Hari ini adalah hari dimana ketiga putri itu mulai melakukan latihan untuk mengontrol kekuatannya dengan Demian menjadi pelatih mereka, sementara Genio mengawasi mereka dari Mici yang ia tabur diluar hector dan Zakline ikut bersama mereka mengawasi secara langsung.
"Sebenarnya apa yang akan dia lakukan kepada kita?" Bisik Jennie kepada kedua saudarinya.
"Mungkin dia akan membakar kita." Jawab Sinb asal membuat ekspresi Jennie berubah.
"WHAT? SHIT!!!" Umpat Jennie sembari memandang tajam Demian yang masih berbicara dengan Zakline. Lihatlah, sepertinya gadis itu mulai tak menyukainya.
"Kau benar-benar meracuni otaknya dengan pikiran fantasimu!" Cibir Mina yang seketika membuat Sinb terkekeh. Mina selama ini selalu menjadi penengah dan seseorang yang dewasa dibandingkan dengan kedua saudari yang terus berseteru itu.
"Kau menyebalkan!" Pekik Jennie sembari mendorong dahi Sinb dengan jari telunjuknya dan apa yang terjadi? Tubuh Sinb terpental tanpa gadis itu sadari.
DAAASSSSSS
Sinb terpental sampai 1 km di depan mereka. Untung saja Sinb segera mengendalikan dirinya dengan menahan dorongan Jennie yang tiba-tiba itu, kalau saja ia tidak segera sadar mungkin ia akan terpental lebih jauh lagi dari ini.
"Sinb-ah!" Pekik Mina dan segera memukul pelan tubuh Jennie. "Apa yang kau lakukan kepadanya?" Tanya Mina dan Jennie menggeleng dengan ekspresi bingungnya.
"Aku tidak sedang ingin menggunakan kekuatan ku tapi kenapa ia bisa terpental sejauh itu?" Jennie bingung seolah bertanya pada dirinya sendiri.
Dengan kekuatan teleportnya Sinb pun kini sudah kembali dihadapan mereka.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Mina khawatir, meneliti seluruh tubuh Sinb dengan pandangannya.
"Sorry..." Ungkap Jennie merasa bersalah.
"Aku tidak apa-apa." Jawab Sinb dengan wajah terlihat antusias. Tidak menampakkan bahwa ia begitu kesal karena diserang secara tiba-tiba oleh Jennie karena baik dirinya atau pun kedua saudarinya ini, mereka merasa kejadian ini sangatlah aneh.
"Kalian baik-baik saja?" Seseorang masuk dalam percakapan mereka, siapa lagi kalau bukan Demian yang kini berdiri diantara mereka di ikuti Zakline.
"Apa yang terjadi putri?" Tanya Zakline menatap tiga putri bergantian.
"Ku pikir Jennie begitu kuat sampai tidak mampu mengontrol kekuatannya." Sinb menjawab pertanyaan Demian untuk Jennie.
"Benarkah? Buktikan kepadaku!" Kata Demian membuat ketiga gadis itu saling berpandangan tak mengerti.
"Bagaimana caraku membuktikannya?" Tanya Jennie dengan bingung.
"Bagaimana caramu mendorong tubuh Reika tadi?" Tanya Demian dengan tatapan penuh selidik.
"Dia hanya menunjuk ujung jarinya kepadaku." Sinb menjawab lagi.
"Baiklah, lakukan itu kepadaku dan kau segera hentikannya! Kalian bisa melakukannya?" Jennie saling lirik dengan Sinb seolah ragu membuat Demian memicingkan matanya.
"Kenapa? Kalian meremehkan ku?" Tanya Demian yang membuat kedua gadis itu langsung menggeleng cepat.
"Tidak, aku tidak berfikir seperti itu." Sangkal Jennie. Memang mereka tidak berfikir demikian, hanya saja mereka tida mengerti jalan fikiran Demian tentunya.
"Ku pikir kau benar, aku meremehkanmu." Akui Sinb membuat Demian tersenyum kecut sementara Mina sudah menyenggol-nyenggol saudarinya ini. Sinb yang selalu merasa sinis dengan satu pria menyebalkan ini.
"Apa kau gila?" Tanya Mina dengan berbisik dan Sinb hanya menjawabnya dengan gendikan bahunya.
"Mulai dengan kau!" Tunjuk Demian kepada Jennie yang seketika membuat gadis itu terkejut. Sepertinya Demian terlihat marah karena ucapan Sinb.
Akhirnya dengan langkah terpaksa Jennie mendekati Demian, mengangkat tangannya berlahan dengan ragu, membuat Demian kesal dibuatnya.
"Lama sekali!" Omel Demian yang segera meraih tangan Jennie dan menempelkan di dahinya.
BLAAASSHHH
"APA YANG KAU LAKUKAN! SEGERA KEMARI!" Bentak Demian dan Sinb yang menyadarinya segera menghampiri Demian dengan kekuatan teleportnya dan dengan telekinetik yang ia miliki, Sinb menghentikan pergerakan Demian.
"Berhenti!" Pinta Sinb dengan menggerak-gerakkan tangannya dan benar saja Demian sudah berdiri tegak lagi.
Baik Zakline, Jennie dan Mina terkagum-kagun melihatnya. Mereka tak percaya dengan semua yang terjadi? Demian juga masih terlihat berfikir sampai akhirnya pria itu sudah berada dihadapan mereka dengan menggunakan alat pada sepatunya yang membuatnya bisa terbang. Kenapa Demian tak memakainya saat tubuhnya terdorong tadi? Jelas Demian tidak bisa karena percayalah kekuatan dorongan dari telunjuk Jennie lebih dasyat dari kekuatan siapapun yang pernah bertarung dengan Demian.
"Agar aku lebih percaya lagi. Bisakah kau mengangkat beberapa Blank Space itu?"
Visual Blank Space
Demian menunjuk beberapa pesawat tempur milik pasukannya yang bertengger cukup jauh dari mereka membuat Jennie nampak berfikir, bagaimana caranya ia pergi kesana?
"Gunakan portalmu..." Demian memberi saran seolah tau apa yang di fikirkan gadis itu. Jennie segera memfokuskan dirinya dan portal pun muncul.
Jennie segera masuk kedalam portal buatnya dan muncul diantara ratusan pesawat tempur, Jennie terlihat menghampiri salah satu dan menempelkan tangannya, kemudian mengangkatnya dan benar saja benda dengan satu tangan gadis itu dapat mengangkat pesawatnya. Semua orang dibuat memandangnya tak percaya, tak cukup kah Sinb yang memilikinya? Kini bahkan Jennie juga memiliki kekuatan yang besar.
"Ku pikir kau memang pantas di panggil Lexia." Kata Demian membuat Jennie mendengus sementara Sinb memutar bola matanya.
"Apa itu sebuah pujian? Ku pikir lebih baik kau diam saja jika tidak ingin memujinya." Sinb dan Jennie serempak menoleh kepada Mina yang entah terlihat marah pada Demian. Mina tidak pernah seperti sebelumnya, menjadi lebih tempramen. Apa sebenarnya yang membuat emosi gadis ini naik turun? Pikir Sinb yang cukup mengenal sepupunya yang satu ini.
Demian hanya sedikit menyunggingkan senyumnya, kemudian ia mengatakan sesuatu.
"Kalau begitu, kau tunjukkan sesuatu agar aku juga mendapatkan pujian dariku." Kata Demian santai.
"Aku..." Ucapan Mina mengambang, ia seketika membisu. Gadis itu tak tau apa yang harus ia lakukan? Bahkan apa yang dikatakan Demian itu, masih terus terngiang di otaknya semenjak kemarin, tentang kekuatan apa yang dimilikinya? Sinb dan Jennie saling bertukar pandang dengan bingung. Mereka berdua tidak tau bagaimana harus membantu sepupunya yang satu ini. Sinb terlihat berfikir keras.
"Tak memiliki keistimewaan apapun?" Demian melanjutkan ucapan Mina yang membuat Jennie tak suka.
"Siapa yang mengatakannya? Ia juga pernah meratakan tembok rumahnya." Bela Jennie membuat Demian terbahak.
"Aku tidak sedang membicarakan kekuatan yang kalian miliki di bumi, aku bertanya saat segel kekuatan kalian telah dilepas dengan golden stone itu. Aku sudah mengetahui kekuatan Reika dan Lexia, sekarang giliranmu untuk menunjukkan kepada kami. Kalau kau juga memilikinya, aku akan benar-benar mengakui kalian sebagai keturunan Lev." Ucap Demian dengan gaya santai yang terkesan menyebalkan itu. Mina terlihat terdesak dan bingung membuat Sinb tak tega.
"Sudahlah jangan terus mendesaknya." Pinta Sinb pada Demian tapi semua orang cukup tau, seberapa keras kepalanya pria ini. Demian tidak akan mempedulikan ocehan siapapun, bahkan dengan tampang datar dan karismatik dalam bersamaan, Demian masih terus mendesak Mina.
"Kita tidak punya banyak waktu, kalau kalian pikir ini hanya sebuah permainan? Lebih baik kalian kembali ke dunia kalian!" Bahkan kali ini dengan suara beratnya itu Demian berani menuduh dan mengancam mereka. Mina memejamkan matanya dan terlihat sekali tertekan.
"KAU! BAGAIMANA BISA KAU MENGATAKAN ITU?" Bentak Sinb yang tak terima dengan kata-kata kasar Demian. Ingin rasanya Sinb menedang pria itu sekarang, tapi keadaan tidak memungkinkan.
"Putri..."
"Diam! Aku tidak ingin mendengarkanmu membelanya." Kata Sinb memandang tajam Zakline yang seketika pria tua itu diam sementara Demian menanggapinya dengan sesantai mungkin.
"Aku juga tidak suka berada disini."
BLEEDDUUUKKK
Karena begitu kesalnya Jennie sampai menekan tangannya pada sebuah sebuah batu, membuat batu itu masuk kedalam tanah dan menciptakan sebuah lubang disana. Sinb segera meraih tangan Mina untuk mengajaknya pergi dari sini tapi gadis itu segera menepisnya. Kerit di dahi Mina nampak terlihat dengan wajah kesedihan yang nampak.
"Aku akan menunjukkannya kepadamu..." Ucap Mina lemah tapi penuh tekat.
Baik Sinb, Jennie dan Zakline terkejut.
"Kau yakin?" Tanya Sinb yang terlihat khawatir dan Mina mengangguk sembari memperhatikan ilalang yang telah mengering disekitarnya.
Mina mulai memejamkan matanya dan seketika tubuhnya melayang-layang, memancarkan cahaya berkilau yang membentuk sebuah lingkaran mengelilingi tubuhnya dengan satu cahaya lurus seolah mencapai langit dan sesuatu tak biasa mulai terjadi, keajaiban di tanah nan gersang ini dengan banyak bebatuan tinggi nan lancip.
Tanah tandus dan Ilalang kering itu seketika menjadi hijau lagi, seperti mengalami siklus musim semi dengan waktu hanya beberapa detik saja. Tanah yang tadinya gersang mulai menampakkan pertumbuhan beberapa rumput liar membuat warnanya kehijauan dan beberapa pohon berkembang, tinggi dengan cepat.
"OMG!" Pekik Jennie yang bahkan kali ini melihat kumpulan bunga bermekaran mengundang beberapa hewan cantik seperti kupu untuk mendekatinya. Tidak hanya itu saja, kini burung-burung mulai berdatangan mendarat di dahan pohon mengoceh dengan suara riangnya.
Sebuah cekungan yang kering dan mungkin bekas sebuah danau menunjukkan perubahan dengan munculnya air dan memenuhi cekungan itu.
"Ini...kau memiliki kekuatan memulihkan?" Ungkap Sinb dengan takjub.
Zakline bahkan Genio yang memantau dari dalam hector terus menatap pemandangan indah ini tak percaya. Ditengah-tengah tanah tandus dengan ilalang kering dan bebatuan lancip telah tumbuh beberapa tumbuhan seolah tempat ini adalah lembah hijau yang subur.
"A-aku hanya melakukan ini." Kata Mina yang kini turun dan terlihat lemas kehabisan tenaga setelah berhasil membuat separuh tempat gersang ini menjadi sebuah lembah hijau, sehingga jika dilihat itu sangat kontras dengan tempat gersang yang belum sempat Mina hijaukan.
"Tidak, kau sudah melakukan sesuatu yang luar biasa Mina-ya." Sinb segera memopong saudarinya yang kelelahan ini.
"Hm...Jadi itu kekuatanmu. Baguslah, aku sudah mengetahuinya." Kata Demian menyebalkan seperti biasanya tapi ada sesuatu yang aneh dengan pria ini. Ia nampak berfikir sesuatu? Itu terlihat dari matanya yang tak terlihat fokus kepada Mina atau pun yang lain.
"Genio..." Panggil Demian. Sinb yang semenjak tadi berusaha tak menghiraukan ocehan pria ini segera mendongakan kepalanya, menatap penasaran Demian menelusuri tiap lekuk wajah pria itu dengan matanya. Kali ini apa lagi yang akan direncanakan olehnya? Sinb sangat ingin tau.
"Iya Demian, kau memerlukan sesuatu?" Genio sudah muncul dari dalam portal menghampiri mereka dengan membawa sebuah kotak, entah itu apa? Sampai ia membukanya. Visualisasinya hampir mirip dengan sup feta yang pernah Sinb, Mina dan Jennie makan.
"Apa itu?" Seperti biasa Jennie terlihat antusias dan Genio segera memberikan kepadanya dengan sikap yang lebih ramah.
"Sebuah sup yang kalian minum tapi ini 2 kali lebih cepat reaksinya, akan segera memulihkan tenaga kalian yang terkuras habis." Jennie cukup antusias sampai-sampai ia langsung meminumnya.
Kemudian Genio membagikannya kepada Sinb dan Mina.
"Kau harus meminum dua!" Pintanya kepada Mina membuat gadis itu mengernyitkan keningnya.
"Kemarin aku bahkan menyuntikkan 3 botol untuk Sinb." Terang Genio yang tau ekspresi ketidak mengertian Mina.
"Dan ini untukmu Demian. Kau juga membutuhkan ini untuk berfikir bagaimana caranya memprovokasi mereka agar mereka mau mengeluarkan kekuatannya bukan?" Sindir Genio membuat Demian terbahak dan segera menerima sup feta itu.
"Kau cukup mengerti diriku." Puji Demian.
"Kenapa kau memanggilku?" Tanya Genio.
"Bersiaplah, hari ini kita akan ke selatan. Kerajaan Aeroky" Terang Demian.
"Apa kau merasa salah satu dari mereka ada disana?" Tanya Zakline dan Demian mengangguk.
"Maksudmu seorang ksatria?" Genio bertanya seolah memperjelas semuanya.
"Iya, aku memiliki banyak informan yang membantuku dan mereka mengatakan bahwa ada seseorang memiliki kekuatan pengendali angin disana dan Deroky selama ini terlindungi karena kerajaan itu berada diatas awan dengan pembungkus badai disekelilingnya yang membuat kerajaan itu tak mudah dijangkau oleh pasukan Czar." Terang Demian.
"Wah, ini menakjubkan! Ku pikir dia adalah seorang kesatria yang begitu kuat." Puji Genio yang masih terlarut dalam kisah Demian.
"Ya, kurasa dia sudah mengoptimalkan seluruh kekuatannya untuk melindungi kerajaan itu." Lanjut Demian.
"Kalau Czar saja tidak mampu untuk menembusnya, lalu bagaimana dengan kita?" Tanya Sinb yang memang selalu selangkah lebih dalam berfikir. Demian tersenyum untuk sesaat dan akhirnya mulai mengatakan sesuatu.
"Itu tugasmu putri Reika, bukannya kau berhasil menguasai 12 kekuatan? Kini saatnya menggunakan kekuatanmu itu, ku pikir berlatih seperti ini tidak akan efektif. Lebih baik kalian menghadapinya secara langsung agar kalian lebih mengerti." Terang Demian membuat ketiga gadis itu menghela nafas, mereka merasa bingung dan kesal bersamaan.
"Aku tidak ingin mendengarkan protes apapun! Kalau kalian ingin segera menyelesaikan tugas ini? Kalian harus mendengarkan apa yang ku katakan!" Kata Demian lagi.
"Baiklah, terserah apa katamu!" Ketus Sinb.
"Kalau begitu, aku akan menyiapkan sebuah kendaraan." Kata Genio yang kini mulai memasuki portal.
"Ingat! Aku tidak ingin kau membawa pesawat rongsokan yang akan membahayakan diri kami!" Tegas Sinb sebelum Genio benar-benar menghilang, memasuki portal. Genio hanya terkekeh mendengarkan peringatan dari Sinb.
"Tentu, aku tidak akan bermain-main lagi putri, tenanglah..." Kata Genio yang kini sudah menghilang bersama menutupnya portal yang ia buat.
Titanium J-10
Setelah beberapa menit mereka menunggu, sebuah pesawat mendarat dihadapan mereka. Mereka sudah dapat menduganya bahwa itu adalah sebuah pesawat milik Genio, sampai ketika sebuah pintu terbuka dari pesawat itu.
"Ayo masuk..." Perintah Demian yang kini melesat terbang dengan mengandalkan alat pada kedua kakinya itu.
"Bagaimana denganmu Zakline?" Sinb bertanya pada Zakline.
"Tidak, aku akan tetap menjaga hector. Nanti jika kalian membutuhkan sesuatu, aku akan segera datang." Kata Zakline yang seketika membuat ketiganya mengangguk mengerti.
"Dan nona...Saya mohon, agar kalian tetap mematuhi perkataan Demian meskipun kalian tidak menyukainya karena hanya Demian yang lebih tau tentang kondisi planet ini." Nasehat Zakline dengan raut khawatirnya.
"Tentu, kami akan mematuhinya. Benarkah?" Kata SInb sembari memandangi Mina dan Jennie bergantian. Dengan terpaksa kedua gadis itu mengangguk karena Sinb sudah memberikan isyarat untuk menurutinya.
"Ayo..." Kedua tangan Sinb merangkul Mina dan juga Jennie, membawa serta mereka untuk memasuki pesawat tersebut.
"Kau tidak serius untuk menyetujui ucapan Zakline kan?" Tanya Jennie.
"Tentu saja tidak! Jika pria angkuh itu mulai bertingkah lagi? Kau hanya perlu menendangnya Jennie." Saran Sinb membuat ketiga gadis itu terbahak.
"Selamat datang di Titanum J-10, saya berharap anda bisa dengan nyaman menikmati penerbangan ini karena kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat anda nyaman. Silahkan untuk duduk ditempat yang sudah disediakan."
Sebuah Xoxo menyambut mereka membuat ketiga gadis itu cukup terkejut, sementara Demian yang lebih dulu masuk terlihat biasa saja.
"Kau tidak berfikir bahwa Xoxo ini yang akan menerbangkan pesawat ini kan?" Tanya Jinnie kepada Genio yang sedang sibuk melakukan sesuatu.
"Ya, tentu saja dia. Kau mulai mengerti cara kerjanya.' JAwab Genio yang seketika membuat Jennie kesal tanpa pria itu tau.
"Aku tidak mau!' Pekik Jennie membuat Genio segera memalingkan tubuhnya dan menatap Jennie tak mengerti.
"Kenapa? Bukankah saat itu baik-baik saja?" Genio menatap Jennie tak mengerti.
"Sudahlah, ini tidak akan apa-apa, lagi pula kalau terjadi sesuatu kita bisa menggunakan portal untuk mendarat bukan?" Terang Sinb.
"Lagi pula Genio juga ada disini, ku pikir dia juga tidak akan membahayakan dirinya. Jadi percayalah pada Genio." Mina menambahi.
"Tunggu, pesawat ini apa namanya?" Sinb berusaha mengalihkan topik agar Jennie segera melupakan ketidak setujuannya tentang XoXo yang mengendalikan pesawat ini.
"Titanium J-10, bagaimana? Apa ini lebih bagus?" Tanya Genio antusias.
"Ku pikir kau bisa membuatkannya untuk kami." Demian menyahut.
"Maksudmu seluruh pasukanmu?" Tanya Genio memandang Demian tak percaya dan Demian menanggapinya dengan anggukan.
"Kau harus memiliki Budget yang tinggi jika kau ingin membuatnya." Celetuk Sinb yang berusaha memperjelas ekspresi Genio, ketika Demian memintanya untuk membuatkan pesawat bagi semua pasukannya.
"Budget? Apa itu?" Genio tak mengerti dengan bahasa yang Sinb pakai.
"Sebuah anggaran yang tinggi." Jelas Mina.
"Tentu saja, aku menyuruhmu untuk membuatnya bukan hanya cuma-cuma. Berapapun yang kau butuhkan aku akan memberikannya kepadamu." Jawab Demian dengan santai seperti biasanya dan tangannya mengeluarkan sesuatu.
Scrip Digital Money - Helebrid
Mata ketiga gadis itu seketika membelalak menyaksikan sebuah benda aneh berukuran dua kali ibu jari, dengan bahan bebatuan yang halus di bagian bawah dan diratakan di atas, dengan ruang untuk layar numerik kecil di salah satu ujungnya. Pada kenyataannya,benjolan kecil di atas akan bertingkah seperti layar braille, naik dan surut untuk menghasilkan angka. Untuk membeli sesuatu, seseorang hanya perlu mengarahkan perangkat ke terminal pembayaran, lalu gesek ibu jari di permukaannya, seolah-olah mengupas uang dari segumpal uang tunai. Biaya akan dikurangkan dari dompet online isi ulang secara otomatis. Seseorang bisa saling memberi uang dengan mengetuk Scrips dengan nominal yang sudah diperkirakan.
"Apa itu?" Tanya Jennie yang kini hendak menyentuhnya.
"Helebrid, sebuah alat pembelian disini." Jawab Genio yang smengambil benda kecil itu setelah Demian.
"Berikan sidik jarimu." Pinta Genio dan Demian segera menempelkan sidik jarinya pada benda tersebut, entah apa yang dilakukan Genio? Pria itu seperti mengusap-ngusapnya dan seketika layar hologram muncul dengan menyilaukan dihadapan mereka dan tercetak banyak huruf disana, yang jelas bentuk hurufnya tidak sama seperti di bumi hanya saja ketiga gadis itu cukup mengerti, hanya saja mereka tidak bisa memperkirakan seberapa besar jika seandainya itu diperkirakan dalam bentuk mata uang di bumi.
"Wow, apa kau pernah merampok sebuah kerajaan? Sampai kau memiliki nominal sefantasitis ini?" Goda Genio membuat Demian tertawa renyah.
"Apa menurutmu seperti itu?" Tanya Demian sementara baik Sinb, Mina dan Jennie hanya saling berpandangan dalam diam. Mereka cukup geli mendengarkan ucapan Genio yang sedikit tidak masuk akal, merampok kerajaan? Sungguh sangat mudah melakukan itu disini sementara di bumi? Jangankan merampok kerajaan, sebuah bank saja, hanya butuh waktu paling lambat sebulan untuk memasukkannya dalam penjara. Di Planet ini memang tidak ada yang tidak mungkin terjadi yang sangat jauh dari kata logis dan sangat tidak mudah untuk diterima oleh nalar seseorang.
"Lalu? Darimana kau mendapat kekayaan sebanyak ini?" Rupanya Genio masih saja penasaran. Wajar saja, karena selama ini Genio beserta Zakline membuat Hector atau apapun alat ciptaannya berasal dari sisa kekayaan kerajaan Mamlusky yang sengaja Putri Anora tinggalkan untuk rencana mereka menghancurkan Czar.
"Sebelum penyamaran aku tinggal di kerajaan Magnum, sebuah kerajaan terkaya seplanet EXO. Aku adalah anak angkat dari raja Demitry yang sebenarnya ia adik dari kakekku. Hanya selama ini ia berusaha menutupi jati dirinya sejak ia kecil bahwa ia adalah salah satu keturunan ksatria sama seperti ku. Aku mewarisi sepertiga bagian kekayaan di kerajaan yang terkenal dengan penghasil batu permata berharga. Jadi perlu kau tau, aku tidak pernah merampok kerajaan apapun bahkan ratusan prajurit itu adalah pengawal ku." Seru Demian membuat ketiga gadis itu menganga, beserta Genio.
"Aku merasa kau sedang bercerita tentang drama klasik." Guman Sinb.
"Drama?" Demian tak mengerti maksud Sinb.
"Seperti cerita kerajaan pada jam dulu, ayolah ini tahun 2017 itu seperti cerita dongeng bagi kami." Jennie terlihat masih tak mempercayai ucapan Demian.
"Terserah kalian saja, aku juga hanya mengatakan yang sebenarnya. Kalian boleh mempercayainya atau tidak yang pasti Genio, aku ingin kau membuatkan sebuah kendaraan yang mampu untuk melintasi antar galaxy." Ungkap Demian yang kini telah mendudukan dirinya disebuah kursi empuk dan memejamkan matanya seolah ia tak mau mendengarkan ocehan siapapun lagi yang seketika membuat Sinb dan Jennie mendengus kesal.
Akhirnya sepanjang perjalanan berada diangkasa, mereka berlima sibuk dengan diri mereka masing-masing. Demian dan Mina dengan acara tidurnya, Jennie dengan pengawasannya yang tertuju pada XoXo karena rupanya gadis itu tidak bisa mempercayai Android itu begitu saja, Genio yang masih sibuk mengotak-atik beberapa benda dan Sinb yang masih serius melihat awan-awan dari balik benda kaca yang membatasi pesawat ini dengan dunia luar.
GLUDUK
Pesawat tiba-tiba bergetar cukup hebat saat seolah sesuatu dilewatinya. Demian dan Mina terbangun, Jennie mulai terlihat cemas sementara Sinb berusaha menghampiri Genio yang ada di bangku pengemudi bersama XoXo.
"Ada apa?" Tanya Demian.
"Kenapa gumpalan awan lebih banyak disini?" Tanya Genio pada dirinya sendiri.
"Tidak, ini bukan hanya gumpalan awan! Tapi hampir mirip sebuah badai. Apa kita telah sampai?" Tanya Sinb kepada Demian yang kini berada diantara mereka.
"Hentikan titanium ini!" Perintah Demian dan segera Xoxo menghentikannya. Kini Titanium tidak bergerak dan hanya melayang-layang diangkasa.
"Kalau kita tidak bisa melewatinya, bukankah lebih baik kita pergi saja?" Saran Jennie yang memang terlihat takut.
"Tidak! kita tidak bisa mundur lagi, dibalik awan dengan gulungan badai ini disanalah kerajaan Deroky berada dan sekarang tugasmu putri Reika untuk membuat Titanium dapat melaluinya." Kukuh Demian.
"Apakah tidak bisa kita menciptakan sebuah lubang portal?" Saran Mina dan Demian menggeleng.
"Tidak bisa, selama ini kerajaan ini sudah terisolasi dari dunia luar dan menutup semua portal yang terhubung dengan dunia luar, jadi kita tidak bisa melakukannya." Terang Demuian yang membuat Mina dan yang lain mulai cemas, Sinb terdiam seolah berfikir.
"Badai ini lebih besar dari perkiraan ku. Sinb-ah, apa kau yakin bisa melewatinya?" Mina bertanya dan mencemaskan saudarinya ini.
"Aku akan mencobanya." Sinb segera bangkit dan membuat sebuah portal yang membuatnya bisa keluar dari Titanium.
Badai awan
Kini Sinb sudah melayang-layang diangkasa memandang badai awan itu dengan serius. Kemudian ia menutup matanya dan tangannya mulai bergerak seolah menginturuksikan gumpalan awan itu untuk berpencar.
"SIAPA KAU!" Suara seseorang menggema diangkasa membuat baik Sinb ataupu keempat temannya itu terkejut.
"KATAKAN SIAPA DIRIMU? KENAPA KAU BERUSAHA MEMBUKA PERISAI BADAI AWAN MILIKKU?" Teriaknya lagi, Jennie memeluk tubuh Mina dengan takut sementara Genio dan Demian memperhatikannya dari layar monitor.
"Kau adalah ksatria dari klan Aery kan? Pengendali udara, maka tampakkan lah dirimu sekarang!" Perintah Sinb dengan ekspresi seriusnya.
Seketika angin semakin kencang berkeliling membentuk pusaran seolah-olah ingin menghantam tubuh Sinb.
"Awas!" Demian berteriak dari sebuah benda yang hampir mirip speaker.
Segera Sinb melesat, berteleport dan menghindari pusaran angin yang terus mengejarnya. Demian terlihat mulai khawatir, karena Sinb belum sepenuhnya bisa menguasai kekuatannya.
"Apa kau akan membiarkannya begitu saja?" Tanya Genio yang bahkan terlihat lebih kahwatur lagi.
"Putri Sierra, keluarlah bantu putri Reika." Pinta Demian yang seketika membuat semuanya terkejut. Mereka tak mengerti dengan maksud Demian, Mina hanya memiliki kekuatan penyembuh bukan sesuatu yang bisa dijadikan senjata olehnya.
"Apa maksudmu? Seharusnya kau yang keluar dan membantunya!" Teriak Jennie dengan kesal.
"Tidak apa-apa, aku akan membantunya." Mina segera membuat portal dan keluar dari dalam Titanium.
BLASHH
Sinb terlihat kelelahan dalam menghindar, sebegitu kuat apapun dirinya gadis ini tidak pernah bertarung diatas awan seperti ini. Apa lagi tiba-tiba saja ia dikagetkan dengan kehadiran saudarinya yang satu ini.
"Apa yang kau lakukan disini? Kembalilah kedalam Titanuim!" Bentak Sinb dan Mina menggeleng seketika.
"Tidak, aku akan membantumu!" Tolak Mina yang kini mulai menggerakkan tangannya.
"Tak akan ku biarkan kau merusak langit yang indah ini." Pekik Mina yang seketika mengeluarkan sebuah cahaya menyiaulan dari tangannya, yang mengarah pada gumpalan awan badai penyelimut kerajaan Deroky.
"APA YANG KAU LAKUKAN!" Sebuah pusaran datang hendak menyerang Mina tapi Sinb segera menghalanginya dengan badai yang sama.
"Tidak akan ku biarkan!" Sinb pun melesat dan menyerang badai itu sehingga hancur, kemudian ia muncul disamping Mina.
"Gunakan kekuatan petirmu!" Perintah Demian dan Sinb segera menggunakannya.
BLEEEDDDAAAARRRRR
Ledakan pun terjadi membuat baik tubuh Mina dan Sinb terpental jauh, hampir saja mereka terjatuh kebawah kalau saja Demian tidak segera meraih keduanya.
"APA MAU KALIAN SEBENARNYA?" Kali ini suara itu muncul lagi tapi lengkap dengan postur tubuh seseorang yang kini memandang Demian, Sinb dan Mina dengan tajam.
XENO AERY | KSTARIA KLAN AERY | PENGENDALI UDARA
"Kami datang kemari, tentu saja untuk menemuimu." Tutur Demian dengan ekspresi santainya yang kini sudah melepaskan rangkulannya dari tubuh Sinb dan Mina yang mulai bisa mengendalikan keseimbangannya.
"Kenapa kau ingin menemuiku?" Tanya pria itu.
"Untuk membuat sebuah rencana menghancurkan kerajaan Mozarky." Jawab Demian yang seketika membuat mata pria itu membulat.
"Kenapa kau sangat ingin?" Pria itu masih penasaran.
"Katakan dulu siapa namamu, lalu kami akan menceritakan semuanya. Percayalah, kami tidak sedang memiliki niat buruk dan kedua gadis ini membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaganya." Terang Demian membuat pria itu nampak berfikir kemudian mengangguk mengerti.
"Namaku adalah Xeno Aery dan aku ingin kalian menjelaskannya kepadaku tapi jika kalian berbohong tentang ini? Maka ku jamin kalian akan mati disini tanpa bisa keluar dari negeri ini!" Ancam Xeno yang hanya dapat tanggapan tatapan datar dari Demian. Sinb dan Mina hanya diam tak mengatakan apapun, sepertinya meraka masih butuh banyak belajar dan pengalaman dalam bertarung.
Pria yang bernama Xeno itu segera membuka jalan atau memisahkan semua badai awan dan nampaklah Kerajaan Deroky.
Semua orang merasa takjub dengan keindahan Kerajaan yang hampir mirip sebuah pulau diatas awan ini. Terlihat disana berdiri banyak bangunan dengan ditengah-tengah lautan, begitu nampak subur dan berbanding terbalik dengan keadaan disekitar hector.
"Ayo, bawa kendaraan kalian masuk." Pinta Xeno dan seketika Titanium terbang memasuki lintasan awan dan mendarat di salah satu tempat seperti bandara di kerajaan Deroky.