Loading...
Logo TinLit
Read Story - Adelaide - He Will Back Soon
MENU
About Us  

Hari sudah sore saat Aku terbangun. Yang pertama kudapati adalah langit senja yang berwarana oranye sedang menatap ke arahku.

Kepalaku terasa terganjal oleh sesuatu. Aku segera mengangkatnya dan melihat apa yang mengganjal kepalaku ini. Dan ternyata selama beberapa jam terakhir kepalaku menghabiskan waktunya tidur di pangkuan Keanu.

Keanu? Pria itu sedang tertidur pulas di tempatnya. Wajahnya tampak lelah karena telah menopang kepala beratku dengan pahanya. Yang hilang sekarang adalah Alfa, dia sudah tidak ada di tempatnya tertidur tadi. Mungkin dia sudah turun saat bel berbunyi.

Seseorang membuka pintu atap. Decitan keras dari pintu itu membuatku mempusatkan perhatian ke arahnya. Lelaki dengan kulit kecoklatan tampak membawa tiga kaleng coca-cola dingin ditangannya.

“Sudah bangun?” tanyanya.

Aku diam dan tak menjawabnya. Aku masih mengolah pikiranku untuk menjawab pertanyaanku sendiri, dengan siapa lelaki ini berbicara?

“Masih di dunia mimpi rupanya.” Katanya sambil menatapku kecewa.

Aku masih diam dan tak bergeming. Tidak mungkin lelaki yang di depanku ini sedang berbicara padaku. Lelaki ini, Alfa pasti sedang berbicara pada sahabatnya Keanu.

Aku menolehkan kepalaku kebelakang. Kudapati Keanu masih tertidur dengan pulasnya. Jadi dia berbicara padaku?

Kaleng dingin seketika mendarat di pipiku. Dengan cepat, sengatan semangat minuman itu membangunkanku dari tidurku yang dalam keadaan tersadar.

“Kamu biacara sama saya?” spontan kaliiamt itu keluar dari bibirku.

“Bukan. Sama Keanu.” Jawabnya kesal. “Nih minum..” dia menyerahkan kaleng merah dingin itu.

“Makasih.” Aku menerimanya dengan segera.

Aku menatap sekeliling dan mendapati tasku sudah berada disana. Pasti laki-laki itu sudah turun untuk mengambil tas kami juga.

Aku segera menyambar tasku dan mengeluarkan polaroidku dari dalamnya. Dengan segera ku persiapkan gerakanku untuk membidik hal-hal yang akan kujadikan kenangan di buku diariku, yang lebih mirip album foto.

“Fotoin apa?” Tanya seseorang.

Aku terlonjak kaget dan segera memasukan hasil lembaran bidikanku ke dalam tas.

“Udah bangun?” tanyaku cepat.

Dia mengangguk pelan.

“Maaf saya ikutan ketiduran.”

“Santai aja. Selama saya masih saya yang sebelum tidur kamu gak bakal kena amukan siapapun kok.” Aku menatapnya waspada.

“Saya juga percaya Tuhan kok.” Jelasnya.

Aku akan memasukan kameraku tapi tertahan oleh tangan putihnya yang sedikit berurat. Apakah varises juga menyerang tangan?

“Boleh pinjem?” Tanyanya.

Aku menyerahkan polaroid itu tanpa menjawabnya terlebih dahulu.

“Saya suka langit senja. Apalagi sekarang bener-bener oranye.” Katanya sembari memotret langit yang ia maksud.

Hasil foto yang baru saja keluar dia serahkan padaku. Aku menunggu beberapa saat untuk melihat gambarnya muncul. Tidak buruk.

“Gak mau kamu simpen aja? Katanya suka?” tanyaku.

Dia tidak menjawab pertanyaanku, melainkan menatapku dengan pandangan yang tak ku mengerti. Tiba-tiba dia mengarahkan kamera itu padaku dan segera memotretku yang tengah mencerna tindakan yang  baru saja ia lakukan.

“Saya simpan yang ini aja.” Ucapnya sambil menunggu gambarnya tercetak jelas di lembaran foto itu. “Lebih cantik dari pada langit senja.”

Aku diam saja. Kepalaku bingung mencerna kalimat Keanu barusan. Aku tidak dekat dengan laki-laki, lebih tepatnya aku tidak dekat dengan siapapun. Dan degan mendengar kalimatnya barusan Aku menjadi bingung, Apakah dia baru saja memujiku?

“Udah bangun ken?” Seseorang tiba-tiba masuk ke percakapan kami.

“Ayo balik.” Keanu bangkit dari duduknya.

Alfa menjulurkan lengannya ke arahku. Aku dengan segera menggapainya yang berniat membantuku berdiri itu. Dengan sedikit semangat aku meloncat ke arahnya dan mendarat cukup dekat dari dirinya. Bahkan Aku bisa merasakan nafasnya dalam satu detik yang singkat barusan.

“Maaf and makasih.” Kataku dan segera berjalan menyusul Keanu yang sudah lebih dahulu berjalan.

Kami bertiga sampai di lapangan parker yang cukup sepi. Hanya ada beberapa motor anggota paskibra yang sepertinya sedang melakukan upacara.

“Pulang sama siapa?” Tanya Keanu.

“Sama saya aja. Rumah kita kayanya searah.” Ucap seseorang yang tentu saja adalah Alfa.

“Lu tau rumah dia?” Tanya Keanu lagi.

“Gak tau persis sih. Tapi saya sering liat kamu lewat daerah sana.” Alfa menatap kearahku dengan tatapan meyakinkan.

Aku hanya diam saja. Tidak lagi berniat menjawab pertanyaan Keanu yang awalnya adalah untukku.

“Ayo naik.” Seru Alfa.

“Keanu, saya boleh sama kamu gak?” tanyaku pada lelaki yang sedang memasang pelindung  kepala berwarna hitam.

Keanu menatapku bingung. Tatapannya juga menyiaratkan tatapan tidak percaya.

“Naik.” Perintahnya cepat.

Aku naik ke atas motor oranye besarnya. Bisa Aku tebak dia adalah penggemar Mark Marquez, dapat terlihat dari motornya yang di tempeli sticker Rapsol dan beberapa sticker sponsor pembalap terkenal itu.

“Ayo.” Seru Alfa dari atas motor besar abunya.

Aku memegang erat perut Keanu saat ia berjalan keluar area parkir dengan sangat cepat. Aku benar-benar yakin sekarang, bahwa ia benar-benar sudah kehilangan kewarasannya.

“Bisa pelanan gak?” Kataku agak berteriak.

“Kenapa? Takut rambut kamu rusak?” balasnya sama kencang.

“Apaan sih.” Jawabku kesal.

“Apa gunanya Saya beli motor besar tapi gak di pake ngebut.” Jelasnya.

Benar juga. Tentu saja motor ini sudah di buat sedemikian rupa agar penggunanya bisa berkendara lebih cepat di bandingkan dengan motor ukuran standar lainnya.

“Gue duluan.” Teriak Alfa pada Keanu saat kami sampai di lampu merah.

Keanu membalasnya dengan melambaikan tangan. Tak lama setelah itu, kami berdua sudah sampai di depan rumahku. Aku segera turun dengan hati-hati, karena motor itu juga cukup tinggi.

“Makasi.” Ucapku pelan.

“Sama-sama. Masuk aja sana.” Jawabnya.

Aku memutar balikkan badanku  dan berjalan menuju gerbang cokat besar yang berdiri dengan gagahnya.

“Eh, sweater saya gak mau dibalikin dulu?”

Aku segera menatap pinggangku yang masih terikat sweater birunya itu sejak tadi siang. Aku berbalik ke arahnya dan tersenyum kikuk.

“Ini udah kotor kayanya, karena saya pake tidur tadi.”

“Gak masalah, sini.” Dia menjulurkan tangannya sambil tersenyum ramah, persis seperti yang ia lakukan beberapa jam lalu saat kelas bahasa jepang berlangsung.

“Lusa aja. Saya cuciin dulu.”

“Terserah deh. Saya pamit ya.” Dia melambai ke arahku dan menghilang cepat bersamaan dengan terpaan angin.

Aku masih terdiam di tempatku dengan tangan yang sedang melambai pelan. Sangat pelan. Dalam diam Aku sedang memikirkan tentang apa yang terjadi padaku hari ini, tepatnya sore ini.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Boy Who Broke in My Window
14709      2597     12     
Humor
A social outcast A troubled airhead of a jock The two titles arent meant to be paired But when he breaks in her bathroom window one fateful Friday night all hell breaks loose
SATU FRASA
15863      3350     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Tenggelam dalam Aroma Senja
337      241     0     
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.
Cowok Cantik
14260      2213     2     
Romance
Apa yang akan kau lakukan jika kau: seorang laki-laki, dianugerahi wajah yang sangat cantik dan memiliki seorang ibu dari kalangan fujoshi? Apa kau akan pasrah saja ketika ditanya pacarmu laki-laki atau perempuan? Kuingatkan, jangan meniruku! Ini adalah kisahku dua tahun lalu. Ketika seorang laki-laki mengaku cinta padaku, dan menyebarkannya ke siswa lain dengan memuat surat cintanya di Mading...
Negasi
198      142     2     
Fantasy
"Manusia nggak bisa lihat jin?" Zoya terkekeh. "Periksa mata, sih. Buta kali." Dahi Rayna tampak berkerut. Dunia macam apa ini? Manusia di depannya ini waras atau tidak, sih? Sejak kesadarannya kembali, Rayna merasa seperti terbangun di dunia yang asing. Dunia aneh di mana jin terlihat berseliweran bebas tanpa bisa melihat manusia, justru dianggap normal. Terdampar di dunia asing tanpa ...
Our Tears
3065      1362     3     
Romance
Tidak semua yang kita harapkan akan berjalan seperti yang kita inginkan
The Red Eyes
24122      3767     5     
Fantasy
Nicholas Lincoln adalah anak yang lari dari kenyataan. Dia merasa dirinya cacat, dia gagal melindungi orang tuanya, dan dia takut mati. Suatu hari, ia ditugaskan oleh organisasinya, Konfederasi Mata Merah, untuk menyelidiki kasus sebuah perkumpulan misterius yang berkaitan dengan keterlibatan Jessica Raymond sebagai gadis yang harus disadarkan pola pikirnya oleh Nick. Nick dan Ferus Jones, sau...
Shades Of Nuance
1641      867     2     
Romance
"seandainya kita diciptakan untuk menjadi satu, pasti suatu saat kita akan bertemu – Putri Zein" "aku selalu teringat tentang pertama kali aku bertemu dengan mu, kau hanya menatapku datar bukan tatapan memuja. Seorang siswi pindahan yang selalu membuatku muak, dengan kelakuan nya yang selalu ikut campur urusan orang lain. – Choi Min Ho" "mata kami saling bertemu, m...
Sampai Nanti
501      279     1     
Short Story
Ada dua alasan insan dipertemukan, membersamai atau hanya memberikan materi
Dolphins
633      405     0     
Romance
Tentang empat manusia yang bersembunyi di balik kata persahabatan. Mereka, seperti aku yang suka kamu. Kamu yang suka dia. Dia suka sama itu. Itu suka sama aku. Mereka ... Rega Nicholando yang teramat mencintai sahabatnya, Ida Berliana. Namun, Ida justru menanti cinta Kaisal Lucero. Padahal, sudah sangat jelas bahwa Kaisal mengharapkan Nadyla Fionica untuk berbalik dan membalas cintanya. Sayan...