Loading...
Logo TinLit
Read Story - Adelaide - He Will Back Soon
MENU
About Us  

         Sekarang Aku sudah berdiri di depan kelas Keanu dengan membawa paperbag berukuran sedang. Tentu saja Aku disini untuk mengembalikan swaeternya yang  kupakai lusa lalu.

         “Permisi.” Ucapku pelan.

         Orang-orang tampak sibuk dengan aktivitas mereka dan memilih mengabaikanku. Aku meperhatikan sekitar, Keanu tidak di kelas, Alfa juga tidak ada. Aku yakin mereka sedang tertidur di atap.

          Aku segera berlari menuju tangga di ujung lorong. Percikan semangat serasa membakar jiwaku. Aku berharap dia juga disana.

          Kubuka pintu besi yang sudah using itu. Suaranya berderit keras menyakiti gendang telingaku. Seseorang disana, berdiri di atas kaki jenjangnya dan menampakkan bahu lebarnya. Itu Alfa.

          Dia berbalik ke arahku. Aku tersenyum untuk menyapanya.

          “Kayanya seseorang akan menjadi pemilik baru tempat ini juga.”

          “Kita bisa bagi dua.” Jawabku.

          “Sure. Kamu cari Keanu?” aku mengangguk pelan.

          “Dia gak disini?” tanyaku.

          “Di ruang kepanitiaan. Dia dispen hari ini.” Jawabnya.

          Aku hendak berbalik pergi. Seseorang menahan tanganku, yag jelas ku yakin adalah Alfa.

          “Saya temenin.”

          Aku meng-iyakan ajakannya. Kami berdua berjalan menuruni tangga dalam diam. Dan juga melewati beberapa lorong tanpa ada yang membuka suara. Ini sangat canggung.

          “Kamu yang kena bola saya beberapa hari lalu ya?”

          “Iya.”

          “Maaf, saya gak sengaja.” Dia tersenyum kikuk.

          “Gak sakit juga ngapain minta maaf.” Aku tertawa kecil.

          “Basa-basi aja sih sebenarnya.” Dia ikut tertawa.

          Kami berdua terdiam lagi. Terkurung dalam keheningan selama perjalanan.

          “Kemarin, kenapa gak mau pulang bareng?” tanyanya.

          Aku terdiam sejenak menyiapkan kata-kata untuk menjawab pertanyaanya. Sialnya, Aku tidak tau mau menjawab apa.

          “Emhh.. Takut canggung aja kaya sekarang.” Jawabku pelan.

          “Kamu jujur banget orangnya.”

          “Dari pada di pendam sendiri kan. Lagian kamu juga yang nanya duluan.” Jawabku cepat.

          “Kalo kemarin kita pulang berdua, Saya yakin kita gak bakal secanggung sekarang.”

          “Bisa aja.”

          Kami sampai di ruang kepanitiaan. Ruangan itu sudah kosong dan terkunci. Rupanya kami terlambat.

          “Kamu gak beruntung.” Katanya.

          “Hmm.. Keliatannya begitu.” Jawabku seolah putus asa.

          “Nanti siang balik bareng siapa?” Tanyanya yang membuatku menatapnya kaget.

          “Biasanya di jemput supir.”

          “Nanti saya jemput kamu dikelas.”

          Seperti yang dia katakana beberapa jam lalu, Alfa sudah bersandar di pintu kelasku. Teman-teman ku yang mengenalnya terihat mengajaknya bercanda di depan sana.

          “Kamu punya banyak teman.” Komentarku saat aku telah berdiri di sampingya.

          “Not Really.” Jawabnya santai. “Ayo.”

          Dia berlajan terlebih dahulu dan Aku mengikutinya dari belakang. Akan terasa aneh jika seorang gadis pendiam sepertiku berjalan berdampingan dengan salah satu cowok popular di sekolah. Setidaknya Aku harus tau diri bukan?

          BUGH..

          Aku menabrak, atau lebih tepatnya menghantam sesuatu yang berdiri tegap di depanku. Tidak sakit, tapi kurasa orang-orang di sekitar mulai memperhatikan. Juga berbisik-bisik. Aku rasa gosip tentangku akan tersebar lagi. Bukan berita baik tentunya.

          “Kamu gak apa-apa?” Tanya Alfa khawatir.

          “Saya nabrak kamu?” Tanya ku padanya.

          “Iya. Kamu kenapa jalan di belakang?”

          “No Reason.

          “Sini.” Alfa menggapai tanganku dan menarikku untuk berjalan di sampingnya.

          Yang Aku bisa rasakan sekarang adalah perasaan aneh yang keluar dari tubuhku. Terasa menggila di setiap sarafku. Perasaan yang sama seperti yang ku rasankan sore itu.

          Sore dimana pertama kali Aku melihantnya. Lebih tepatnya sadar akan keberadaannya. Dia berlari mengelilingi lapangan bundar itu untuk kesekian kalinya. Keringat sudah membanjiri tubuhnya dengan parah. Aku rasa dia di hukum, sama sepertiku juga yang baru saja terciduk melamun untuk kesekian kalinya di dalam kelas. Aku bersumpah pada Tuhan bahwa Aku memperhatika guru sialan itu menjelaskan. Aku tidak melamun, wajah dan pandanganku memang seperti ini. Sayangnya guru itu tidak percaya dan malah mengeluarkanku dari kelas.

          Tiba-tiba lelaki itu terjatuh tepat di depan tempatku duduk saat itu. Dia terlihat meringis dan sepertinya mengaharpkan sedikit bantuanku untuk berdiri. Aku berjalan sedikit ke arahnya dan mengulurkan tanganku. Dia menggapainya cepat dan berdiri.

          “Makasih.” Ucapnya dan berlari lagi.

          Sekilas ku lihat lututnya berdarah. Tapi kurasa dia tidak perduli dan tetap melanjutka hukumannya.

          Ku pikir perasaanku saat itu tidak nyata. Tapi, dengan munculnya itu sekali lagi, Aku berharap bisa terwujud.

          “Kau bisa naik?” tanyanya.

          Aku mengangguk dan segera melopat ke atas motor. Kenapa juga dia harus punya motor besar yang susah untuk dinaiki ini.

          “Suka melamun?” tanyanya dengan beteriak.

          “Udah jadi hobi.” Jawabku juga sambil berteriak.

          “Lamunin apa?”

          “Apa aja yang bisa dilamunin.” Jawabku cepat.

          “Misalnya?”

          “Lanjutan Mocking Jay part 2.”

          “Kenapa gak khayalin kita aja?” Tanya dia.

          Aku terdiam sejenak. Lagi-lagi Aku kehabisan kata-kata untuk diungkapkan. Bukankah hal ini terlihat seperti Aku sedang menerima kekalahan.

          “Hahaha..” Aku tertawa dengan senatural mungkin. “Basi tau gak.” Lanjutku.

          “Kita belok kanan kan?” Tanya dia.

          “Iya, nanti berhenti di rumah nomor 8A.” jawabku.

          “Tau kok.”

          “Terus kenapa nanya?” tanyaku dengan nada kesal.

          “Biar gak canggung aja, kaya kamu  bilang tadi.”

          “Jadi kamu tau rumah saya?” Kataku sembari turun dari motornya.

          “Yup.”

          “Kok bisa?”

          “Kalo saya bilang saya Presiden Snow dan kamu Katnissnya, kamu percay?” dia menyunggingkan senyumnya.

          “Ya enggak lah.  Kita lagi gak main fil hunger games lagian.”

          “Kalo saya bilang saya dr. Starnge dan lihat masa depan kita bersama, kamu percaya?” Tanya dia lagi.

          “Lancar banget ngegombalnya.” Sindirku cepat. “Kalo gak mau kasi tau, gak masalah juga sih.” Lanjutku.

          “Mungkin lain kali bakal saya kasi tau kamu.” Katanya. “Pasti.”

          “Makasi tumpangannya”

          “Saya siap jadi go-jek kamu. Itu titipan kamu buat Keanu gak mau sekalian di anterin pake go-sent?” tanyanya.

          “Gak usah, go-pay saya udah abis.” Jawabku diikuti oleh tawanya.

          “Saya balik kalo gitu.”

          “Makasi ya mas..”

          “Bintang limanya di tunggu ya mbak.” Katanya dan Aku hanya terkikik.

          Dia melambai ke arahku dan melajukan motornya dengan cepat. Aku berbalik dan segera masuk ke dalam rumahku. Aku tersadar, beberapa hari ini Aku jadi lebih banyak bicara. Banyak sekali.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Beach love story telling
3037      1488     5     
Romance
"Kau harus tau hatiku sama seperti batu karang. Tak peduli seberapa keras ombak menerjang batu karang, ia tetap berdiri kokoh. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Aku akan tetap pada prinsipku." -............ "Jika kau batu karang maka aku akan menjadi ombak. Tak peduli seberapa keras batu karang, ombak akan terus menerjang sampai batu karang terkikis. Aku yakin bisa melulu...
Luka Adia
829      503     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Tok! Tok! Magazine!
104      92     1     
Fantasy
"Let the magic flow into your veins." ••• Marie tidak pernah menyangka ia akan bisa menjadi siswa sekolah sihir di usianya yang ke-8. Bermodal rasa senang dan penasaran, Marie mulai menjalani harinya sebagai siswa di dua dimensi berbeda. Seiring bertambah usia, Marie mulai menguasai banyak pengetahuan khususnya tentang ramuan sihir. Ia juga mampu melakukan telepati dengan benda mat...
Are We Friends?
4190      1260     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
SIREN [ RE ]
635      355     5     
Short Story
nyanyian nya mampu meluluhkan hati. namanya dan suara merdunya mengingatkanku pada salah satu makhluk mitologi.
Kala Saka Menyapa
12269      2896     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
Bukan kepribadian ganda
9615      1866     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
Secret Room
481      356     4     
Short Story
Siapa yang gak risik kalau kamu selalu diikutin sama orang asing? Pasti risihkan. Bagaimana kalau kamu menemukan sebuah ruang rahasia dan didalam ruang itu ada buku yang berisi tentang orang asing itu?
Babak-Babak Drama
478      333     0     
Inspirational
Diana Kuswantari nggak suka drama, karena seumur hidupnya cuma diisi itu. Ibu, Ayah, orang-orang yang cuma singgah sebentar di hidupnya, lantas pergi tanpa menoleh ke belakang. Sampai menginjak kelas 3 SMP, nggak ada satu pun orang yang mau repot-repot peduli padanya. Dian jadi belajar, kepedulian itu non-sense... Tidak penting! Kehidupan Dian jungkir balik saat Harumi Anggita, cewek sempurna...
Communicare
12334      1746     6     
Romance
Menceritakan 7 gadis yang sudah bersahabat hampir lebih dari 10 tahun, dan sekarang mereka dipersatukan kembali di kampus yang sama setelah 6 tahun mereka bersekolah ditempat yang berbeda-beda. Karena kebetulan mereka akan kuliah di kampus yang sama, maka mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Seperti yang pernah mereka inginkan dulu saat masih duduk di sekolah dasar. Permasalahan-permasalah...