Loading...
Logo TinLit
Read Story - DanuSA
MENU
About Us  

"Kok bisa sih lo jadian sama Danu? Pake pelet apa lo?"

Sabina mendongak terkejut, tatapannya langsung bertemu dengan pantulan Gisel yang terlihat dari cermin besar di hadapannya. Gadis itu bersedekap angkuh menatap Sabina di depannya. Matanya memencarkan amarah.

Tidak mengacuhkan pertanyaan Gisel, Sabina memilih mengambil beberapa lembar tisu dari dispenser yang tertempel di dinding. Ia mengelap wajahnya yang basah karena air.

"Lo nggak bisu kan, Bi?!"

"Aku harus jawab apa? Semua terjadi begitu saja," jawab Sabina santai.

Gisel mendatangi Sabina kemudian menarik bahu Sabina agar menghadap ke arahnya.

"Serius, gue penasaran. Apa sih yang dilihat Danu dari elo?" Iris coklat Gisel melihat Sabina dari atas ke bawah. "Cantik juga enggak, gaya biasa aja nggak ada manis-manisnya. Cantikan gue kemana-mana," lanjutnya penuh percaya diri.

"Mencintai seseorang bisa terjadi kapan saja dan tanpa alasan, bisa bikin nyaman itu udah lebih dari cukup," ucap Sabina mantap.

"Jujur gue nggak terima, ya. Lo tau kan gue ngejar-ngejar Danu dari awal dia di sini, tapi dia sama sekali nggak peduliin gue. Dia malah sukanya sama elo. Sakit tau Bi, tapi nggak berdarah," rengek Gisel sambil menyandarkan tubuhnya di dinding, membuat Sabina mengernyit heran.

Jauh seperti apa yang Sabina pikirkan, ia berpikir Gisel akan melakukan kekerasan kepadanya atau sejenisnya, tapi kenapa Gisel justru terdengar seperti seseorang yang tengah curhat kepada sahabat baiknya?

Oke, ini aneh.

Sabina memilih diam, ia juga tidak memahami soal ini mengingat dirinya sendiri bukan pakar percintaan. Dia masih baru dalam hal ini.

"Kalo lo? Beneran lo nggak punya alasan suka sama Danu? Nggak mungkin, kan? Secara elo kan antisosial trus tiba-tiba nggak ada seminggu udah deket aja sama Danu," cecar Gisel.

Sabina tersenyum hangat, "Aku juga nggak ngerti, yang jelas ... aku nyaman kalo sama Danu. Sekeras apapun aku nolak Danu, sekeras apapun aku berusaha menjauh darinya, dia selalu punya cara bikin aku nyaman bersamanya, dengan perhatiannya, dengan tingkahnya yang kadang konyol, dia selalu bisa bikin aku senyum. Dia bisa yakinin aku kalo nggak semua cowok itu berengsek,-"

"Maksud lo? Lo punya trauma gitu sama cowok? Gue bahkan nggak pernah lihat lo deket sama cowok gimana lo bisa trauma?" potong Gisel.

Sabina tersenyum sambil menggelengkan kepala, "Nggak, lupain soal itu."

Gisel mengangguk mengerti. Sebenarnya ia sudah tahu dengan apa yang terjadi pada Sabina. Ia memilih diam, menjaga rahasia yang ia ketahui dengan berpura-pura tidak tahu. Beberapa hari yang lalu ia bertemu Mama Sabina saat Papanya menyumbang ke sebuah panti sosial dan tidak sengaja ia mengobrol dengan Mama Sabina. Ketika ia menyebutkan bersekolah di mana, Mama Sabina juga mengatakan jika anaknya bersekolah di tempat yang sama dengan Gisel dan ketika Gisel bertanya mengapa Sabina seperti itu, Mama Sabina mulai bercerita.

"Trus gue gimana, dong?" tanya Gisel dengan bibir mengerucut. "Masa gue kalah sama elo, tapi masa gue terus deketin Danu jelas-jelas dia nggak suka sama gue. Di mana harga diri gue coba?" Cewek berambut panjang bergelombang itu menghela napas kecewa.

Oh, masih punya harga diri?

Sabina merasakan gawainya bergetar.

"Bentar."

Ia membuka pesan yang ternyata dari Danu.

Lagi di mana, Bi? Nggak mau lihat pacarnya tanding basket? :)

Sabina tersenyum lalu membalas pesan Danu singkat.

Di toilet sama Gisel. Bentar lagi kesana.

"Pasti dari Danu, ya?"

Sabina tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.

"Tuh kan, gue jadi nggak tega rusak hubungan kalian. Apalagi lihat elo yang sekarang lebih banyak senyum, nggak kayak mayat hidup kayak kemaren-kemaren. Serem tau!"

Sabina terkekeh pelan membuat Gisel ikut terkekeh. Ia sedikit heran dengan tingkah laku Gisel hari ini, jelas-jelas pagi tadi ia mendapat tatapan tajam dari cewek yang kini terlihat bersikap manis di depannya.

"Lo asik juga ya meskipun agak kalem, ternyata elo nggak seserem yang gue pikir. Pantes Danu suka sama elo, dia risih kali ya karena gue cerewet? Menurut lo gimana, Bi?"

"Nggak tau, bisa jadi." Sabina mengangkat kedua bahunya, seolah ia benar-benar tidak tahu. Padahal jelas-jelas Danu mengatakan semuanya.

"Tapi Andre ... dia naksir kamu, kan?"

"Ck ... iya sih. Dia pernah nembak gue, tapi gue tolak. Gue tau dia baik, perhatian, lucu. Jujur gue kadang nyaman kalo sama dia, tapi ... gue lebih tertarik sama Danu yang jelas-jelas nggak nganggep gue. Jahat emang kalo dipikir-pikir."

"Trus sekarang?" goda Sabina.

"Kayaknya mesti ku pertimbangin deh, Danu buat elo deh, gue ikhlas sekarang." Gisel tersenyum lebar lalu mencuci tangannya yang kotor setelah bermain volly.

"Bi, kita temenan yuk," tawar Gisel membuat Sabina terkejut.

"Nggak usah kaget gitu elah. Nggak salah, kan? Emang iya sih, gue dulu itu benci banget sama elo. Elo tu aneh, nggak ngomong-ngomong, sok misterius, gue juga pernah doain lo yang jelek-jelek waktu lo sama Danu ilang di hutan, tapi akhirnya gue mikir, lo kayak gitu pasti karena punya alasan dan gue nggak berhak benci sama elo soalnya elo nggak pernah jahat sama gue. Apalagi elo udah berubah sekarang jadi nggak ada salahnya 'kan kita temenan?"

Sabina terlihat menimbang-nimbang tawaran Gisel, sudah saatnya ia berubah. Benar kata Mamanya, nggak selamanya dia sendiri. Ia hanya perlu membuka diri dan melihat sekeliling, banyak orang baik di sekitarnya.

Sabina mengangguk dengan senyum lebarnya dan Gisel juga tersenyum tulus.

Gisel mengulurkan tangan kanannya, "Kenalin, gue Gisella Anastasya. kita nggak pernah kenalan, kan?"

Sabina terkekeh pelan menyambut uluran tangan Gisel, "Sabina Amanda Sahib."

"Kalo butuh apa-apa, tempat curhat mungkin, lo bisa dateng ke gue, tapi kayaknya gue deh yang bakalan sering nyari elo buat ngerjain tugas." Gelak tawa Gisel memenuhi ruangan. Sabina sadar ternyata Gisel tidak seburuk yang ada di pikirannya selama ini.

"Um ... Sel, aku mau minta maaf."

"Soal?"

"Pernah mikir kalo elo cewek gatel soalnya ngejar-ngejar Danu terus," ucap Sabina dengan perasaan bersalah.

"Santai aja, pasti bukan cuma elo yang mikir gitu. Yuk, balik ke lapangan." Gisel merangkul Sabina lalu menyeretnya keluar dari toilet.

"Ngomong-ngomong lo udah tau 'kan kalo Danu hari senin ultah."

Sabina melebarkan kedua matanya, "Yang bener? Aku baru tau."

"Idih, pacar apaan sih lo? Ultah cowok sendiri nggak tau," gurau Gisel.

---

Mendapat balasan dari Sabina, Danu langsung berlari ke arah toilet, mengabaikan teriakan teman-temannya yang sudah siap memulai pertandingan basket. Ada tiga toilet di lantai bawah dan ia mendatangi semuanya, ini sama saja keliling sekolah. Napasnya terengah ketika ia sampai di toilet terakhir dan ia yakin Sabina berada di sana.

Tepat ketika Danu berada di depan toilet wanita dia bertemu dengan Sabina dan Gisel yang berjalan beriringan, Gisel merangkul Sabina.

"Bi, kamu nggak pa pa?"

Dengan bingung Sabina melihat Danu yang terlihat kacau, "Nggak papa, emang aku kenapa?"

"Dia nggak macem-macem sama kamu, kan?" Danu menarik Sabina agar menjauhi Gisel.

"Sabi abis gue pukulin! Elah curigaan amat sih? Gini-gini gue nggak pernah ya namanya mukul orang. Lo mau jadi yang pertama gue pukul?!" cecar Gisel tidak terima ia kembali menarik Sabina agar kembali di dekatnya.

Sabina terkekeh, "Udah-udah. Aku nggak pa pa Nu kamu lihat sendiri, kan?"

"Ya ... Maaf. Habisnya Gisel gitu sih."

"Gue kenapa?!"

"Mirip-mirip pemeran antagonis di film-film," ucap Danu sambil menunjukan deretan giginya tanpa rasa bersalah membuat Gisel memutar mata kesal.

"Yuk, Bi. Tinggalin aja Danu." Gisel menarik paksa Sabina menjauhi Danu yang kebingungan dengan sikap kedua gadis itu.

" Gisel menarik paksa Sabina menjauhi Danu yang kebingungan dengan sikap kedua gadis itu

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (12)
  • YulianaPrihandari

    @DanFujo itu awalnya blm ada adegan ngambil fotonya Danu buat jaga-jaga, tapi karena ada komen dari @drei jadi saya tambahin biar ada alasannya (sebab akibat).

    Nggak perlu jadi kakak atau adik, cukup jadi sahabat yang "peka" dengan sahabatnya hehe. Temen-temennya Danu pada nggak peka karena Danu cukup pintar menyembunyikan masalahnya hehe

    Comment on chapter Rasa 24
  • DanFujo

    @drei Menurutku itu biasa sih. Kan cuma curiga di awal doang, abis itu hapenya udah jadi hak dia juga. Kurang lebih bahasanya: udah kebukti ni anak lagi butuh. Lagipula dia bilang kayak gitu juga cuma akal-akalan biasa pedagang Wkwkwk

    Btw, @YulianaPrihandari Ini gue pengen banget jadi kakak atau adeknya Danu, biar dia gak sendirian gitu. Biar kalau ada masalah ada tempat curhat gitu. Kok rasanya sedih banget yah pas dia minta penjelasan dari ibunya. Membulir juga air mataku. Meski gak menetes :"

    Comment on chapter Rasa 24
  • YulianaPrihandari

    @drei si Abangnya terlalu kasian sama Danu wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 2
  • YulianaPrihandari

    @AlifAliss terimakasih sudah membaca :):)

    Comment on chapter Rasa 2
  • drei

    si abang konter ceritanya nuduh danu nyopet, tapi minjemin motor kok mau? ^^'a motor kan lebih mahal dari hape haha... (kecuali itu bukan motor punya dia)

    Comment on chapter Rasa 7
  • drei

    wah menarik nih... starting off well. will definitely come back. XDD

    Comment on chapter Rasa 2
  • AlifAliss

    Dukung banget buat diterbitkan, meskipun kayaknya harus edit banyak. Wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 21
  • AlifAliss

    Kok aku ikut-ikutan bisa logat sunda yah baca ini wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 6
  • AlifAliss

    Gue juga jatuh cinta ama Sabi, tapi gak apa-apa kalau keduluan Danu. ????

    Comment on chapter Rasa 2
  • AlifAliss

    Jatuh di hadapan siapa, Nu? Di hadapanku? Eaakk.. ????

    Comment on chapter Rasa 2
Similar Tags
No, not love but because of love
3543      789     2     
Romance
"No, not love but because of love" said a girl, the young man in front of the girl was confused "You don't understand huh?" asked the girl. the young man nodded slowly The girl sighed roughly "Never mind, goodbye" said the girl then left "Wait!" prevent the young man while pulling the girl's hand "Sorry .." said the girl brushed aside the you...
Renata Keyla
6812      1576     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
Langkah yang Tak Diizinkan
202      167     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
F I R D A U S
758      501     0     
Fantasy
To The Girl I Love Next
410      288     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
Senja Kedua
3784      1388     2     
Romance
Seperti senja, kau hanya mampu dinikmati dari jauh. Disimpan di dalam roll kamera dan diabadikan di dalam bingkai merah tua. Namun, saat aku memiliki kesempatan kedua untuk memiliki senja itu, apakah aku akan tetap hanya menimatinya dari jauh atau harus kurengkuh?
Belum Tuntas
5071      1733     5     
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti. ...
Metanoia
3252      1192     2     
True Story
âťťYou, the one who always have a special place in my heart.âťž
CAMERA : Captured in A Photo
1198      584     1     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
Klise
3144      1184     1     
Fantasy
Saat kejutan dari Tuhan datang,kita hanya bisa menerima dan menjalani. Karena Tuhan tidak akan salah. Tuhan sayang sama kita.