Read More >>"> Help Me (Usai Sedih Terbitlah Tanya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Help Me
MENU 0
About Us  

Akhir akhir ini Dhilla merasa khawatir mengenai dirinya yang kini dalam tahap hijrah. ‘Hijrahkah aku?’ ‘Benarkah aku telah berubah?’ ‘Apa aku sudah menjadi lebih baik dari diriku di masa jahiliyyahku?’. Kerap kali Dhilla memikirkan hal itu, ada rasa takut bahwa dirinya hanya sebatas merubah penampilan, hal itu membuat Dhilla lebih sering diam. Selain itu, Dhilla selalu memikirkan suatu hal yang sebenarnya tidak perlu gadis itu fikirkan. Sehingga membuat Dhilla semakin pendiam, gadis itu terlalu larut dalam masalah dan kesedihannya.

Windi pun merasa sikap Dhilla berbeda dari biasanya, padahal Windi ingin bercerita mengenai suatu hal. Namun, gadis itu berfikir untuk menunda ceritanya karena ia merasa suasana hati Dhilla sedang tak baik.Baru saja Windi akan bertanya kepada Dhilla, Windi mengingat suatu hal yang membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya pada Dhilla.

‘Ini pernah terjadi, seberat apa masalah kamu Coco? Kamu gak pernah cerita’ fikir Windi, gadis itu menatap Dhilla kasihan. Windi berfikir, jika ia bertanya kepada Dhilla akan membuat gadis itu menangis sama seperti ketika mereka di jenjang SMP. Dhilla yang hampir dua minggu berbeda dari Dhilla yang biasanya, ketika Windi bertanya, bukannya menjawab justru gadis itu menangis.

Waktu terus berjalan, sudah satu minggu dan Dhilla masih sama seperti hari hari sebelumnya. Sejak Dhilla menjadi sosok yang pendiam, Windi tak pernah membawa kendaraan. Ia selalu menunggu jemputan di kostsan Dhilla. Terkadang Windi memilih untuk memastikan Dhilla baik baik saja di kostsannya dengan membuatnya tertawa atau tersenyum. Namun seiring berjalannya waktu Windi tak tahan, gadis itu sedih setiap kali melihat Dhilla yang selalu diam, Windi merindukan Dhilla yang selalu memberinya nasehat. Windi memutuskan untuk bertanya ketika pulang sekolah, dan jika Dhilla menangis maka Windi yang akan membuat Dhilla melupakan kesedihannya. Sedangkan di kelasnya, Dhilla cukup fokus dengan materi yang di sampaikan oleh gurunya.

Ketika bel pulang berbunyi, Windi dengan cepat bersiap siap untuk keluar kelas untuk menghampiri Dhilla di kelasnya. Setibanya di kelas, Dhilla justru memandang Windi aneh, karena raut wajah Windi terlihat khawatir.

“Coco kalo ada apa apa bilang sama Wuwu. Kita sahabat, ingat? Akhir akhir ini Coco lebih sering diam, ada masalah apa? Coco sedih, Wuwu juga sedih” ucap Windi hati hati, gadis itu takut memancing airmata Dhilla. Sedangkan Dhilla hanya tersenyum mendengar pertanyaan Windi, ada rasa haru ketika mendengarnya, Dhilla sekuat tenaga menahan airmatanya.

“Semuanya baik baik aja, Wuwu jangan sedih. Ayo pulang!” Dhilla mengajak Windi pulang, dan Windi mengikutinya.

Windi terkadang memperhatikan Dhilla, namun sulit karena Dhilla menggunakan masker. Gadis itu menahan diri untuk tidak bertanya lagi sampai nanti di kostsan Dhilla. Sampainya mereka di kostsan Dhilla tiba tiba Dhilla mengucapkan hal yang membuat Windi tidak mengerti.

“Wuwu, bukankah semua orang mengharapkan pertemuan dengan penciptanya? Dan pertemuan itu merupakan hadiah terindah bagi manusia yang beruntung bukan? Kita sama sama belajar berubah untuk mendapat ridha-Nya, kita sama sama saling mengingatkan agar bisa sama sama mencapai syurga-Nya. Tapi, apa kamu pernah berfikir?”

“Perubahan kita hanya pada penampilan bukan? Sedangkan hati? Apa hati kita sudah berubah? Semua yang aku ucapkan yang kamu anggap nasihat, bukan berarti aku selalu melakukannya”

“Bagaimana kalo semua yang aku lakuin itu sebenarnya hanya mengharapkan sebuah pujian?”

“Becanda kamu gak lucu Dhill” Windi mulai kesal dengan ucapan Dhilla.

“Ini serius”

“Kamu bertanya tetang pemikiran aku, aku jawab dengan kejujuran. Aku gak pernah berfikir sejauh itu tentang perubahan, aku hanya ingin kita berubah bersama. Bukankah penampilan kita yang dulu jauh dari syariat? Bukankah seorang muslimah harus menutup auratnya? Dan untuk  hati yang berubah, hati aku berubah Co, sejak pertama kali kamu mengajak aku untuk berubah”

“Bagaimana dengan aku?! Aku gak berubah! Aku masih mengulangi kesalahan! Bahkan akhir akhir ini hati aku gundah Wu, aku bingung harus apa. Biasanya dengan berwudhu rasa gundah hilang begitu saja, tapi akhir akhir ini wudhu itu seolah gak mempan untuk menghilangkan kegundahan di hati aku”

“Kamu lagi kacau Coco, aku yakin masalahnya bukan ini. Pasti ada masalah lain, harusnya kamu terbuka sama aku Coco! Kamu bahkan gak pernah bercerita tentang keluarga kamu ataupun kehidupan kamu. Aku yakin kamu menyembunyikan suatu hal.”

Dhilla hanya menatap lantai kamarnya, ia ragu untuk bercerita. Ia ingin, tapi menurutnya semua itu tak perlu di ceritakan.

“Ada apa Co?” Ucap Windi sambil mengusap perlahan bahu Dhilla yang bergetar karena isak tangisnya.

“Aku khawatir keberadaanku disini justru menjadi beban bagi keluargaku, tiap kali aku menanyakan hal ini pada orangtua dan kakakku. Mereka justru mendukung semua yang aku lakukan. Aku ingin membalas semua yang mereka berikan dengan menjadi juara kelas, tapi aku tak pernah mendapatkannya. Mereka selalu bangga dengan nilaiku, justru aku sedih mendengar rasa bangga mereka. Kenapa? Karena bagiku semua itu hanya untuk membuatku agar tidak putus harapan. Aku merasa gak berguna untuk mereka, aku malah mneyusahan mereka. Kamu tau? Adikku dengan piala dan piagam yang seringkali ia dapatkan, namun ia jauh dari keluarga sejak kecil. Sejak kecil, aku yang selalu menyusahkan orangtuaku, aku mau kita kumpul bareng setiap hari, bukan hanya setiap satu tahun sekali. bahkan….bahkan…” Dhilla tak bisa menahan semuanya, ia menangis di pundah Windi yang juga menangis mendengarnya.

Windi bisa menenangkan tangisan Dhilla setelah beberapa menit.

“Menurut aku, itu hanya pemikiran Coco aja. Kalo Coco gak pandai di suatu bidang, apa harus menyerah gitu aja? Kenapa Coco harus jauh jauh memikirkan keahlian Coco? Sedangkan keahlian sudah dimiliki oleh setiap manusia” Dhilla hanya menatap Windi.

“Coco yang pandai dalam bidang menulis, walaupun tulisan Coco kurang bagus” Dhilla sontak tertawa mendengarnya. “Kurang bagus, bukannya jelek ya? Jadi jangan tersinggung” lanjut Windi, Dhilla hanya tersenyum.

“Jangan menyalahkan diri sendiri Dhill, bukankah kamu berubah juga karena jauh dari keluarga? Semua ini sudah Allah susun sedemikian rupa. Kamu yang sedirian di kostsan justru kesempatan emas untuk lebih dekat dengan Allah tanpa di lihat orang lain bukan? Kenapa kamu sibuk mencari apa yang gak ada di hidup kamu? Padahal kamu bisa mensyukuri apa yang ada”

Dhilla hanya diam, Windi menggigit bibir bagian dalamnya. Windi merasa kalimatnya berbelit, biasanya Dhilla yang bicara seperti ini.

“Kayanya itu…”

“Itu memang quotes andalan kamu buat aku, tiap kali aku rindu ibu sama ayah” Dhilla tertawa kecil melihat Windi kesal.

“Jangan ketawa Coco! Kalimat itu selalu ampuh untuk aku, jadi aku fikir buat kamu juga bakal ampuh.” Lanjut Windi, Dhilla kembali tertawa melihat Windi yang kesal.

“Sekarang aku yang mau curhat Co.”

“Curhat apa? Sebenernya kamu suka sama Kiki?”

“COCO!!” teriak Windi kesal, Windi mendengus kesal melihat Dhilla semakin tertawa lepas. Tapi disisi lain, ia senang karena Dhilla kembali menjadi Dhilla sahabatnya. Dhilla memang mudah menangis, dan mudah tersenyum.

“Maaf Wuwu” ucap Dhilla sambil tersenyum dan mengusap bekas airmatanya. Dhilla kembali memasang wajah serius, ia ingin mendengarkan apa yang ingin Windi ucapkan.

“Kenapa?” Windi yang mengerti akan pertanyaan Dhilla langsung bicara.

“Memangnya aku cantik ya?” Dhilla aneh dengan pertanyaan Windi.

“Setiap perempuan itu cantik, kecuali kalo Wuwu bukan perempuan”

“Bukan itu maksudnya, tapi apa aku cantik?” Dhilla tidak mengerti dengan pertanyaan Windi, sehingga Dhilla memilih diam.

Windi merasa gemas dengan ekspresi Dhilla yang diam tak menjawab pertanyaannya. Gadis ini memilih untuk merubah topik obrolan.

“Coco, sejak kamu gak pernah ke kantin. Aku selalu ke kantin sendirian, dan setiap itu juga Rio pasti nyamperin aku di kantin.”

“Apa hubungannya sama cantik? Rio suka sama kamu?”

“Bicara kasar boleh gak?”

“JANGAN!!! Perubahan, ingat?”

“Makanya lo serius dong COCONUT!!” Windi sudah tidak tahan, dari tadi gadis ini menahan kekesalannya. Dan ucapan Windi membuat Dhilla membelalakkan matanya tak percaya.

“LO KOK KASAR SIH? KAN GUE BILANG JANGAN KASAR!!” Ucap Dhilla tak kalah keras, dan Windi malah tertawa.

“Istighfar Co!” titah Windi, Dhilla menurutinya.

“Yang jelas makanya! Aku yang gak ngerti, aku yang disalahin padahal salah kamu yang kurang jelas bicaranya”

“Kurang jelas di bagian mana Co? Huruf vocal? Atau konsonan?” kekeh Windi

“Wuwu serius!”

“Kalo soal Rio, maunya serius mulu ya?” Goda Windi, Dhilla sudah mengangkat bantal yang siap melayang kapan saja dan di mana saja. Tapi Windi malah sengaja mengambil bantal itu dan menjadikannya alas kepalanya untuk tiduran.

“Wuwu bisa serius gak?” Dhilla mulai kesal melihat Windi yang tiduran.

“Kalo mau di seriusin mintanya ke Rio, jangan aku” ucap Windi lalu tertawa. Dhilla malas menanggapi, ia memilih memaikan gadgetnya. Windi yang merasa diabaikan, langsung bangun dan melihat Dhilla.

“Kali ini serius, kamu mau tau atau enggak juga gak apa apa. Sejak aku sendirian ke kantin, Rio selalu nanyain kamu. Cukup wajar menurut aku, tapi yang gak wajarnya itu. Fahri, dia punya nomer aku dari siapa? Dia sering nanyain kamu, lebih sering daripada Rio. Kalian pernah deket?”

“Aku deket sama Rio aja gugup Wu, apalagi Fahri. Aku belum pernah deket sama dia, kecuali waktu di perpustakaan aku tarik tas dia. Karena aku kira itu kamu”

“Fahri suka sama kamu katanya Co”

“Bohong”

“Emang bohong, itu hanya pemikiran aku”

Selanjutnya mereka hanya diam dan sibuk dengan gadget masing masing, sampai terdengar adzan ashar, dan mereka menghentikan kegiatan lalu mengambil wudhu. Ketika Windi turun dari kasur Dhilla terkejut.

“Wuwu lagi datang bulan?”

“Enggak”

“Tapi tembus”

“Serius?” Windi hendak melihat rok sekolahnya, tapi yang terlihat malah seprai bergambar panda milik Dhilla yang terdapat noda darah.

“Jangan bilang itu karena aku” Dhilla menatap Windi datar, Windi merasa diamnya Dhilla adalah jawaban iya.

“Coco maaf ya”

“Ini seprai kesukaan aku Wuwu” masih dengan ekspresi yang sama.

“Aku beliin yang baru, atau biar aku cuci aja. Gimana?”

Dhilla menarik nafas panjang dan mengeluarkannya agak kasar “Gak apa apa Wu..”

“Jangan Dhill, ini darah aku. Yang cuci aku aja”

“Aku belum selesai Wu, maksud aku gak apa apa kamu cuci aja gak usah beli baru” ucap Dhilla.

“Mau serba pinjam boleh?” Tanya Windi.

“Boleh Wuwu, cari aja di lemari.” Ucap Dhilla kemudian masuk ke kamar mandi untuk berwudhu.

Windi ingin meminjam rok Dhilla, ketika membuka lemari Dhilla. Terdapat foto dua perempuan, dan Windi mengenalinya, salah satunya adalah foto Dhilla. Dan satu lagi? Windi tidak mengenalinya, perempuan itu menggunakan cadar hitam dan di foto tersebut terdapat kata yang membuat Windi sedih. “kenapa di foto ini ada tulisan Best Friends? Siapa perempuan ini”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Big Bos : Mr. Han Joe
604      359     2     
Romance
Siapa sih yang tidak mau memiliki seorang Bos tampan? Apalagi jika wajahnya mirip artis Korea. Itu pula yang dirasakan Fraya ketika diterima di sebuah perusahaan franchise masakan Korea. Dia begitu antusias ingin segera bekerja di perusahaan itu. Membayangkannya saja sudah membuat pipi Fraya memerah. Namun, apa yang terjadi berbeda jauh dengan bayangannya selama ini. Bekerja dengan Mr. Ha...
Daybreak
3385      1586     1     
Romance
Najwa adalah gadis yang menyukai game, khususnya game MOBA 5vs5 yang sedang ramai dimainkan oleh remaja pada umumnya. Melalui game itu, Najwa menemukan kehidupannya, suka dan duka. Dan Najwa mengetahui sebuah kebenaran bahwa selalu ada kebohongan di balik kalimat "Tidak apa-apa" - 2023 VenatorNox
KATAK : The Legend of Frog
401      322     2     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
Kebugaran cinta
350      257     0     
Romance
Meskipun sudah memiliki harta kekayaan yang berlimpah tidak membuat martia merasakan ketulusan dan bahagia. Orang tua martia selalu sibuk mengejar karir dan kesuksesan sampai-sampai martia dari kecil sampai besar harus dirawat oleh asisten rumah tangganya. Kebiasaan buruk martia selalu melampiaskan kekesalan, kekecewaan, dan juga kesedihan nya dengan cara ngemil makanan sehingga tanpa sadar bera...
Forestee
453      320     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Melting Point
5308      1104     3     
Romance
Archer Aldebaran, contoh pacar ideal di sekolahnya walaupun sebenarnya Archer tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Sikapnya yang ramah membuat hampir seluruh siswi di sekolahnya pernah disapa atau mendapat godaan iseng Archer. Sementara Melody Queenie yang baru memasuki jenjang pendidikan SMA termasuk sebagian kecil yang tidak suka dengan Archer. Hal itu disebabkan oleh hal ...
PATANGGA
710      493     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
Dearest Friend Nirluka
724      457     1     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Love Rain
19315      2613     4     
Romance
Selama menjadi karyawati di toko CD sekitar Myeong-dong, hanya ada satu hal yang tak Han Yuna suka: bila sedang hujan. Berkat hujan, pekerjaannya yang bisa dilakukan hanya sekejap saja, dapat menjadi berkali-kali lipat. Seperti menyusun kembali CD yang telah diletak ke sembarang tempat oleh para pengunjung dadakan, atau mengepel lantai setiap kali jejak basah itu muncul dalam waktu berdekatan. ...
Republik Kerusuhan
2113      1207     0     
Romance
Putih abu-abu kini menjadi masa yang tidak terlupakan. Masa yang mengenalkan pada cinta dan persahabatan. Hati masih terombang-ambing kadang menjadi sesuatu yang mengecewakan, menyedihkan, kesenangan dan rasanya nano-nano. Meski pada akhirnya menjadi dewasa pada suatu masa dan membuat paham atas segala sesuatu. Serunya masa, mimpi yang setinggi angkasa, pertengkaran, di sini pula akan ada pemaham...