereka baru membangkitkan kekuatannya, jadi wajar saja mereka masih belum bisa sepenuhnya mengendalikan kekuatan itu. Kau masih mengingat putri Anora?" Zakline berbicara cukup santai tidak terlihat kesal seperti Demian.
"Putri Anora? Apa dia masih hidup?" Bola mata Demian melebar diikuti dengan anggukan Zakline yang seketika membuat mulut Demian menganga.
"Dimana dia sekarang Zakline?" Tanya Demian.
"Di bumi, planet yang akan dijadikan target selanjutnya oleh Czar. Sebenarnya, aku sudah berharap putri Anora melupakan semuanya dan hidup bahagia di planet itu dengan keluarganya tapi mereka, Adelar dan para prajuritnya datang menyerangnya, membuatnya terpaksa harus mengirim ketiga cucunya untuk datang kemari. Aku tidak bisa menolak perintahnya untuk mengikut sertakan ketiga cucunya ini. Percayalah nak, ketiga gadis ini memiliki kekuatan yang begitu besar mereka akan membantu kalian menghancurkan Czar." Ada ekspresi ke khawatiran di wajah Zakline membuat Demian menghela nafas, sepertinya ia cukup tahu apa yang membuat pria tua itu khawatir? Pada dasarnya Demian lebih peka dari pada Genio yang setiap harinya hanya berurusan dengan ratusan mesin Android yang tak benar-benar bertingkah seperti makhluk yang memiliki akal karena mereka digerakkan dengan sistem yang telah Genio rancang sendiri.
"Kau tak yakin mereka bisa melakukannya bukan? Karena itu kau sangat khawatir." Tebak Demian membuat Zakline menghela nafas.
"Zakline, ini tidak benar kan? Bagaimana kau bisa berfikir seperti itu?" Genio cukup terkejut mengetahui bahwa Zakline juga tak begitu yakin dengan rencana ini.
"Tentu saja Czar tidak akan mudah dihancurkan. Kau belum pernah berhadapan langsung dengan mereka dan pasukan Cryborg yang mereka miliki lebih mengerikan dari serangan batu meteor sekali pun. Tubuh mereka begitu elastis, bisa menghindari serangan rudal dan kecerdasan mereka sangat luar biasa melebihi kecerdasan kita. Aku sudah berusaha memasuki istana mereka dengan beberapa sektor yang menjadi pusat dari pengaktifan Cryborg tapi aku selalu gagal untuk masuk kedalam ruang kontrol para Cyborg." Ucapan Demian membuat Genio dan Zakline membelalak. Mereka tak menyangka usaha Demian sampai sejauh itu.
"Ba-bagaimana bisa kau sampai seberani itu?" Tanya Genio.
"Apa kau menyerang mereka?" Tanya Zakline yang Demian menggeleng seketika.
"Aku tidak sebodoh itu Zakline, aku menyamar selama beberapa tahun. Menyembunyikan kekuatan api ini dan membaur menjadi prajurit mereka. Aku hanya mampu menjadi seorang penjaga perpustakaan kerajaan dan dari sanalah aku mengetahui banyak hal. Ini..." Demian menyentuh benda yang hampir mirip dengan jam tangan di bumi dan dengan segera sebuah cahaya keluar membentuk pola disana.
"Ada beberapa data yang aku dapatkan tentang pasukan Cyborg yang mereka buat. Kau bisa memakainya untuk bahan penelitianmu." Genio juga memilikinya, mereka memindahkannya dengan menyentuh dan menariknya dan kumpulan data digital itu kini sudah beralih pada Genio.
"Apa yang kau harapkan dari data ini?" Tanya Genio.
"Temukan kelemahannya, agar kita bisa menghancurkan mereka." Genio mengangguk mengerti.
"Zakline, kau sangat tahu bahwa menghancurkan Czar bukan perkara yang mudah. Bagaimana kau akan melibatkan ketiga gadis kecil itu? Mereka tidak akan membantu tapi mereka malah akan menjadi beban untuk kita." Demian melanjutkan perkataannya menambah kecemasan Zakline dan Genio sebenarnya masih ingin membela ketiga gadis itu tapi melihat bahwa kebanyakan perkataan Demian ini benar, Genio hanya mampu mendesah memandangi Demian bingung.
"Tiga gadis kecil? Menjadi beban? Apa kau meremehkan kami?" Sahut Sinb yang kini berjalan mendekati mereka dengan Mina dan Jennie dibelakangnya. Zakline dan Genio cukup terkejut sampai mereka harus berdiri sementara Demian menanggapinya dengan ekspresi dinginnya.
"Tuan putri...Maafkan dia, Demian tak bermaksud mengatakan itu." Zakline berusaha untuk menengahi.
"Kau juga meragukan kami Zakline?" Seketika tubuh Zakline menengang, menanggapi dugaan Sinb. Ia membisu, seolah seseorang telah memberikan perekat pada mulutnya.
"Kau pikir kami mau berada disini?" Tidak biasanya Mina menjadi semarah ini.
"Sudah ku katakan, lebih baik kita pulang saja!" Usul Jennie yang juga ikutan kesal.
"ckckck...Kau lihat kan Zakline? Mereka tidak bisa diharapkan! Mereka hanya pandai membual, sama seperti para pedagang ilegal di kota Mozarky." Cibir Demian yang seketika membuat Sinb geram.
"Yak! Kau pikir siapa dirimu? Berani merendahkan kami seperti itu? Ayo kita bertarung!" Tantang Sinb.
"Jangan Putri Reika!" Ucap Genio dan Zakline terlihat bingung.
"Kenapa? Kau juga meragukan ku bukan? Kau takut aku tak bisa mengalahkannya?" Bentak Sinb yang begitu sangat marah.
"Oh, jadi kau bernama Reika? Baiklah, aku akan menerima tantanganmu!" Ucap Demian dengan seringaiannya.
"Demian..." Zakline berusaha menghalangi Demian tapi pria itu tersenyum penuh arti kepada Zakline membuatnya terdiam.
"Kau yakin?" Mina bertanya, ia sedikit cemas Demian memang terlihat memiliki kekuatan dan pengalaman dalam bertarung, sedangkan dirinya dan kedua saudarinya ini baru beberapa jam saja memiliki kekuatan yang bahkan mereka belum tahu bagaimana cara menggunakan kekuatan mereka ini.
"Aku harus membungkam mulut angkuhnya itu!" Jawab Sinb membuat Mina mendesah.
"Kau harus menang! Jika tidak ia akan benar-benar menertawakan kita!" Kata Jennie dengan emosi.
Dan disinilah mereka, di atas tanah tanpa mencahayaan matahari karena telah di kuasai oleh malam, diatas bebatuan yang lancip dan menjulang dengan sebuah menara yang memancarkan cahaya sebagai penerang. Sinb memandang Demian dengan tajam sementara Demian hanya menyunggingkan senyumnya memandang santai Sinb
"Aku membenci siapapun yang meremehkan ku!" Ucap Sinb.
"Benarkah? Kalau begitu buktikan kepada ku sekarang gadis kecil!" Sinb mendengus mendengar Demian tak berhenti mengejeknya.
"Apa yang harus ku lakukan?" Guman Sinb nampak berfikir keras sementara Demian sudah tertawa.
"Kau tidak tahu bagaimana cara mengaktifkan kekuatanmu? Wah, kau benar-benar seperti seorang pelawak gadis kecil." Ucap Demian sambil terus tertawa.
"Tutup mulutmu!" Teriak Sinb dengan kesalnya dan tiba-tiba saja angin tertiup kencang mengoyak-ngoyak pepohonan membuat Mina beserta Jennie harus membuat perisai untuk Zakline dan Genio mereka berempat berlindung didalam perisai tersebut.
"Awal yang lumayan untuk sebuah amukan, gadis kecil." Demian benar-benar tak bisa menghentikan seringaiannya.
"Terima ini!" Sinb menggerakkan tangannya, seolah mengumpulkan semua angin dan menghempaskannya begitu saja kepada Demian yang berdiri tak jauh dihadapannya.
BLASSHHH
Demian dapat menghindar dengan mudahnya, ia bergerak seperti api melesat dengan cepat.
"Hanya itu? Perlu kau tahu, keturunan Lev mampu menggerakan semua Ksatria karena itu ia bisa menguasai semua unsur yang dimiliki para kstaria." Terang Demian membuat Sinb mulai berfikir dan berusaha menemukan sebuah cara untuk mengaktifkan kekuatannya secara penuh.
Sinb memejamkan matanya dan sebuah angin menggulung datang seperti badai topan, petir menyambar-nyambar di iringi dengan hujan air dan batu-batu berterbangan dari tanah. Tanah yang ia pijak retak, muncul tunas-tunas duri dengan akar pohon besar menjalar siap mengikat siapapun dan air yang tiba-tiba membeku menjadi es, petir semakin menyilaukan ketika cahaya tiba-tiba menjadi satu membuatnya terlihat terang dan menyakiti mata.
Jennie dan Mina terbelalak melihatnya, ia tidak menyangka bahwa Sinb bisa melakukan itu dan Zakline begitu juga Genio memandanginya tak percaya.
"Kejayaan itu akan kembali." Guman Zakline.
"Dan dunia yang kelam ini akan berakhir." Genio meneruskan perkataan Zakline.
"Apa gunanya kau melakukan ini, jika akhirnya tidak bisa membuatku terluka?" Teriak Demian membuat Sinb membuka matanya dengan marah.
"Kau sangat angkuh!" Sinb menggerakan tangannya membuat beberapa petir menyambar-nyambar dan menyerang Demian di ikuti akar pohon yang bergerak-gerak hendak mengikat Demian dan serbuah air hujan yang berubah menjadi batu ice terus menghujaninya membuat Demian sedikit kewalahan tapi pria itu dengan gesit melesat dan menghindari semua serangan Sinb sampai gadis itu terlihat kelelahan mengerahkan seluruh kekuatannya.
"Kenapa begitu melelahkan." Guman Sinb dan tubuhnya tiba-tiba saja oleng dan hampir terjatuh pada duri-duri tajam yang tertancap ditanah kalau saja Demian tak segera meraih tubuhnya.
Demian menggendong tubuh Sinb sambil melayang-layang dengan menggunakan alat yang sudah terpasang di sepatunya. Demian sesungguhnya tidak bisa terbang, ia hanya menggunakan alat canggih yang sudah ada dan pengalaman bertarung dan pelatihan yang ia jalankan selama puluhan tahun untuk memiliki kemampuan seperti sekarang.
"Ku pikir aku harus mengakui bahwa dirimu memang keturunan Lev." Demian berbicara sambil menatap Sinb yang kini ia gendong, gadis itu menatap Demian dengan mata sayunya.
"Tunggu, sampai aku menguasainya. Aku akan menantangmu untuk bertarung lagi." Lirih Sinb dengan suara lemahnya dan Demian hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Dengan senang hati Putri Reika." Kata Demian.
Mereka akhirnya kembali ke Hector dan Sinb tertidur di dalam kamarnya dengan tubuh lemahnya. Ia berhasil membangkitkan seluruh kekuatannya tapi gadis ini tidak cukup kuat untuk mengendalikannya.
"Dia yang paling cepat menguasainya, aku sudah menduganya karena itu aku menerima tawarannya Zakline." Seru Demian sembari memandangi Sinb yang tak sadarkan diri, Zakline berdiri disampingnya dengan mengangguk.
"Jadi kau memang merencanakan ini? Memancing emosinya?" Tanya Genio dan Demian mengangguk.
"Kita tidak punya banyak waktu lagi, mereka harus segera menguasai kekuatan mereka dan barulah setelah itu kita bisa mencari ksatria yang tersisa. Mungkin disini terlihat begitu tenang tapi percayalah setelah kalian keluar dari daerah ini akan ada banyak rintangan, segala kemungkinan akan terjadi dan mereka harus setidaknya memiliki sesuatu untuk melindungi diri mereka dari bahaya apapun yang akan mengancam." Terang Demian membuat Genio mengangguk mengerti, meskipun Genio begitu jenius dalam urusan penemuan jenis apapun! Tapi ia tidak memiliki pengalaman mengarungi planet EXO seperti Demian atau bertarung dengan beberapa orang mungkin? Selama ini Genio hanya melatih kekuatannya secara pasif tanpa lawan yang sesungguhnya dan itu sangat jauh berbeda dengan Demian.
"Jadi sekarang kau berubah pikiran? Kau tak mengangap kami sebagai beban bukan?" Celetuk Jennie yang tiba-tiba saja duduk disebelah Sinb yang terpejam.
"Aku perlu tau, apa yang kau miliki putri?" Demian tetaplah Demian, siapapun dia jika Demian belum melihat sendiri dengan matanya kekuatan yang di miliki seseorang itu, ia tidak akan mempercayainya begitu saja.
"Apa kami harus melakukan pertarungan sulit seperti dia?" Jennie menunjuk ke arah Sinb membuat Demian mengangguk dan seketika desahan lolos dari mulut Jennie.
"Ya, kalian harus membuktikannya kepada kami. Agar setidaknya kami bisa menyusun rencana untuk selanjutnya." Jawab Demian.
"Apa kekuatan yang kami miliki tak sama dengannya?" Kali ini Mina bertanya.
"Entahlah, kita akan tahu kalau kalian menunjukkannya kepada kami." Jawab Demian membuat Mina terlihat cemas. Bagaimana ia tak cemas? Dari kedua saudarinya ini yang paling lemah adalah Mina, dulu saat di bumi mereka selalu bertanding jika mereka berkumpul saat liburan Chuseok.
Yang dapat Mina ingat sampai sekarang adalah Sinb bisa mempelajari teknik apapun dalam pertarungan dan dia begitu cerdik mengatasi serangan jenis apapun, kekuatan itu pun tidak berubah sampai sekarang bahkan Sinb bisa menguasai segala bentuk unsur kekuatan yang di miliki klan ksatria dengan cepat.
Jennie, gadis itu begitu kuat lebih kuat dari Sinb dan juga dirinya. Ia bisa mendorong sebuah bus hanya menggunakan jari telunjuknya. Apa mungkin kekuatan yang Jennie miliki akan sama sekarang?
Lalu bagaiman dengan dirinya? Apa keistimewaan yang ia miliki?
Mina benar-benar nampak berfikir keras.
---***---
Seperti semalam nampaknya Demian, Genio dan Zakline tak beristirahat. Mereka membantu Genio membaca semua data yang Demian berikan kepada Genio.
"Jadi Cyborg itu terbuat dari separuh mesin dan separuh tubuh asli?" Tanya Zakline.
"Mereka mempertahankan otak asli dan memberikan beberapa serum untuk meningkatkan kecerdasannya. Apa seperti itu Demian?" Genio bertanya pada Demian dan pria itu menjawabnya dengan anggukan.
"Apa mereka tidak melawan? Ku pikir tidak semua pasukan bergabung karena mereka ingin." Asumsi Zakline.
"Ya, mereka menghapus semua memori ingatan mereka dan menanamkan ingatan baru yang memeyakinkan mereka untuk selalu menuruti perintah Czar." Genio tercengang dengan menjelasan Demian.
"Wah, kemajuan pengetahuin mereka cukup pesat. Bahkan mereka bisa memanupulasi ingatan seseorang dan mengisi ingatannya dengan ingatan palsu. Apa ini seperti sebuah hipnotis?" Genio berusaha menduga-duga dan Demian menggeleng cepat.
"Tidak, sesuatu seperti cacing yang sebenarnya didalam terdapat memori ingatan telah ditanamkan di dalam otaknya dan alat itulah yang berfungsi mengendalikan mereka. Aku hanya tahu sebatas itu, apa saja yang terdapat didalam cacing buatan itu aku tidak tahu." Lanjut Demian membuat Genio mengangguk-angguk mengerti.
Di kamar ketiga gadis itu, Sinb mengerjab-ngerjabkan matanya beberapa kali sampai ia bisa membuka sepenuhnya. Ia memandangi sekeliling dan mendapati Mina tidur dengan memeluk tubuhnya dengan kaki Jennie menumpangi tubuh bagian bawahnya.
"Apa yang terjadi?" Sinb mengingat-ngingat.
"Ah, aku kelelahan sebelum bisa melukainya, memalukan!" Sinb segera bangkit dari tempat tidur dengan berlahan agar tidak membangunkan kedua saudarinya itu, kemudian ia berjalan melewati lorong. Ia ingin pergi ke atap, tempat teratas hector, menghirup udara segar planet asing ini.
Sampailah Sinb diatas, ia memejamkan matanya, menghirup udara dalam-dalam dan menghempaskannya keluar.
Sekelabet memori tentang bumi membuatnya membatu. Ia merindukan bumi, nenek, orang tuanya dan teman-temannya.
"Apa kau menyesali sesuatu?" Sinb menoleh dan mendapati sosok Demian berjalan mendekatinya.
Sinb segera mendengus, dia sangat tidak ingin bertemu dengan Demian untuk sekarang.
"Ya, aku menyesal karena kelelahan sebelum melukai dirimu!" Ketus Sinb membuat Demian tertawa renyah.
"Kenapa kau sangat ingin melukaiku?" Kali ini Demian nampak serius bertanya.
"Karena kau sangat angkuh!" Jawab Sinb.
"Kenapa semua orang harus ramah padamu? Oh, apa karena Zakline dan Genio menganggapmu seorang putri?" Kata Demian dengan remeh.
"Jangan pernah berharap, bagiku kau hanya seorang gadis kecil yang beruntung memiliki kekuatan itu." Ungkap Demian dengan dingin.
"Yak! Apa sebegitu tidak sukanya kau padaku?" Teriak Sinb, entah mengapa? Sinb selalu merasa sakit dengan setiap ucapan Demian yang begitu dingin kepadanya.
"Hoh, karena kau tak layak menyandang gelar sebagai seorang putri keturunan Lev. Kau dan kedua saudarimu itu tidak dibesarkan disini, jadi kalian tidak akan pernah bisa mengerti bagaimana menjadi kami? Setiap hari harus waspada terhadap serangan Czar. Kalian memilih menjadi pecundang dengan bersembunyi di planet lemah itu." Cibir Demian membuat Sinb semakin marah dan terluka.
"Kenapa memangnya kalau aku tidak tahu? Aku juga tidak meminta dilahirkan menjadi keturunanya! Kalau kau memang bukan pecundang, seharusnya sekarang saja kau serang orang yang bernama Czar itu! Kenapa kau sibuk mencibir ku, brengsek!" Umpat Sinb yang kini meninggalkan Demian.
Demian yang semenjak tadi menunjukkan ekspresi menyebalkannya kini berubah lebih serius.
"Hm...Meskipun kau sedikit kasar tapi mental seperti itu lah yang dibutuhkan untuk mengembalikan kejayaan kerajaan Mamlusky." Guman Demian sambil tersenyum.