Saat aku ingin melayangkan tamparanku kearah ka Aldi, datanglah ibu Azka menghampiri kami.
“Ya ampun, seru banget nih” sahut ibu Azka dengan wajah senangnya.
“Iya bu, biasa anak-anak saling bercanda” sahut ibu Miranda bergantian melihat Miranda dan ka Aldi, lalu tersenyum kearah ibu Azka.
“Itulah kakak adik kerjaannya bercanda terus, kalo gak ya berantem. Oh iya mama sampai lupa, Azka sama Miranda jangan lupa ambil gambar dulu. Itu tadi fotografernya sudah siapin kamera, sekalian kita semua ambil gambar biar buat kenang-kenangan” sahut ibu Azka dengan antusias.
“Ya udah, ayo langsung ke tkp” sahut ka Aldi mengajak semuanya dengan semangat.
Ibuku pun berjalan menuju tempat pengambilan gambar, berjalan beriringan denganku sambil menggenggam erat tanganku. Jujur ini adalah hal yang tidak ingin aku lakukan, kenapa harus ambil gambar segala. Merepotkan saja. Tapi dengan melihat wajah bahagia terukir diwajah ibuku semuanya sanggup kulakukan untuk membuat ibuku bahagia. Kulihat Azka berjalan tidak jauh dibelakangku.
Sesampainya di tempat altar.
“Ayo, mempelai laki-laki dan wanitanya ambil gambar dulu” sahut sang fotografer.
“Azka sama Miranda, cepetan. Gak usah malu ya sayang, udah sah juga” sahut ibu Azka tersenyum seraya mengusap pundak Miranda. “Mas, nanti arahin ambil gambarnya yang romantis” ibu Azka memberitahu sang fotografer.
Aku yang mendengar perkataan ibu Azka hanya bisa membulatkan mataku tak percaya dengan mulut ternganga. Saat ingin melangkah pergi, Azka langsung menggenggam tanganku untuk berjalan menuju altar. Aku mencoba melepaskan genggaman tangan Azka, ka Aldi yang melihat Azka menggenggam tanganku langsung bersiul sambil bertepuk tangan, aku hanya bisa menundukkan wajahku dengan kesal. Berani sekali laki-laki ini.
Dengan cepatku menggengam tangan Miranda untuk berjalan menuju altar walaupun ia mencoba melepaskan genggamannya, tak akan kulepaskan begitu saja. Sesampai di altar kulihat Miranda menatapku tajam dengan wajah marahnya. Aku hanya tersenyum melihatnya, aku pergi menuju fotografer
“Pak, nanti arahin istri saya biar agak deketan sama saya kalau pas ambil gambarnya, biar romantis gitu. Terus banyakin ambil gambarnya waktu kita gak lihat ke kamera ya? Supaya gaya candid gitu, oke pak” kata Azka pada fotografer.
“Siap mas, pokonya nanti saya ambil banyak gambarnya mas sama istrinya” sahut sang fotografer.
“Sekarang kedua mempelai ambil posisi, pertama berdiri berhadapan saling menatap mata satu sama lain ya. Juga tangannya saling menggengam. Oke siap, saya hitung satu dua tiga” suruh sang fotografer pada Azka dan Miranda dengan kamera ditangannya.
Aku yang mendengar perkataan sang fotografer hanya bisa menghela nafas, aku harus melakukannya agar cepat selesai. Sangat malas rasanya harus melihat wajah laki-laki yang ada dihadapanku ini. Seperti biasa wajah Azka yang selalu tersenyum, kurasakan ia menggengam erat tanganku. Ingin rasanya ku tonjok wajahnya, saking bencinya.
1 jam kemudian
Tak terasa acara ambil gambar serta acara pernikahan ini selesai juga, lelah sekali rasanya. Energiku terkuras banyak, aku perlu mengisi ulang energiku. Inginku langsung pergi merebahkan tubuhku ini ditempat tidur nyamanku tapi itu suatu hal yang mustahil.