Zakline berjalan di depan ketiga gadis yang terlihat kebingungan dengan pemandangan di sekitar mereka.
"Kalau seadainya ini luar angkasa seharusnya tubuh kita melayang-layang bukan?" Tanya Jennie.
"Secara komposisi dan struktur hampir sama dengan bumi. Udara, bebatuan, gunung dan lingkungan hanya yang berbeda adalah di sini terlalu dingin mungkin karena jauh dari matahari. Anggap saja ini planet yang cukup jauh dari sistem tata surya. Tapi apa mungkin manusia akan bisa bertahan disini? Mengingat manusia begitu membutuhkan cuaca seperti di bumi. Terlepas dari semua keanehan ini, aku baru tahu kalau ada kapsul berbentuk aneh seperti ini?" Sinb menunjuk pada sebuah kapsul besar dengan kemampuan untuk membawa beberapa orang masuk di dalamnya.
Zakline seolah mendengarkan perkatan Sinb. Ia berhenti berjalan dan membalikkan badannya, memandangi Sinb dengan muka ramahnya.
"Sebenarnya planet ini sudah ditemukan oleh manusia bumi yang kalian juluki sebagai NASA, kalau tidak salah kalian menyebutnya Planet Kepler-186 yaitu kembaran bumi. Aku sedikit kagum dengan mereka yang mampu mendeteksi keberadaan planet ini, padahal planet ini terlapisi dengan cincin pembungkus terbuat dari triliunan partikel debu, bebatuan, dan es yang mampu menyamarkan Planet ini agar tidak mampu terdeteksi oleh para penghuni Planet mana pun." Gumam Zakline membuat Sinb nampak berfikir.
"Tunggu, Planet kembaran bumi? Kepler-186? Ah, aku ingat planet ini berada dalam zona Goldilocks yang merupakan zona planet yang bisa dihuni karena berada cukup dekat dengan matahari bukan?" Zakline seketika mengangguk sambil tersenyum, ia sangat senang melihat Sinb segera mengerti.
"Lalu bagaimana mereka bisa NASA bisa mengetahuinya? Ku pikir teknologi lebih berkembang pesat disini dari pada di bumi?" Tanya Sinb nampak bingung seketika.
"Hamba juga masih menyelidiki kasus ini. Mungkin itu juga yang menjadi penyebab Czar ingin menguasai Bumi, ia tidak ingin Planet ini di ketahui oleh penghuni bumi karena pusat dari segala kekuatannya ada di planet ini." Terang Zakline.
"Wah Daebak! Ternyata planet itu benar-benar bisa di huni. Ini akan menjadi cerita menarik bila kita sampai di bumi. Kita akan menjadi terkenal, karena kita yang pertama menjejakkan kaki kita di Planet ini. Wah, aku tidak percaya ini???" Sinb menjadi heboh sendiri tanpa menanggapi ucapan Zakline yang terakhir tentang penyerangan Czar ke bumi.
"Omg! Ini benar-benar seperti film di star war. Kita melakukan perjalanan antar Planet dan sebentar lagi kita akan memasuki kapsul keren ini!" Jennie berdecak kagum sembari memeluk Sinb yang juga terlihat begitu gembira sementara Mina hanya diam seperti biasanya, seolah nampak berfikir membuat Sinb penasaran.
"Mina, apa yang kau fikirkan?" Sinb melirik kearah Mina yang terlihat berfikir keras.
"Ku rasa nenek tidak berbohong tentang dongeng itu." Jennie seketika menoleh dan menatap Mina lekat, sementara Sinb memukul dahinya dengan keras.
"Pabbo! Aku lupa itu, kita berkumpul untuk menanyakan dari mana asal kekuatan kita bukan?" Mina dan Jennie mengangguk.
"Ku rasa disini jawabannya." Lanjut Mina.
"Omg! Serius! Aku tidak menyukai fakta ini." Jennie berubah sedikit takut. Ia mulai mengingat setiap detail dongeng neneknya dan tujuan yang sebenarnya mereka datang kemari.
"Aku tau, tapi kita tidak punya pilihan lain!" Sinb terlihat bertekat. Ia tidak bisa menyerah begitu saja karena mereka sudah tidak memiliki pilihan lain.
"Apa kau bergurau? Kita hanya seorang gadis 17 tahun! Bagaimana bisa kita berkelana di dunia asing ini? Mom! Aku ingin pulang!" Jennie mulai menangis mengetahui mengetahui tujuan lain dari perjalanan antar planet yang baru saja ia kagumi.
"Tenanglah Jennie, kita bisa mengandalkan Zakline." Mina berusaha menenangkan Jennie sementara Sinb? Gadis itu malah sibuk memandangi kapsul yang pintunya terbuka sendiri ketika Zakline hanya memandangnya saja, luar biasanya lagi sebuah anak tangga muncul begitu saja.
"Tuan putri silahkan masuk." Pinta Zakline. Tanpa ragu Sinb melangkah masuk sementara Mina dan Jennie terlihat ragu.
"Ayo! Apa kalian ingin mati kedinginan disini?" Sinb berseru sambil menatap serius mereka. Mina mengangguk, seolah mengerti arti dari tatapan Sinb. Mina pun memutuskan untuk memasuki kapsul itu dan Jennie dengan sangat terpaksa juga mengikutinya.
Mereka terus melangkah memasuki anak tangga yang lebih tinggi dengan ruang cukup sempit dan diapin pintu di kedua sisinya. Sampailah mereka di lantai bagian atas mungkin? Pemandangan di depan mereka sungguh luar biasa, bayangan dari ketiga gadis itu, mungkin kapsul akan berbentuk seperti tempat tidur seukuran tubuh mereka dan mereka akan berbaring disana, namun kapsul raksasa ini berbeda. Ada ruangan mirip seperti kantor pribadi seseorang dengan benda seperti sofa empuk berwana gelap dihadapan mereka sementara di depannya sudah ada meja dan kursi kerja lengkap dengan sinar 3D yang berasal dari tengah-tengah meja, ini sungguh menakjubkan. Di bagian sebelah sofa duduk terdapat sebuah kaca yang memperlihatkan langsung tempat mesin kontrol dengan dua kursi pengemudi yang sudah terisi dua pilot yang terus saja Sinb perhatikan dengan wajah seriusnya yang seketika berubah. Mereka sama seperti ketiga gadis itu, namun mereka tak banyak bicara tepatnya melakukan segala sesuatu seolah mengikuti pola.
"Mereka robot?" Tanya Sinb ketika memastikan dugaannya dengan menempelkan wajahnya pada kaca pembatas itu. Zakline tersenyum dan mengangguk membenarkan dugaan Sinb. Kemudian kaca itu terbuka, seketika gadis itu tampak menganga seolah tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Bukan tanpa sebab Sinb berasumsi seperti itu. Saat melihat mereka bergerak dengan teratur, Sinb sudah merasa itu aneh karena manusia itu bisa bergerak bebas terkadang antara fikiran dan gerakan itu tidak sama. Mereka terlalu di siplin sebagai manusia menurutnya dan itu di perkuat dengan penemuan Sinb yang melihat dua pilot itu hanya berkedip 5 kali per menit. Untuk ukuran orang dewasa biasanya mereka memerlukan 10-15 kedipan mata per menitnya, itu akan menjadi wajar jika mereka seorang bayi yang akan berkedip antara 2-5 per menitnya.
"Ini gila! Kau menyuruh seorang robot untuk mengemudikan pesawat aneh ini? Apa kau berniat ingin membunuh kami?" Protes Jennie yang segera di hentikan oleh Mina dengan membekap mulutnya.
"Bukan seperti itu Tuan Putri Lexia. Semua Lobium disini memang di kendalikan oleh robot." Zakline berusaha untuk menjelaskannya.
"Apakah mereka termasuk Android? Seperti yang di ceritakan nenek?" Mina mulai tanggap. Mina masih mengingat semua hal yang di ceritakan oleh neneknya terutama bagian tentang rencana pembuatan Android yang dikembangkan oleh Czar.
"Mungkin bisa dikatakan begitu Tuan Putri Sierra. Sebenarnya awal mula pencipta robot Android adalah Czar tapi sekarang mereka lebih terfokus pada membuatan Cyrborg yang merupakan perpaduan antara tubuh manusia dan mesin. 80% pasukan tempur mereka adalah seorang Cyrborg yang dilengkapi dengan kekuatan real dan mesin, jadi tidak akan mudah untuk mengalahkan mereka." Zakline terus memberikan penjelasannya pada ketiga gadis ini. Mereka tidak sadar Sinb sudah tidak ada diantara mereka, ia sudah melompat melewati sofa untuk menghampiri dua robot pengendali kapsul yang disebut Lobium.
"Wah, di dunia kami robot hanya di desain untuk beberapa tugas yang tak terlalu penting tapi disini bahkan mereka di percaya untuk menerbangkan kapsul ini. Apa kau senang orang-orang disini mempercayaimu?" Sinb mengelus-ngelus salah satu robot itu.
"Tentu saja Tuan Putri Reika. Kami akan mengantarmu sampai tujuan dengan selamat!"
Secara mengejutkan robot itu mampu mengerti dengan bahasa yang Sinb pakai bahkan meresponnya dengan cepat seperti layaknya berinteraksi dengan manusia pada umumnya.
"Bagaimana bisa dia mengerti dengan bahasa kita?" Bahkan Jennie yang semenjak tadi terlihat ketakutan dan ragu dengan robot itu terkesima melihat kecerdasan robot itu.
"Xoxo adalah robot yang pintar, di memorinya telah tertanam ribuan bahasa yang kami tahu termasuk bahasa kalian." Seketika ketiga gadis itu mengangguk mengerti.
"Kau harus mengajariku untuk membuatnya." Pinta Sinb dengan pandangan penuh minat.
"Dengan senang hati Tuan Putri Reika." Zakline terlihat sangat antusias.
"Paman, aku ingin bertanya kepadamu?" Mina berkata pelan dengan santun.
"Tentang apa itu Tuan Putri Sierra?" Seketika pandangan Zakline fokus pada Mina.
"Saat kecil, ketika kami berkumpul. Nenek selalu membacakan dongeng yang aneh, dulu kami berfikir bahwa dongeng nenek itu cukup seru dan kami selalu ingin nenek menceritakannya lagi. Aku masih ragu bahwa dongeng itu adalah nyata tapi melihat semuanya terjadi disini sepertinya ini memang nyata. Tapi paman, kenapa? Apa ini ada hubungannya dengan kekuatan yang kami miliki?" Mina sudah tidak bisa membendung lagi segala rasa penasarannya yang memuncak.
Zakline tersenyum sebelum akhirnya mengatakan sesuatu.
"Apa yang Tuan Putri Anora sampaikan adalah benar. Aku adalah salah satu keturunan dari panglima yang terselamatkan bersama Putri Anora, kami mengirimnya jauh kebumi agar mereka tak menemukannya. Hanya keturunan Yang Mulia Lev yang bisa mengumpulkan para kesatria kembali dan membunuh Czar. Mengembalikan kejayaan di planet EXO ini, masyarakat disini sudah sangat menderita dengan keserakahan dan semua rencana jahat Czar. Kekuatan yang kalian miliki memang sangat berhubungan dengan planet ini." Ungkap Zakline.
"Aku masih tak mengerti, haruskan kami yang melakukannya?" Tanya Sinb dengan segala keraguannya.
"Kita sudah hidup sangat nyaman di bumi. Kenapa kalian mengirim kami kemari?" Kali ini Sinb dan Mina menyetujui keluhan Jennie.
"Tidak, sebentar lagi Czar akan mengirim pasukannya ke Bumi. Mereka sudah menguasai beberapa planet di tata surya. Putri Anora sengaja mengirim kalian kemari untuk menyelamatkan kalian sembari mengumpulkan para klan ksatria untuk membunuh Czar." Ungkap Zakline yang masih berusaha untuk bersabar mengikuti pola pikir ketiga gadis belia ini.
"Bagaimana kami bisa sebegitu berani untuk menyelamatkan bumi dan mengumpulkan para ksatria untuk membunuh seseorang? Apakah itu tidak terlalu konyol?" Meskipun Sinb merasa dunia ini begitu menarik dimatanya karena banyak hal menajubkan yang dapat menjadi bahan untuk segala bentuk pemuas fikirannya tapi logikanya masih sehat, ia masih tidak begitu saja mempercayai ini semua.
"Bahkan kami yang lebih kuat dari kebanyakan manusia, tapi mengalahkan mereka seperti sesuatu yang impossible!" Desis Jennie.
"Kami tidak bisa terlalu optimis bisa mengalahkan mereka karena itu akan sangat sulit" Keluh Mina.
"Tuan putri tenanglah. Mereka belum sepenuhnya tau seberapa besar kekuatan dari keturunan Lev." Ucap Zakline penuh makna membuat ketiga gadis itu saling berpandangan tak mengerti.
"Pendaratan sempurna, kita telah sampai dengan selamat." Ucapan Android Xoxo membuat konsentrasi mereka teralih.
"Mari Tuan Putri." Di atas sebuah bukit terdapat sebuah bangunan kokoh berlapis baja berbentuk oval dengan pintu terbuat dari kaca tebal yang memiliki kemampun meredam bom.
Bangunan itu begitu besar, mirip dengan pesawat ruang angkasa. Untuk dekorasi dan intrastruktur bangunan terbuat dari baja dan sepertinya lebih menarik di bumi karena penuh warna cat, kalau disini semuanya nampak sama hanya cahaya neon dan warna-warni benda 3D hologram yang membuatnya nampak berbeda tapi jangan pernah meremehkan tempat ini, disini segala sesuatunya begitu canggih.
"Ayo masuk!" Zakline membukakan pintu yang seperti kaca tebal, hanya dengan menyentuhkan tangannya saja, sebuah sistem berjalan disana membentuk garis yang saling menghubung satu sama lain, menjadi kesatuan tubuh yang hampir persis dengan Zakline seolah pintu kaca itu benda 3D yang menjadi pantulan diri Zakline. Sinb begitu takjub melihatnya sementara Jennie sudah menganga dengan bola mata yang membulat sementara Mina terdiam dengan pandangan kagumnya.
Kemudian ketiganya masuk mengekori Zakline. Mereka tek henti-hentinya tercengang dengan apa yang mereka lihat didalamnya. Bangunan baja dengan beberapa Android yang mirip dengan Xoxo berkeliaran kesana-kemari. Di dalam nampak bangunan tersusun dari banyak material mesin dengan beberapa alat kontrol mengendali dan beberapa kabel dengan pola yang rumit berhubungan satu sama lain. Tidak begitu rapi tapi terlihat menjadi kesatuan yang utuh dengan fungsi masing-masing.
Select 1. Tempat untuk berbagai aktifitas Android Xoxo
"Selamat datang, di pusat penelitian ku Tuan Putri. Ini adalah markas kami Hector dan ini adalah salah satu ruangan kontrol yang bernama Select 1, masih ada 9 select lagi. Keberadaan Hector ini tidak diketahui oleh Czar. Kami menyusun segala bentuk rencana disini." Terang Zakline yang terlihat begitu membanggakan tempatnya. Mungkin semua orang akan melakukan hal yang sama seperti Zakline karena tempat ini memang luar biasa.
"Wow! Ada Xoxo disini?" Tanya Jennie.
"Ada ratusan xoxo yang sudah kami buat disini dan sisanya adalah para ilmuwan" Jawab Zakline.
"Ilmuwan? Pencipta Xoxo dan gedung berlapis baja yang akan tahan dengan serangan bom atau goncangan gempa sekali pun?" Zakline tersenyum, tak menyangka bahwa Sinb mampu berfikir sejauh itu.
"Ya Putri Reika, tempat ini bernama Hector. Hamba sangat menyukai kecerdasan yang anda miliki." Puji Zakline membuat Sinb tersenyum.
"Ah, bagaimana kau tau? Kita baru saja memasuki tempat ini?" Tanya Jennie yang tak percaya bahwa saudarinya itu mampu berfikir sejauh itu.
"Percayalah padaku, gedung ini memiliki banyak fungsi salah satunya bisa diterbangkan. Itu kenapa gedung ini tidak menancapkan pondasinya ke tanah. Peradaban disini sungguh benar sangat luar biasa." Sinb berdecak kagum.
"Ada banyak yang lebih dari itu jika kau mau tau...Zakline, siapa mereka?" Seseorang datang mendekat. Ia memakai pakaian sintetik seperti Zakline namun ia masih terlihat mudah dengan menggunakan kacamata. Itu bukan kacamata minus, tapi sesuatu yang lebih canggih.
"Ah, Tuan Putri perkenalkan, ini salah satu pencipta xoxo Genio Hydroy." Jennie segera mengulurkan tangannya dengan semangat, Genio segera meraihnya dengan senyum ramah.
GENIO HYDROY | KSATRIA KLAN HYDROY | PENGENDALI AIR
"Dia adalah Putri Lexia, tolong mulai dari sekarang kalian harus menggunakan nama itu selama di Planet EXO ini." Pinta Zakline yang seketika membuat mereka sedikit bingung.
"Ah, maafkan saya telah berbicara formal. Cukup panggil saya Genio." Ucap Genio lebih sopan.
"No problem! Aku lebih senang kau memanggil nama ku saja, Lexia. Omg! Nama itu sungguh membuatku merinding!" Jennie mulai heboh sendiri karena tidak tahan memakai nama itu sementara Sinb tertawa mendengarnya.
"Wow...Kau memang manis seperti Lexia!" Sinb memanggil nama itu yang sebenarnya mirip dengan nama babi betina peliharaan temannya.
"Shit! Cacing Reika...Kau ingin mati!" Jennie pun membalas Sinb membuat Sinb berhenti tertawa dan memandangnya kesal dan bersiap ingin menyerang Jennie kembali.
"Sudah, hentikan!" Lerai Mina.
"Nama ku adalah Sierra." Mina segera mengulurkan tangannya kepada Genio dan menghentikan percekcokan kedua saudarinya itu. Sesungguhnya, ia juga merasa sedikit kikuk ketika menyebutkan nama itu tapi mau bagaimana lagi?
"Hey, kenapa namamu lebih bagus?" Jennie mengomel sendiri, merasa iri dengan nama yang Mina miliki.
"Dan dia?" Genio tak menghiraukan ocehan Jennie, semenjak tadi ia hanya memperhatian Sinb yang kini mengarahkan pandangannya pada sosok Sinb yang tengah melipat kedua tangannya di dadanya memandang Jennie dengan tajam. Mina menyenggolnya beberapa kali membuat Sinb kini mengalihkan pandangannya pada Mina.
"Apa?" Tanya Sinb dengan ekspresi kesalnya. Mina menunjukkan dengan kedua matanya, seketika Sinb mulai mengerti.
"Oh, aku Reika." Ucap Sinb dengan menyipitkan matanya dan bibir berkirut. Ia tak kala geli dengan nama itu. Segera mengulurkan tangannya dan di sambut antusias oleh Genio. Jennie berusaha menahan tawanya ketika menyadari Sinb juga tidak menyukai nama tersebut.
"Senang berkenalan dengan kalian. Aku tak menyangka, hari ini akan tiba begitu cepat." Genio terlihat lebih bersemangat, tepatnya pandangnya masih terfokus kepada Sinb. Mina hanya tersenyum melihat gelagat Genio yang terlihat menyukai Sinb.
"Jadi kalian sudah berfikir kami akan kemari?" Tanya Sinb.
"Iya Putri. Kami memang menunggu kedatangan anda." Seketika ketiga gadis itu mengangguk mengerti.
"Jadi hal apa yang harus kita lakukan mulai dari sekarang?" Mina bertanya.
"Ku pikir kalian harus istirahat dulu." Usul Genio.
"Benar, anda masih terlihat kurang nyaman dengan tempat ini. Jadi kami berfikir untuk membiarkan kalian beristirahat." Ucap Zakline.
"Baiklah, di mana kamar kami?" Jennie seketika bersemangat. Diantara ketiga bersaudara itu Jennie lah yang paling mudah sering berganti mood.
"Ikuti aku dan Genio persiapkan semua sesuatu untuk kita bahas nanti bersama tuan putri." Pinta Zakline.
"Tentu Zakline." Genio membungkuk dan segera pergi meninggalkan mereka.
Lorong Hector
Zakline mulai menuntun ketiga gadis itu untuk mengikutinya melewati lorong yang menghubungkan antar select di dalam hector tersebut. Lorong yang cukup berliku, sehingga mereka harus terus berjalan untuk melewatinya.
"Zakline...Kau memiliki semua hal yang canggih disini tapi kenapa kau tak memiliki lift satu pun?" Keluh Jennie yang mulai lelah harus berjalan melewati lorong berliku ini. Zakline tersenyum sementara Sinb masih terus menunjukkan ekspresi kekagumannya dengan mata yang terus menjelajah tiap dinding lorong. Mina, ia juga tersenyum geli mendengarkan keluhan Jennie.
"Ku pikir anda masih ingin melihat-lihat tempat ini putri." Jawab Zakline sambil terus tersenyum.
"Jadi? Kau punya atau tidak?" Rengek Jennie yang membuat Mina tertawa.
"Tentu kami punya putri." Zakline segera menyentuhkan tangannya pada dinding lorong baja tersebut dan apa yang terjadi? Dinding itu seolah merespon keinginan Zakline, seketika dinding itu membelah dan tanpa di sangka terdapat lubang balok didalamnya. Ini benar-benar luar biasa, seolah seluruh peralatan yang canggih ini merespon perintah Zakline dengan baik. Bagaimana mereka menciptakan semua ini dengan begitu canggihnya?
"Mari tuan putri..." Pinta Zakline segera ketiganya mengikuti Zakline masuk kedalam lift balok tersebut. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, mereka telah sampai disebuah ruangan. Lift ini langsung menuju sebuah ruangan yang hampir mirip seperti kamar. Kalau di dunia manusia, ada banyak Lift yang bisa sampai ke sebuat ruangan yang sesuai dengan jalurnya tapi disini? Bagaimana bisa mereka mengaturnya dan bisa pergi kemana pun menggunakan lift tak beraturan? Secara nalar, itu benar-benar tak masuk di akal.
Ruang tidur di Hector
Ruangan yang merupakan sebuah kamar besar dengan perpaduan model classic dan teknologi canggih begitulah gaya kamar ini. Tempat tidur yang begitu besar cukup untuk 3 orang dan deretan monitor yang terdapat tak begitu jauh dari tempat tidur menarik minat Sinb.
"Monitor ini merekam semua hal kegiatan yang ada disini?" Tanya Sinb dengan pandangan menyelidiknya.
"Iya tuan putri Reika, hamba sengaja menyediakan ini agar anda bisa melihat langsung bagaimana Hector dan apa saja yang terdapat di dalamnya." Terang Zakline.
Jennie sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk, lebih empuk dari kasur di bumi pada umumnya dan ia terlonjak kaget ketika merasa tempat tidur itu sedikit bergerak.
"Oh God! Ada apa dengan kasur ini?" Teriak Jennie heboh.
"Ah, sebenarnya kasur itu terbuat dari Jade Stone yang dipanaskan hingga 70° C, sehingga dapat menghasilkan gelombang jauh sinar infra merah. Bukankah infrared sangat berguna untuk terapi kesehatan di bumi? Begitu pula disini, itu akan membantu anda lebih rileks dan rasa lelah anda akan hilang tuan putri." Terang Zakline yang membuat Jennie mengangguk mengerti.
"Baiklah, aku butuh istirahat sekarang!" Ucap Jennie yang merebahkan tubuhnya lagi dan dengan cepat ia terlelap.
"Wah, dia benar-benar lelah." Sinb memandangi Jennie tak percaya, kemudian ia memandangi Mina yang juga terlelap dengan mudahnya.
"Apa hanya itu fungsi kasur itu? Mina bukanlah orang yang akan mudah terlelap begitu saja?" Tanya Sinb memandang bingung Mina dan Zakline bergantian.
"Kasur itu bisa membuat siapapun tidur terlelap dan akan membangunkan dengan mudah siapapun saat kondisi tubuhnya membaik." Kata Zakline sambil menggeser tempat duduk untuk Sinb, membuah Sinb mengirutkan keningnya tak mengerti dengan tindakan pria tua ini.
"Aku tau, masih banyak hal yang ingin anda tanyakan Putri, karena itu aku tak menawarkan istirahat untuk anda." Terang Zakline yang seketika membuat Sinb tertawa.
"Baiklah, aku akan duduk dan mulai bertanya banyak hal kepadamu." Zakline mengangguk menyetujui permintaan Sinb.
"Pertama dari pemuda yang menemui kita tadi, aku merasa tidak asing dengan nama belakangnya. Seperti aku sering mendengar nama itu?" Sinb nampak berfikir keras sementara Zakline tersenyum.
"Sebenarnya, dia adalah keturunan dari salah satu klan kesatria Hydroy yang menguasai air." Sinb tercengang sambil menutup mulutnya.
"Ah, pantas saja aku pernah mendengarkan cerita itu. Kalau ia sudah berada disini? Apa masih perlu kita mencari mereka?" Tanya Sinb.
"Itu hanya kebutulan Putri, karena saat pelarian dulu aku membawa serta ayahnya yang masih kecil. Kemudian hamba membesarkannya dan berjuang bersama untuk menentang Czar. Maafkan hamba hanya bisa menyelamatkan klan Hydroy dan Genio adalah keturunan terakhir dari klan itu. Selama ini hamba berusaha menjaganya dan merahasiakan dari siapapun, itu kenapa hamba menyuruhnya untuk menciptakan banyak Android Xoxo disini." Sinb terdiam memandang Zakline yang menunjukkan ekspresi bersalahnya, selama beberapa jam ia bersama Zakline tidak pernah sedikit pun ia melihat Zakline memasang wajah seperti ini tapi saat ini, Sinb berhasil melihat sisi rapuh dari seorang Zakline sampai membuatnya mulai berfikir. Semengerikan apa sebenarnya peperangan itu di waktu silam? Hingga membuat semua orang penuh dengan kesedihan seperti ini? Apakah nenek juga merasakan hal yang sama? Pikir Sinb.
"Zakline..." Panggil Sinb pelan, ia memelankan suaranya agar kedua saudarinya itu tidak terbangun.
"Iya tuan putri." Jawab Zakline yang terlihat siap untuk menerima perintah apapun dari Sinb.
Sinb menarik nafas sebelum akhirnya mengatakan sesuatu. "Bawa aku kepadanya, aku ingin kau segera menghancurkan segala bentuk teka-teki yang membelenggu fikiran ku. Kemungkinan semakin cepat aku mengetahui banyak hal, semakin cepat pula aku dapat menentukan langkah dan rencana yang harus kita tempuh." Zakline mengangguk kemudian mempersilahkan Sinb berjalan terlebih dahulu meninggalkan Mina dan Jennie yang sudah terlelap.
---***---
Select 10. Pusat kontrol Hector
Setelah keluar dari ruang tidur, mereka menuju lorong Hector kembali dan memasuki sebuah lift yang hampir mirip dengan yang tadi pernah mereka naiki. Beberapa menit kemudian sampailah mereka dilantai Hector paling atas yaitu Select 10 yang merupaka pusat kontrol Hector. Di dalam ruangan itu begitu sepi, tidak terlihat makhluk jenis apapun berlalu lalang disana sampai suara Zakline membuat seseorang muncul dari balik pintu baca yang tak tampak.
"Genio..." Panggil Zakline
DAK
Pintu berlapis baja itu terbuka dan menampakan seseorang yang beberapa jam lalu Sinb temui. Ia tersenyum senang mendapati Zakline bersama Sinb sedang berdiri menunggunya.
"Bukannya kau ingin istirahat?" Tanya Genio dengan semangat.
"Ah, aku tidak bisa tidur dalam kondisi seperti sekarang. Aku masih belum sepenuhnya mengerti." Akui Sinb.
"Kalau begitu duduklah disini." Genio mempersilahkan Sinb untuk duduk di kursi, di ikuti dengan Zakline dan juga dirinya. Sinb masih memperhatikan Genio secara seksama, ia masih terlihat bingung.
"Apa kau bisa menunjukkan kekuatan mu kepadaku?" Tanya Sinb secara tiba-tiba membuat kedua pria itu terkejut.
"Wae? Kau tak bisa? Setidaknya ini bisa membuatku lebih sadar bahwa ini memang nyata." Sinb beralasan yang seketika membuat Genio menghela nafas.
"Baiklah..." Katanya. Ia berjalan ke sudut dan memencet sebuah tombol membuat dinding lantai baja itu bergeser dan cukup mengejutkan, sebuah kotak berdiameter 50cm dengan berisi air terlihat jelas.
"Itu, bagaimana mungkin ada kolam di ruangan ini?" Sinb tak habis pikir dan Zakline hanya menanggapinya dengan senyum.
Genio terlihat fokus. Air itu mulai bergerak-gerak tak tenang di dalam kolam seolah ada benda yang menggerakkannya di dalamnya. Ketika Genio mulai menggerakkan tangannya ke atas, air itu pun berangsur naik dengan pola berputar seolah sebuah badai kecil lah yang menggerakan air tersebut. Sinb menganga memandangnya tak percaya. Sinb bertambah shock ketika Genio bahkan mulai membentuk air itu menyerupai bangun datar, mulai dari lingkaran, persegi panjang, segitiga dan kini membentuk seperti dirinya dan beberapa hewan seperti gajah dan ular.
"Cukup!" Pinta Sinb yang membuat Genio segera mengakhiri pertunjukannya. Air itu pun berangsung kembali kedalam kolam dengan tenang.
"Wah, bagaimana bisa ada hal seperti ini? Mungkin aku akan mudah mencerna jika kau memiliki tenaga yang begitu kuat seperti ku dan kedua saudari ku tapi ini bukan berasal dari tenaga tapi kekuatan seperti syihir? Ah, aku tidak percaya ini? Bahkan logika ku sulit untuk menerimanya." Sinb mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
"Anda juga memiliki kekuatan yang seperti itu tuan putri." Terang Zakline membuat Sinb semakin merasa pusing.
"Apa kau bercanda? Apa aku juga bisa mengendalikan air sepertinya? Jangan konyol!" Sinb tertawa sembari menunjuk Genio yang terlihat tersenyum.
"Kau bersama putri yang lain bisa mengendalikan kami para ksatria dan mengumpulkan kekuatan kami menjadi satu kekuatan. Dari kekuatan itulah akan mampu mengalahkan Czar." Terang Genio.
"Bagaimana kalian bisa begitu yakin bahwa mereka masih ada?" Tanya Sinb.
"Tuan putri akan mampu merasakan kehadiran mereka, jika kekuatan anda terbangkitkan." Sinb mengirutkan keningnya berusaha mencerna perkataan Zakline.
"Maksudmu?" Tanyanya yang masih tak mengerti.
"Kalian masih memiliki kekuatan terpendam dalam tubuh kalian." Ungkap Genio.
"Mwo? Kekuatan terpendam? Kami?" Sinb semakin dibuat bingung.
"Tapi kenapa kami tak merasakannya selama ini?" Itulah yang Sinb rasakan.
"Perlu media untuk membangkitkannya." Kata Genio ambigu membuat Sinb berfikir keras sementara Zakline hanya memperhatikan keduanya.
"Seperti? Mantra? Tongkat syihir?" Jawab Sinb konyol, bahkan gadis itu tertawa mendengarkan kekonyolannya.
"Aku tidak percaya kau bisa mengatakan itu." Genio menatap Sinb sambil menggelengkan kepalanya sementara Zakline berusaha menahan tawanya karena interaksi manis mereka.
"Maka dari itu berhentilah berbicara berbelit-belit. Aku sudah sangat pusing dengan semua ini, sepintar apapun diriku, aku tidak bisa mencerna sesuatu yang tak masuk akal seperti ini." Ya, Sinb hanya akan cepat tanggap dengan sesuatu yang masih dapat di cerna dalam logikanya.