Select. 8 Tempat penyimpanan berbagai jenis pusaka dan senjata
Zakline dan Genio mengajak Sinb untuk pergi ke Select 9 yaitu tempat penyimpanan berbagai jenis senjata dan 3 media yang dimaksud Genio untuk membangkitkan kekuatan ketiga gadis tersebut. Sepanjang perjalanan memasuki ruangan besar ini, Sinb hanya mampu menganga dengan ekspresi kagumnya. Selain berbagai jenis bangunan yang terbuat dari baja dan besi Sinb menemukan 3 benda bulat yang bercahaya dengan penyanggah di sisi kiri dan kanan serta di bagian bawah sebagai pondasi hampir terlihat seperti robot besar.
"Apa yang ada didalamnya? Sebuah robot atau sebuah alat transportasi?" Tanya Sinb yang tidak dapat membendung lagi rasa penasarannya. Zakline hanya tersenyum dan Genio sedikit tertawa.
"Ah, itu...Di dalam ada sebuah benda yang berharga." Jawab Genio ambigu membuat Sinb mendengus.
"Apa kau tidak bisa menjelaskan secara harfiah?" Ekspresi Sinb berubah datar membuat Zakline dan Genio tertawa, entar sudah berapa kalinya mereka berdua menertawakan keantusiasan gadis dihadapannya ini.
"Didalamnya ada Golden Stone Tuan putri." Kali ini Zakline membantu untuk menjawab karena ia sudah tidak tahan melihat wajah Sinb yang menahan kesal.
"Golden Stone? Apa itu benda yang begitu berharga?" Kini ekspresi Sinb berubah lebih antusias.
"Kalian biasa menyebutnya Meteorit." Kali ini Genio menjawabnya lebih serius.
"Ah seperti Mbosi, Willamatte, Agpalilik, Bacubirito, Ahnigito, Hoba, El Chaco???" Sinb menyebutkan 7 jenis meteroit yang ditemukan dibumi.
"Apa itu semua? Kenapa terdengar aneh?" Zakline bertanya sementara Genio hanya menggeleng dan terus tertawa. Ia tidak bisa menggambarkan sosok gadis dihadapannya ini, sungguh penuh semangat dan tak sabaran.
"Itu adalah jenis stone yang jatuh kebumi." Jelas Genio. " Ku pikir kau cukup tahu banyak." Sanjung Genio pada Sinb.
"Tentu saja, jangan pernah meremehkan ku!" Katanya dengan ekspresi menyebalkan.
"Baiklah, kau pasti cukup penasaran seperti apa wujudnya bukan?" Genio tiada hentinya menggoda Sinb.
"Yak, tunjukkan padaku!" Kali ini Sinb mengikuti langkah Genio untuk mendekati benda yang nampak seperti robot tersebut. Genio memencet sebuah tombol yang akhirnya membuat kaca pelindung yang membentuk lingkaran tersebut terbuka.
Drett
Cahaya keemasan yang menyilaukan muncul dari dalam. Mereka harus memejamkan mata untuk sesaat dan Sinb mencoba memberanikan diri untuk mengedipkan matanya beberapa kali. Samar dengan kilau yang masih terpendar, Sinb dapat melihat tekstur benda tersebut dan luar biasa benda berkilauan emas itu datang mendekatinya.
"Rupanya dia mengenali pemiliknya." Kata Genio dengan kagum dan Zakline memandanginya dengan lega.
Sinb mencoba meraih benda yang sebenarnya seukuran tangannya tapi cahaya yang dipancarkan oleh benda tersebut benar-benar seperti ratusan lampu yang dapat menerangi sebuah ruangan gelap, sangat menyilaukan.
"Eh, batu?" Saat Sinb berhasil memegang potongan batu tersebut, cahayanya semakin meredup.
Golden Stone
"Benda itu di sebut Golden stone putri. Golden stone ini berusia kurang lebih 4,5 miliar tahun itu sama dengan umur Planet EXO, bisa dikatakan batu ini adalah simbul kekuatan untuk planet ini. Kalian bertiga harus menyatukan ketiga potongan itu menjadi bentuk simetris yang sempurna." Penjelasan dari Genio membuat Sinb termenung.
"Kalian melupakan kami!" Teriak Jennie yang berjalan dengan tergesa-gesa sementara Mina nampak begitu santai, di belakang mereka sudah ada beberapa xoxo yang mungkin mengantarkan kedua gadis itu.
"Apa kalian merasa lebih baik?" Tanya Genio ramah.
"No! Bagaimana kau membiarkan tempat tidur itu membius kami!" Jennie masih terlihat kesal sementara Mina kini memperhatikan Sinb memandang serius benda berkilauan yang ada ditangannya.
"Apa itu?" Tanya Mina membuat Jennie berhenti mengomel dan mengalihkan perhatiannya pada sosok Sinb.
"Wah, perhiasan apa itu? Nampak berkilau?" Jennie berjalan menghampiri Sinb dan menatapnya berbinar.
"Golden stone, ini adalah sebuah simbol kekuatan Planet EXO. Kalian juga memilikinya.
Drett
Dua kaca pelindung yang membentuk lingkaran tersebut terbuka. Selain menggunakan tombol, benda yang hampir mirip seperti robot raksasa tersebut mampu di buka dengan remote control yang di pegang oleh Genio. Seketika benda berkilauan itu pun melayang-layang, Jennie beserta Mina menutup matanya karena silau. Benda itu bergerak menghampiri Mina dan Jennie.
"Buka mata kalian dan tangkap benda itu!" Perintah Sinb.
Mina membuka matanya dan segera menangkap Golden Stone sementara Jennie masih merasa silau dan sedikit ragu untuk menangkapnya.
"Ayolah Jennie!" Desak Sinb, akhirnya dengan terpaksa Jennie meraihnya.
"Omg! Apa ini? Kenapa redup?" Jennie termenung menatap golden stone yang ada di tangannya.
"Apa yang harus kita lakukan setelah ini?" Tanya Mina.
"Aku juga tidak tahu, kau tanyakan saja pada Genio. Ia yang akan menjelaskannya, semuanya masih berputar-putar di otakku." Keluh Sinb yang segera membuat Genio dan Zakline tersenyum.
"Apa kita harus melakukannya sekarang?" Tanya Genio yang sebenarnya berusaha memberikan penawaran kepada ketiga gadis itu. Sinb dan Mina mengirutkan keningnya, seolah berusaha untuk mencerna maksud dari perkataan Genio.
"Apa kau masih membutuhkan hal lain?" Tanya Sinb yang merasa mulai mengerti perkataan Genio.
"Ya, seperti energi. Kalian tidak pernah hidup di Planet ini, setidaknya tubuh kalian membutuhkan beberapa jam untuk beradaptasi dengan tempat ini. Jadi ku saran kan kalian untuk kembali ke tempat istirahat kalian." Mohon Genio.
"Kami sudah tidak lelah!" Protes Jennie yang tak mau menuruti perkataan Genio.
"Kasur itu hanya mampu menghilangkan rasa lelah kalian jika hanya sejam saja, kalian membutuhkan waktu lama untuk berbaring disana karena saat ini kekuatan kalian masih belum di aktifkan sepenuhnya." Sinb mendesah dan segera membalikkan badannya pergi, Jennie memandang Sinb bingung tidak biasanya gadis itu menjadi penurut.
"Cacing Hwang kau mau kemana?" Panggil Jennie membuat Sinb membalikkan badannya dan menatap Jennie malas.
"Menurutmu kemana? Sudah turuti saja perkataannya. Kau tidak punya pilihan lain, jangan sampai tubuhmu basah dengan air yang bahkan tidak jelas kandungan mineralnya. Bisa saja air itu mengandung Arsenik atau zat bahaya lainnya yang mungkin merupakan bagian dari senjata yang mematikan." Sindir Sinb yang seketika membuat Genio terbahak. Sinb memikirkan air yang ada di dalam kolam dibawah lantai yang mereka pijak sekarang, kalau Genio mengeluarkan air dan menyerang mereka? Mungkin saja bukan? dan lagi, ini adalah planet yang berbeda dengan bumi, di bumi saja air ada yang tidak berbahaya dan ada yang berbahaya. Disini Sinb tidak dapat menjamin bahwa air itu baik-baik saja atau tidak?
"Hey, apa yang kau bicarakan?" Jennie tidak mengerti dengan apa yang Sinb maksud.
"Tentu saja aku tidak akan melakukan apapun kepada kalian. Zakline akan menghukum ku untuk tindakan yang tak berguna seperti itu." Ungkap Genio sembari melirik Zakline yang hanya mampu tertawa.
"Benarkah? Oh ya, aku lupa kalau kami ini adalah keturunan dari raja kalian kan?" Ucap Sinb sambil melangkah pergi.
"Hm...Ya." Jawab Genio yang memandang punggung Sinb yang semakin jauh di ikuti Mina dan Jennie.
Di dalam kamar...
"Tidurlah...Besok mungkin akan semakin sulit." Ketiga gadis itu sudah berbaring bersama dengan Jennie di tengah sementara disamping kanannya Sinb dan kiri ada Mina.
"Apa yang kau pikirkan?" Mina yang cukup jeli membaca ekspresi Sinb menanyakan apa yang sedang saudarinya ini rasakan.
"Sesuatu yang cukup rumit dan tanpa batas." Jawab Sinb ambingu.
"Hello! Bisakah kau berbicara dengan baik? Kau bukanlah seorang sastrawan yang pandai merangkai sajak!" Protes Jennie membuat Mina tertawa sementara Sinb hanya mampu menghela nafas.
"Ku pikir kau harus memberikan banyak asupan glukosa untuk otakmu itu, agar kualitas berfikirmu lebih baik." Sindir Sinb.
"Apa kau berusaha mengatakan bahwa aku ini bodoh?" Tanya Jennie yang tak terima dengan perkataan Sinb.
"Iya Lexia!" Ungkap Sinb dengan gaya santainya.
"Dasar kau cacing Reika!" Balas Jennie.
"Hentikan, atau aku akan menyumpal mulut kalian dengan serangan cepat ku!" Ancam Mina yang membuat kedua saudarinya ini bungkam. Kalau sudah seperti ini? Mina tidak akan main-main lagi.
---***---
Pagi menyapa ketika ketiga gadis ini masih setia meringkuk di dalam selimut tebal dan hangat yang menutupi seluruh tubuh mereka.
Tit...tit...tit...
Seperti sebuah alarm peringatan berbunyi membuat Sinb menggeliat, mengerjapkan-ngerjapkan matanya dan tangan Mina beberapa kali memukulinya membuat Sinb mau tidak mau harus segera membuka matanya.
"Wae?" Kesal Sinb dan dihadapan mereka telah berdiri Zakline bersama Genio dengan tatapan bingung dan khawatir.
"Ada apa?" Suara Sinb meninggi.
"Seseorang sudah mengetahui keberadaan kalian." Jawab Zakline
"Jadi?" Mina bertanya dengan ekspresi tegangnya.
"Kalian harus pergi dari sini. Genio akan menemani kalian." Pinta Zakline yang membuat Sinb dan Mina segera berdiri, sementara Jennie masih menggeliat dan kelihatan berusaha untuk mengerti situasi ini.
"Putri cepatlah, akan aku jelaskan secara detailnya di pesawat nanti." Kali ini Genio angkat bicara.
"Jennie, ayo bangun!" Mina menarik tangan Jennie untuk segera berdiri. Dengan terpaksa dan setengah sadar Jennie berdiri dan Mina segera menggiringnya untuk meninggalkan kamar mereka.
"Bagaimana denganmu Zakline? Bagaimana seandainya mereka menangkapmu?" Tanya Sinb yang tiba-tiba saja ia mengkhawatirkan pria tua itu.
Seperti sebelumnya mereka menaiki sebuah lif melewati tiap Select bahkan select 9 dan akhirnya mereka tiba diatas. Ujung bangunan yang disebut Hector yang merupakan tempat teratas dan disana sudah ada sebuah pesawat yang mirip dengan piringan terbang.
Neuro Plane
"Woah, itu seperti piringan hitam UFO!!!" Jennie menguman kagum dan Sinb nampak berfikir.
"Apa mungkin pesawat UFO yang mereka maksud dari planet ini? Tapi beberapa peneliti mengatakan ketika tahun 1939 rezime Nazi membuat benda seperti ini, sementara penampakan UFO di perbincangkan mulai tahun 1947, saat itu seorang pilot yang bernama Kenneth Arnold lah yang menemukan pertama kali. Karena ketidak akuratan berita ini membuatku berhenti untuk mencari tahu tentang pesawat langka ini, tidak di sangka kalau pesawat ini benar-benar ada di Planet ini. Sekarang aku bertanya kepadamu, kau yang meniru bentuk ini atau rezime Nazi? Tanya Sinb menatap Genio penuh selidik sementara Genio yang di tatap seperti itu hanya tertawa.
"Baiklah, aku akan menjelaskannya kepada kalian. Sebenarnya Neuro sudah ada semenjak 150 tahun yang lalu. Aku menemukannya disebuah gua, tertimbun tanah dan aku memperbaikinya. Mungkin pesawat seperti ini tidak akan kalian temukan lagi di planet ini kecuali kalian datang ke pusat kota di sebuah gedung museum. Ketahuilah tuan putri, peradaban disini begitu maju lebih dari yang kalian bisa bayangkan sekarang." Terang Genio.
"Ayo masuk!" Ajak Genio dan sebuah tangga pun muncul dari dalam piringan yang mereka sebut Neuro.
Tanpa ragu, Jennie menaiki tangga di susul Mina dan Sinb. Seperti biasa Sinb memperhatikan tiap sisi badan pesawat. Ternyata di dalam pesawat ini begitu luas membuat ketiga gadis itu melongo.
"Woah, this is amazing!" Jennie berdecak kagum.
"Sebelumnya kalian harus mengganti baju kalian, gunakan ruangan disebelah sana. Aku sudah menyediakan banyak baju elastis, anti logam, jadi senjata bentuk apapun tidak akan mampu menembusnya. Kalian hanya akan merasakan rasa sakit saja dan baju itu akan membentuk sesuai dengan keinginan kalian." Terang Genio membuat ketiga gadis itu diam, berusaha mencerna dan juga cukup kagum.
Mereka masuk kedalam sebuah ruangan yang hampir mirip dengan kamar tapi dengan tempat tidur yang berbentuk aneh dan langit-langit yang serupa dengan pemandangan galaxy.
"Aku tidak menyangka didalam piringan hitam ini ada sebuah kamar yang unik." Pekik Jennie yang segera membanting tubuhnya pada tempat tidur yang hanya berbentuk setengah lingkaran tersebut. Sementara Sinb dan Mina sudah berjalan mendekati lemari yang terbuka dan mereka melihat isi lemari itu dengan bingung. Bingung karena hanya ada beberapa pakaian elastis dengan model yang sama.
"Dia menyuruh kita untuk memilih? Dan ini apa? Semua sama." Guman Sinb.
"Coba saja!" Ajak Mina yang kini memasuki sebuah kamar mandi dan memakainya.
"Subarashii!!!" Pekik Mina yang artinya menakjubkan. Segera Sinb berlari kearahnya dan menemukan Mina tidak memakai pakaian elastis yang bahannya hampir mirip dengan stoking melainkan ia begitu anggun dan berwibawa dengan pakaian seperti seorang petualang, berwarna putih dengan sepatu boot dengan panjang sampai diatas lutut.
"Wae? Kenapa bisa berubah seperti ini?" Tanya Sinb heran.
"Aku hanya membayangkannya dan itu berubah begitu saja." Mina masih terliat bahagia dan antusias.
"Aku akan mencobanya!" Sinb bergegas memakai baju elastis itu dan ia berubah seperti seorang petarung dengan pakaian yang ketat dan menawan.
"Daebak!" Sinb tidak bisa berkata-kata.
"Aku juga akan mencobanya!" Jennie segera mencoba baju elastis itu dan ia juga berubah menjadi sosok lain seperti di film star wars.
"OMG!!! INI SANGAT GILA!!!" Pekiknya kegirangan yang kini Jennie terlihat seperti salah satu tokoh dalam film star wars.
"Apa kalian sudah selesai berganti pakaian?" Teriak Genio dari balik ruangan.
"Ya! Kami sudah selesai!" Balas Sinb dan akhirnya mereka pun segera keluar dari ruangan itu. Genio tersenyum melihat perubahan ketiga putri tersebut.
Sinb kembali lagi fokus pada layar monitor yang mengelilingi sebagian dinding pesawat ini. Mina masih terlihat bingung dengan pakaiannya dan Jennie sudah heboh dengan memperagakan banyak pose keren.
"Apa ini desain awalnya?" Sinb kembali serius dan Genio segera menggeleng.
"Bukan, aku memodifikasinya. Semua layar ini berhubunan dengan ribuan Mici yang tertempel di luar Neuro." Terang Genio.
"Mici?" Seru Mina yang semenjak tadi mendengarkan penjelasan Genio.
"Apakah itu seperti micro kamera?" Tebak Sinb dan Genio mengangguk puas. Dari mana Sinb tahu? Jelas dia memperhatikan tampilan beberapa layar monitor.
"Tepat sekali, ribuan mici untuk mengirimkan sinyal jika ada musuh yang mendekat, bukan hanya sebagai alat pengintai saja." Lanjut Genio.
"Berapa lama jarak tempuh yang mampu pesawat ini lakukan?" Sinb tak berhenti menunjukkan minat dan rasa penasarannya.
"Neuro dapat mengudara selama 1 bulan lebih, dengan efisiensi bahan bakarnya sangat canggih. Pesawat ini memiliki banyak fungsi, selain untuk penerbangan menyelusuri seluruh Planet EXO, bisa juga untuk penerbangan antar galaxy dan itu bisa terjadi setelah aku memodifikasinya." Ucap Genio dengan bangga.
"Aku menyukai kursi ini." Jennie duduk di salah satu kursi sofa empuk.
"Apa tidak apa-apa kita meninggalkan Zakline sendiri?" Kali ini Mina bertanya.
"Dia akan baik-baik saja. Bersiaplah kita akan berangkat!" Seru Genio.
"Siapa yang menyerang kita sebenarnya? Kata mu Czar tidak akan tahu tempat ini?" Tanya Sinb.
"Aku tidak dapat memastikan siapa mereka? Tapi mereka mungkin membawa banyak pasukan tempur bahkan mereka sebentar lagi akan sampai kemari karena portal itu nampak semakin besar. Postal sebesar itu akan muncul jika itu adalah sebuah pesawat yang menampung banyak prajurit." Genio menunjukkan sebuah portal besar diatas langit membuat ketiga gadis itu menanga tak percaya. Sekeras apapun mereka berusaha untuk mencernanya, semua ini benar-benar di luar nalar mereka.
Portal antar dimensi
Bahkan kini beberapa pesawat muncul membuat mereka panik. Sepertinya ini tidak akan mudah dan Genio berusaha mengaktifkan semua komponen pesawat untuk segera meninggalkan tempat ini.
"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa mereka muncul begitu banyak dari lubang itu!" Jennie yang selalu lebih panik dari yang lain.
"Genio, ku rasa kita harus segera pergi!" Saran Sinb.
"Mereka semakin banyak!" Mina berusaha memperingatkan.
"Bantu aku, tarik itu keatas!" Genio memerintahkan Sinb.
"Kenapa kau tak membawa serta xoxo? Setidaknya kau tak perlu repot untuk melakukan ini." Omel Jennie.
"Diamlah kalau kau tak bisa melakukan apapun!" Bentak Sinb yang sangat risih dengan seluruh keluhan Jennie. Ia sudah tahu bahwa Jennie memang suka mengeluh tapi kali ini keluhan Jennie sangat tidak tepat.
Sinb segera melakukan apa yang Genio suruh dan mereka merasakan getaran. Pesawat Neuro mulai bergerak dan...
BLAM
"KYAAKK!!!" Jennie berteriak ketika tiba-tiba saja Neuro oleng, hampir saja terjatuh jika tidak segera Genio kendalikan.
"Kau tidak seharusnya memakai pesawat setua ini untuk menjadikan nyawa kami jaminannya." Sinb terlihat kesal.
"Ah, maafkan aku. Aku tidak menyangka rudal mereka mampu menyentuh Neuro yang ku buat ini. Aku sangat penasaran? Secanggih apa peralatan tempur mereka?" Genio terlihat antusias membuat Mina ikut kesal.
"Jadi? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Mina yang sudah terlihat sangat khawatir.
"Menyerah!" Jawaban Sinb membuat semua orang menatapnya tak percaya.
"YOU CRAZY!!!" Umpat Jennie.
"Jangan melakukan hal sia-sia. Lihatlah ratusan pesawat tempur itu? Kalau mereka semua menembaki Neuro ini, setidaknya dengan beberapa rudal sudah dipastikan akan membuat Neuro ini jatuh, jika itu sampai puluhan rudal? Ku pikir Neuro ini akan hancur dan kita juga akan lenyap." Kata Sinb dengan santainya membuat Jennie dan Mina bertambah khawatir saja.
"Terkadang aku benci memiliki seseorang sepintar dirimu di sekitarku putri!" Keluh Genio yang kini nampak begitu tegang dengan keringat bercucuran di pelipisnya.
"Setidaknya itu cukup membuatmu tersadar dari mode kepercayaan dirimu dan rendahnya kewaspadaanmu tentang segala kemungkinan yang terjadi di luar penelitianmu!" Kata Sinb yang sesungguhnya mengkritik kecerobohan Genio yang hanya terfokus pada penemuan tetapi tidak berusaha meminimalisasi resiko pada setiap penemuan dan penelitiannya.
"Oh, ayolah! Aku tahu aku salah. Tapi ku mohon bantu aku sekarang! Tidak ada cara lain lagi sekarang kecuali menyatukan Golden stone itu. Aku tidak bisa menjamin apapun tentang ini. Kita masih jauh dari misi, ini sama saja menyerah sebelum melakukan apapun!" Genio menjambak rambutnya sendiri, terlihat begitu frustasi.
"Apa yang harus kami lakukan? Katakan sekarang! Kita tidak punya banyak waktu!" Sentak Sinb untuk mengembalikan ke fokusan Genio.
"Ini..." Genio menyerahkan 3 Golden Stone mereka kemarin.
"Apa yang harus kami lakukan dengan benda ini?" Tanya Jennie.
"Satukan ketiga Golden Stone itu!" Perintah Genio.
"Hanya disatukan?" Mina masih ragu.
"Iya, tapi tidak disini!" Jawab Genio ambigu.
"Apa maksudmu? Lalu dimana?" Sinb sungguh merasa sangat kesal dengan Genio yang terus saja berbelit-belit.
"Di luar atau Neuro ini akan hancur!" Ungkap Genio.
"YOU CRAZY!!! Kau ingin membunuh kami apa?" Bentak Jennie.
"Masih ada waktu sampai mereka benar-benar menyadarinya." Genio segera membuat portal kecil ditengah-tengah pesawat.
"Masuklah kesini dan kalian akan berada di bawah sana." Tunjuk Genio pada sebuah tanah yang luas yang hanya di tumbuhi ilalang.
"Aku hanya mampu membuat portal sekecil ini tapi jika kalian sanggup membangkitkan kekuatan kalian? Aku yakin bahkan kalian bisa memboyong seluruh isi planet ini ke Bumi sekali pun!" Ucapan Genio seketika membuat ketiganya termangu dengan ekspresi ketidak percayaannya.
"Cepat! Kalian hanya perlu menyatukannya!" Perintah Genio. Mulai dari Sinb, Mina dan Jennie mulai masuk kedalam portal kecil tersebut.
"Sial! Aku tidak suka dengan pendaratan ini!" Keluh Sinb yang terjungkal dan jatuh diatas ilalang.
"Oh Shit!" Jennie mengumpat ketika ia jatuh terduduk.
"Auuu..." Mina pun sama halnya dengan mereka.
"Mana batunya?" Tanya Sinb dan mereka pun menunjukkannya pada Sinb.
"Ayo lakukan dengan cepat!" Kata Mina.
Mereka pun berdiri dan melingkar berusaha untuk menyatukan Golden Stone itu dan apa yang terjadi???? Langit seketika gelap dam cahaya menyilaukan muncul dari Golden Stone yang telah disatukan dan luar biasanya lagi selain cahaya itu muncul bayangan berbentuk lingkarang yang cukup besar membentuk lambang dan hurup yang tak mereka mengerti. Bersamaan dengan itu terdengar suara gaungan yang menggema membuat telinga terasa sakit.
Penyatuan tiga kepingan Golden Stone
"WOW!!!" Jennie terkagum-kagum.
"Apa kalian merasakannya!" Teriak Mina mengeraskan suaranya karena gaungan itu tak mau berhenti.
"MWO!" Tanya Sinb.
"Sesuatu masuk kedalam tubuh kita!" Terang Mina.
"Tubuhku bergetar!" Seketika tubuh Jennie melayang.
"JENNIE!!!" Pekik keduanya tapi sepertinya Jennie tak merasakannya karena ia terlihat bingung dan tak percaya bahwa dirinya bisa terbang.
"Aku juga terbang!" Kali ini tubuh Mina juga melayang-layang.
"Bagaimana ini? Kyaaakkkk!!!" Dan tubuh Sinb pun melayang-layang.
"Kendalikan kekuatan kalian!!!" Genio berseru. Ia muncul dari portal dan mulai berteriak kepada ketiga gadis itu yang melayang-layang tanpa kendali.
"Yak! Kenapa kau meninggalkan pesawat itu!" Teriak Sinb yang masih melayang-layang.
"Kalian lebih penting dari pada penemuan jenis apapun!" Ucap Genio. Ia tak merasa kesal atau marah jika Neuro itu pada akhirnya hancur tapi ia akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu dengan ketiga keturunan terakhir raja Lev.
"Help me!" Jennie mulai panik dengan tubuhnya yang melayang-layang tak tentu arah disekitar cahaya Golden stone yang masih menyala terang.
"Sinb..." Mina juga memanggil-manggil nama Sinb, ia terlihat khawatir.
"Bagaimana caranya Genio!" Teriak Sinb.
"Fokuslah dengan apa yang ingin kalian lakukan sekarang! Kau hanya perlu meminta tubuhmu untuk berhenti!" Perintah Genio dan benar saja Sinb memejamkan matanya sesaat dan tubuhnya pun berhasil turun dengan mulus ketanah, disusul Mina dan Jennie masih melayang-layang.
"Ayolah Jennie!" Pekik Sinb
"Keluarkan keberanianmu!" Mina menyemangati Jennie.
BLAM
Mereka menoleh dan sepertinya ratusan pesawat pengintai itu sudah semakin dekat. Lingkaran dan cahaya yang di pancarkan dari Golden Stone ini jelas membuat keberadaan mereka semakin cepat di ketahui.
"Ayo Jennie lakukan sekarang atau kita akan hancur!" Sinb terus mendesak Jennie yang membuat Jennie terlihat semakin frustasi dan akhirnya ia pun mampu mendarat ke tanah dengan benar.
"Dimana batu itu?" Tanya Sinb ketika melihat langit sudah kembali biru dan batu itu menghilang.
"Masuk kedalam diri kalian. Batu itu hanya bentuk lain dari kekuatan kalian." Terang Genio yang membuat mereka beroria.
"Apa kita akan kembali ke dalam pesawat?" Tanya Mina dan Genio menggeleng.
"Lalu?" Sinb terlihat tak sabaran.
"Hadapi mereka!" Perintah Genio.
"WHAT!!! Kau benar-benar sinting! Dengan cara apa kami menghadapinya?" Jennie berdecak sebal memandang Genio.
"Bukalah sebuah portal saat mereka sudah dekat. Kalian sudah memiliki kekuatan itu sekarang!" Terang Genio.
"Kau yakin kami bisa?" Tanya Sinb dengan ragu dan Genio mengangguk.
"Bagaimana caranya?" Tanya Mina.
"Seperti saat kalian dapat mendarat." Jawab singkat Genio.
"Jawaban macam apa itu!" Jennie yang selalu melayangkan protesnya.
"Kami akan mencobanya!" Kata Sinb dengan tekat.
Pada akhirnya mereka berempat menunggu ratusan pesawat pengintai itu untuk mendekat. Mereka terlihat cemas dan bersiaga.
"Dalam hitungan ketiga, 1...2...3..." Genio memberikan intruksinya dan sebuah cahaya muncul dari tangan mereka bertiga membentuk lingkaran seperti tadi dan portal besar pun muncul, lebih besar dari portal yang di masuki pesawat pengintai itu tadi.
BLASS
Bunyi itulah yang terdengar saat puluhan pesawat pengintai yang tak bisa mengontrol dan masuk kedalam portal tersebut.
Genio tersenyum lega ketika rencananya berhasil dan ketiga gadis itu juga terlihat lega melihatnya sebelum akhirnya tanpa mereka sadari seseorang berjalan dibelakang mereka dengan memunculkan api dari tangannya yang nampak seperti sayap.
"Siapa dia!" Pekik Jennie yang kehilangan konsentrasinya.
"SIAPA KAU???" Bentak Genio dan sosok itu semakin mendekat dengan seringaiannya yang membuat ia terlihat tampan dengan ekspresi evilnya.
"Aku?" Tanyanya yang sangat jelas kalau dia adalah seorang pria.
"Apa maumu? Kenapa kau menyerang kami?" Tanya Sinb.
"Hentikan portal itu dan aku akan menjelaskannya kepada kalian!" Tawar pria itu.
"Kau pikir kami bodoh? Kalau aku menghentikan portal ini, pasukan mu akan menyerang kami bukan?" Dugaan Sinb membuat pria itu tertawa.
"Kau cukup cerdik! Baiklah kalau begitu tidak ada cara lain kecuali membunuh kalian!" Pria itu mengeluarkan apinya lagi dari tangannya. Ini menakjubkan, benar-benar seperti pertunjukan syihir.
"Aku yang akan menghadapinya, kalian fokuslah pada portal, terus hisap sampai tak ada satu pun yang tersisa!" Perintah Genio.
"Baik!" Ucap mereka bertiga bersamaan.
Genio pun ekspresinya berubah menjadi lebih serius, ia memulai memainkan tangannya dan luar biasa kumpulan air keluar dari tanah.
Dengan tenang, ia menuntun kumpulan air itu mengikuti gerakan tangannya dan segera mengarahkannya pada pria misterius yang kini dengan santai menatapnya. Air itu meluncur dengan cepat menghampiri pria tersebut tapi sebelum sampai pria itu sudah menghalanginya dengan sebuah perisai tak kasat mata yang ia buat.
"HENTIKAN!!!" Teriakan seseorang yang tak asing.
"Zakline!!!" Seru ketiga gadis itu yang menemukan Zakline muncul dari sebuah portal kecil yang kemungkinan ia buat.
"Kenapa aku harus berhenti?" Tanya Genio menatap Zakline bingung.
"Ya! Kenapa!" Tanya Sinb.
"Karena dia adalah keturunan terakhir dari Klan Pyroky dan dia dapat mengendalikan api. Nak, kami bukan musuhmu!" Teriak Zakline yang membuat pria itu mengangkat satu alisnya sementara Genio memandang pria itu tak percaya dan air yang tadi ia keluarkan, menghilang begitu saja. Sementara ketiga gadis itu menutup portal sesuai dengan permintaan Zakline.
"Apa maksudmu pak tua!" Seru pria itu.
"Apa kau pernah mendengar kerajaan Mamluksy? Dengan pemimpin kerajaan yang mulia Lev Egor Petyay sekaligus 12 Klan Kesatria?" Tanya Zakline dan pria itu nampak tercengang.
"Astaga! Bagaimana kau bisa tau?" Pekik pria itu menatap Zakline heran.
"Karena aku adalah salah satu panglima tempur, Zakline! Apa kau tidak pernah mendengarkan nama ku?" Tanya Zakline dan pria itu nampak berfikir.
"Kau? Ya, aku pernah mendengarnya!" Sorot yang awalnya tajam kini berangsur melunak dan ia menunjukkan ekspresi nampak tak percaya setelah ia seolah berhasil menebak sesuatu.
"Kau masih hidup Zakline? Apa kau mengingatku juga?" Tanya pria itu dengan wajah sedihnya.
"Ya tentu saja nak. Kau Demian Pyroky kan? Seorang anak pemberani dan berhasil membakar gudang persenjataan Czar saat itu, hahaha." Zakline tertawa keras dan pria yang bernama Demian itu pun tertawa.
DEMIAN PYROKY | KSATRIA KLAN PYROKY \ PENGENDALI API
"Aku tidak percaya kau mengingatnya." Ucapnya dengan wajah lebih cerah.
"Kami baru saja ingin mencarimu. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?" Kali ini Zakline yang terlihat sedih.
"Ku pikir kau melupakan ku? Aku baik-baik saja seperti yang kau lihat. Aku berusaha menepati janjiku untuk bertemu dengan mu lagi jadi aku mencarimu juga, mengelilingi Planet EXO ini." Terang Demian membuat Zakline nampak terkejut.
"Terima kasih nak!" Zakline memeluk Demian membuat semua orang merasa terharu tak terkecuali ketiga gadis itu.
"Seharusnya aku yang berterima kasih karena kau memberiku kesempatan kedua untuk hidup." Ungkap Demian, sesungguhnya tidak ada yang tahu dan mengerti apa maksud dari perkataan dua orang ini, mungkin hanya Genio saja yang tahu, buktinya ia beberapa kali tersenyum mendengarkan percakapan antara Zakline dengan Demian.
"Lalu kenapa kau menyerang kami?" Tanya Zakline yang sepertinya cukup mewakili rasa penasaran ketiga gadis itu dan juga Genio.
"Ku pikir bangunan Hector itu adalah milik Czar dan itu semakin membuat ku yakin saat ketiga gadis itu mampu membuat portal. Hanya keluarga kerajaan yang mampu membuat portal sebesar hanya dengan kekuatan tiga orang." Terang Demian membuat Zakline tertawa. Portal yang besar? Bisa dibuat dengan setidaknya mengumpulkan kekuatan lebih dari 20 orang yang memiliki keahlian setingkat lebih tinggi dari makluk penghuni planet EXO.
"Ya, mereka adalah keturunan terakhir Yang Mulia Lev." Terang Zakline yang ketika membuat mata Demian melebar.
"Maksudmu?" Demian masih tak mengerti.
"Ketiga gadis itu adalah keturunan terakhir Lev yang memiliki kekuatan besar. Mereka adalah Putri Reika, Putri Sieera dan Putri Lexia." Zakline memperkenalkan ketiga gadis itu. Demian menatap ketiga gadis itu bergantian.
"Ini membingungkan tapi nanti aku ceritakan kepadamu." Ucap Zakline sambil menepuk bahu Demian.
"Dan aku adalah Genio Hydroy." Genio menjabat tangan Demian.
"Kau..." Kata Demian mengambang.
"Ya, aku Klan Ksatria sama sepertimu. Aku mewarisi keahlian keluarga ku sebagai pengendali air." Demian mengangguk, kemudian tersenyum.
"Ku pikir kita menjadi penonton sekarang." Bisik Jennie yang terlihat kesal karena ketiga pria itu nampak sibuk membuat ruang obrolan sendiri.
"Beri waktu mereka untuk bereuni." Bisik Mina sambil tertawa.
"Masih tersisa 7." Kata Sinb yang jauh dari topik pembahasan.
"Apanya?" Tanya Mina dan Jennie bersamaan.
"Makhluk yang disebut sebagai Klan Ksatria." Kata Sinb sambil mendesah.
"OMG! Haruskan kita yang melakukannya?" Jennie mulai membayangkan betapa lelahnya melakukan itu.
"Sepertinya." Jawab Sinb.
"Aku ingin pulang!" Pekik Jennie yang terdengar oleh ketiga pria itu.
"Ayo Tuan Putri kita pulang. Pasti kalian sangat lelah." Kata Zakline dengan lembut, ia pun membukakan sebuah portal kecil dan menggiring ketiga gadis itu memasuki portal di ikuti dengan Genio dan Demian.