"Hey,peringatan apa ini?"tanya seorang siswi pada temannya.
"Entahlah,tapi itu membuatku merinding"ucap temannya.
"Apa kau takut? Hanya dengan peringatan konyol ini?"tanya siswi tadi.
"Entahlah..."balas temannya.
Siswi itu tersenyum,"Ya ampun Sari,ini hanya peringatan konyol. Lihat aku akan berfoto disini"ucap siswi itu dan memulai berfoto.
"Ckrek...ckrek...ckrek..."tiga foto terambil sudah.
"Lihat...tidak ada yang terjadi"ucap siswi itu.
"Via...lebih baik kita pergi saja"ucap Sari.
"Tidak...Aku akan ambil lebih banyak foto lagi...lihat hasilnya sangat bagus"ucap Via.
"Aku...Aku akan pergi"ucap Sari.
"Ya sudah sana,dasar penakut"ucap Via.
Sari pergi meninggalkan Via sendiri. Via kembali ke dekat dinding itu lalu mengambil beberapa foto lagi.
"Lihat,aku tidak apa-apa. Tidak ada yang terjadi. Peringatan konyol"ucap Via.
Kemudian dia pergi menuju kelasnya. Sekolah sudah pulang tiga puluh menit yang lalu. Tapi,Via meninggalkan syal pemberian ibunya di kelas. Dia akhirnya kembali dan mengajak Sari bersamanya.
Sebelum menuju kelasnya,Via tertarik dengan pemandangan belakang sekolah mereka yang terlihat saat mereka akan menuju XI IPA 1.
Via mengajak Sari kesana dan ingin mengambil foto. Sesampainya disana Sari malah takut.
Via berjalan sembari memainkan ponselnya. Tiba-tiba dia berhenti,saat layar ponselnya mulai hitam. Kemudian muncul kata demi kata dari tulisan peringatan yang ada di tembok itu. Segera Via melempar ponselnya.
Via segera berlari ke kelas. Sesampainya dia disana,dia mencari syal itu. Keringat sudah bercucuran di dahinya. Tangannya pun ikut bergemetar.
"Ketemu!"ucapnya dia melihat foto ibunya yang ia tertempel disana lalu mengelus nya.
Terdengar bunyi pintu yang ditutup,membuat Via semakin diliputi rasa takut. Dia menggerakkan lehernya dengan sangat lambat menoleh ke arah pintu. Netranya melihat tulisan peringatan itu lagi.
"Seharusnya kau mendengarkan peringatan ini"
Terdengar suara sarat kepedihan dan kesedihan di Indra pendengaran Via membuatnya semakin gemetar.
Tulisan itu semakin mengalir kearahnya. Netra Via melihat sebuah tali yang sudah tersedia di tengah-tengah ruang kelas ini. Via mencoba memundurkan langkah kakinya. Tapi rasa nya sangat kaku.
Aliran tulisan itu menyentuh Via. Via melepaskan syal yang dipegangnya.
Netranya tak lagi sama. Netranya sudah berubah Semerah darah. Via menaiki sebuah kursi dan mencapai tali yang tergantung itu. Via menempatkan kepalanya ke tali dan menggeser kursi itu.
Seketika,Via tak lagi bernafas.
Seorang satpam yang tadi lupa mengambil tali yang dipinjam kelas XI IPA 1 masuk ke dalam kelas.
Saat pintu itu terbuka. Mayat Via yang tergantung dan tak bernyawa lagi menyambut satpam itu.
Satpam itu pun berteriak histeris.
#######################
Kinan meletakkan tasnya di tempat duduknya. Setelah sekolah diliburkan dua hari karena insiden bunuh diri teman sekelasnya.
Nata belum datang. Kinan memutuskan untuk duduk saja sambil membaca novel.
"Eh, tahu gag gosipnya,si Via tuh gag bunuh diri"Kinan menangkap perkataan seorang siswi yang dia tahu bernama Dini.
"Yang benar?"tanya Sisi.
"Iya,lo tahu gag rumor tentang sekolah kita ini angker"ucap Dini lagi.
"Ah,gag percaya gue"ucap Caca.
"Ya udah ,Kalo Lo pada gag percaya. Tapi,itu tembok yang ada di samping kelas kita yang ada tulisan peringatannya,itu dikutuk. Siapa yang melanggar tinggal tunggu aja jadi penghuni kubur"ucap Dini.
"Gue sempat sih dengar rumor itu,tapi gue gag percaya"ucap Sisi.
Kinan berusaha keras untuk tidak mendengarkan apa yang ketiga orang itu bicarakan,tapi kemudian dia malah mengingat kejadian saat dia pingsan.
Dia benar-benar yakin ada yang menyenggolnya,sementara Nata dan Tara malah mengatakan sebaliknya membuat dia tidak lagi mengungkit hal itu setelah sadar.
"Nan"panggil seseorang membuyarkan lamunan Kinan.
"Kenapa?"ucap Kinan.
"Lo gag apa-apa kan?"tanya Nata. Pasalnya sejak kejadian pingsannya Kinan dua Minggu yang lalu,Kinan semakin sering melamun.
"Gag"ucap Kinan.
Kelas mulai ramai. Bel tanda pelajaran dimulai mulai terdengar.
Bu Hasti,wali kelas XI IPA 1 memasuki kelas.
"Selamat pagi anak-anak"ucap Bu Hasti.
"Pagi Bu"ucap para siswa serentak.
"Kalian tahu kan apa yang terjadi pada teman kalian 3 hari yang lalu?"ucap Bu Hasti.
Semua siswa terdiam.
"Karena kejadian itu,pihak sekolah melarang kalian berada di wilayah sekolah di luar jam sekolah,paham?"ucap Bu Hasti.
"Paham Bu"ucap mereka serentak.
"Baiklah sekarang kita lanjutkan pelajaran kita. Buka buku biologi kalian halaman 15"ucap Bu Hasti.
Kinan teringat lagi pada apa yang Dini katakan soal tembok di samping kelas mereka yang ada peringatannya. Sayangnya lagi,tembok itu akan langsung terlihat dari jendela dekat tempat duduk Kinan.
2 Minggu lalu,saat dia akan duduk di tempat duduk ini,Kinan melihat tembok berisi peringatan itu,tapi dia tidak terlalu ambil pusing. Dia berpikir itu hanya ulah orang yang tak punya kerjaan.
Tapi, baru 30 menit dia duduk disitu,dia mulai merasakan getaran aneh yang tidak disukainya itu. Dia tidak tahu apakah Nata,Rendi,Axel,Clara,Zahra yang duduk dekat ke tembok itu juga merasakan hal yang sama atau tidak,tapi Kinan merasa semakin hari dia duduk di tempat itu,suasananya semakin tidak nyaman.
Kinan menoleh ke tembok itu,dan getaran itu sangat terasa.
"Tok...tok...tok..."Sari terlihat mengetuk pintu.
"Dari mana saja kamu?"tanya Bu Hasti .
Sari hanya terdiam tak menjawab. Nampaknya,kejiwaannya sangat terganggu saat tahu Via meninggal. Dia melangkah masuk kedalam tidak peduli pada Bu Hasti.
Setelah duduk,Sari yang rambutnya panjang sepinggang menutupi wajahnya,membuat Bu Hasti yang akan menegurnya kembali menelan kata-katanya. Bahkan seisi kelas hanya memperhatikannya dengan ekspresi sama.
Ngeri. Aura yang Sari bawa benar-benar membuat merinding.
Sementara itu,Sari yang menutupi wajahnya,melihat ke tempat Via gantung diri. Dia melihat seakan Via mengajaknya juga. Sontak dia berteriak histeris.
"Tidak...Aku tidak mau..."ucapnya,membuat seisi kelas tersentak dan bangun dari kursinya masing-masing.
Takut mendekat pada Sari. Sari mulai memukul-mukul kepalanya dan akan segera memukulkan kepalanya pada meja,jika Nata tidak segera memeganginya.
"Apa yang kalian lakukan? Cepat hubungi ambulans atau apapun?"ucap Nata.
"Pergilah...pergi...jangan ganggu aku"racau Sari. Nata terlihat kewalahan menahan Sari,dengan cepat Kinan ikut menahan.
Tersadar,Bu Hasti berkata,"Rizki,cepat telepon ambulans"ucapnya pada Rizki selaku ketua kelas.
Rizki segera melakukan panggilan,sementra teman yang lain ikut menahan Sari,yang entah mengapa kuat sekali.
"Sari,sadarlah"ucap Dini.
"Apa salahku? Jangan ganggu aku"Sari tetap meracau sembari mulai menarik rambutnya.
"Tiii...dak"teriak Sari sebelum tak sadarkan diri. Setelah melihat jemari Via mulai menyentuh rambutnya.