Read More >>"> Kaichuudokei (Chapter 7: Penjelajah; mirai to kako) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kaichuudokei
MENU
About Us  

            Pukul 7 pagi dan alarm milik Aika berbunyi. Seperti biasa gadis itu cuma mengeluarkan sedikit suaranya untuk mematikan alarm. Sebelum matanya benar-benar terbuka hidungnya sudah terlebih dulu mencium sesuatu yang harum. Rasa lapar seketika menghinggapi perutnya yang belum ia isi sejak semalam. Ia berjalan ke arah dapur, dan seseorang yang sudah ia duga berdiri di depan penggorengan dengan celemek miliknya yang sedang dipinjam. Seketika wajahnya cerah dan melangkah dengan cepat.

            “Ohayou, Aika. sepertinya kau sudah kelaparan. Selama beberapa hari aku tidak datang apa kau sarapan dengan benar?” tanya Haru yang masih sibuk memotong sayur.

            “Aku selalu sarapan dengan benar bahkan sejak kau belum datang!” ia mengendalikan emosinya dengan baik. Padahal sebenarnya dirinya sangat senang saat ini. Entah karena akan ada makanan dimeja makan atau karena kedatangan Haru-yang selama beberapa hari secara ajaib tak datang dan mengganggunya hingga dirinya merasa ada sesuatu yang hilang, dan tiba-tiba voila! Sudah berdiri di dapur memakai apron miliknya. Ia tak mengerti dan tak terlalu peduli dengan perasaannya.

            “Hari ini, ayo, kita pergi berkeliling.”

            “Sudah kuduga. Pasti ada maunya kalau dirinya datang.” Katanya mulai mengambil sendok dan mata yang tak bisa teralihkan dari penggorengan yang bahkan belum Haru angkat, dari kompor modern abad 22 yang membuat Haru melongo saat pertama melihatnya.

            “Baiklah.” Kata Haru yang masih memunggungi Aika.

            “Eh?!”

            “Aku bilang ‘baiklah’, apa_” Haru mengurungkan untuk menyelesaikan kata-katanya saat ia berbalik lalu melihat ekspresi Aika yang terdiam ditempatnya dan menjatuhkan sendok dari tangannya. Wajahnya merah karena sangat senang mendengar satu kata yang ditunggunya itu dari Haru.

            “Maksudmu, aku akan bertemu ayah, benar, kan?” tanya Aika dengan antusias dan mata berkaca.

            “Iya, tentu. Kau sudah cukup banyak mendengarkan kata-kataku dan menjadi anak baik. Kau pantas mendapatkannya.”

            “Kau tidak berbohong, kan?” pandangan Aika menyelidik.

            Haru menggeleng dengan tenangnya dan menaruh sarapan mereka di atas meja yang sebelumnya kosong.

            “Yatta*...!!! Haru, kau memang nomor dua di sekolahmu, tapi kau nomor satu untukku. Kau kakak yang hebat!” Katanya berjingkrak-jingkrak mengelilingi Haru yang masih memakai apron. “Aku tidak bisa mengatakannya dengan baik, tapi terimakasih.... terimakasih, Haru.” Kata Aika yang tiba-tiba memeluk Haru karena sangat senang. Gadis itu menangis dengan wajah bahagia.

            Haru merasa dadanya menjadi sakit, ia tidak bisa mengatakan apapun karena tenggorokannya terasa tersumbat sesuatu hingga membuatnya sulit bernapas.

            “Aku senang karena kau yang datang. Kau kakak terbaik.” Imbuh Aika diakhir kata-katanya.

            “Un!” hanya kata itu yang dapat keluar dari tenggorokannya. Tubuhnya yang hanya bisa diam di tempat akhirnya dapat ia gerakkan. Walaupun sebatas tangannya, yang hanya bisa menepuk kepala Aika yang masih memeluk, mendongak, dan tersenyum padanya.

            “AIKA, OHAYOOOUUU!!!!!” Tiba-tiba saja seorang pria paruhbaya datang dengan suara besar dan riang memanggil dibalik pintu kaca yang sudah membuka berlawanan arah. Lalu dalam beberapa detik sudah memandangi Haru dan Aika dengan mata menyelidik tajam.

            “Dare*?!” lanjut pria dengan wig rambut panjang berwarna-warni dan wajah ingin tahu, menatap pada anak lelaki di depannya. Sedang Haru dan Aika hanya saling berpandangan dan kembali menatap pria itu. Dengan wajah Haru yang penasaran dan Aika yang kembali memasang wajah dingin seakan-akan mengatakan kalau apa yang pria paruhbaya berjenggot itu lakukan sangat memalukan.

###

Ruang introgasi pribadi (ruang kepala divisi pengawas), tahun 2141.

            Di dalam ruang kerja kepala Yamada hanya ada pemilik ruangan sendiri dan Haru. Lalu Sanada Jun yang menjadi tangan kanan kepala divisi pengawas ikut mendengarkan pembicaraan mereka sebagai saksi atas perintah atasannya.

            “Wajah dan sikapmu yang tenang itu, aku seperti pernah melihatnya. Di mana, ya... tv? Kalau artis siapa, ya?!” keningnya berkerut mencoba mengingat sesuatu.

            “Pak kepala, tolong jangan keluar dari tujuan awal anda.” Jun dengan tenangnya menghela napas menghadapi sikap agak serampangan atasannya yang selalu ditunjukan.

            “Maaf. Jadi, apa kau seorang penjelajah?”

            “Benar. Dan saya datang untuk menyampaikan sebuah pesan pada anda.”

            “Sebuah pesan?! Dari siapa dan apa itu?”

            “Nakano Seiichi.” Kata Haru masih dengan sikapnya yang tenang hingga kepala Yamada serta Jun terkejut dengan yang mereka dengar. “Beliau ingin saya menyampaikan pada anda, bahwa janji terakhirnya sudah ditepati.”

            “Janji terakhir?!” kepala Yamada segera mengingat kembali janji itu. Janji sebelum tuan Nakano pergi dari tahun itu.

            “Eh? Penjelajah masa depan?!!” Jun terlonjak dari posisinya yang berdiri di samping meja tuan Yamada. Dirinya yang juga mengingat janji itu memandang Haru dengan mulut sedikit terbuka dan mata melebar.

            “Jadi kau penjelajah masa depan itu.” Kata beliau mengangguk.

            “Dan ayah juga mengatakan kalau dirinya tidak bisa kembali ke masanya karena beberapa hal.”

            “Dasar, Sei! Dia selalu seperti itu. Tapi aku tahu kalau dia bisa menjaga diri. Dan tentang Aika... aku akan terus menjaga gadis manisku untukmu, Sei!” Katanya bergumam sendiri dengan Jun yang mengangguk-angguk takzim. “Terimakasih untuk pesannya. Tapi, kenapa sebelumnya kau memanggil Sei dengan sebutan ‘ayah’? siapa kau sebenarnya?”

            “Apa Nakano-senpai menikah lagi di tahun itu?” tanya Jun heran dan mendapat tatapan tajam kepala Yamada. “maaf.” Ucapnya menyesal.

            “Maaf karena belum sempat memperkenalkan diri. Saya Nakano Haru. Seorang penjelajah dari awal abad 21. Anak angkat dari Nakano Seiichi. Maaf karena baru menemui anda sekarang. Saya hanya tidak ingin anda mengembalikan diri saya ke masa lalu secepatnya.”

            “Aku tau, cepat atau lambat kau akan datang menemuiku. Tapi sebenarnya apa yang kau lakukan dengan pulang pergi sebagai penjelajah masa depan? Kau mencari sesuatu? Karena sekarang kau datang padaku, apa ini penjelajahan terakhirmu?”

            “Masih ada satu hal yang harus saya lakukan.” Kata Haru tanpa ingin menjawab semua pertanyaan untuknya.

            “Kalau begitu cepatlah kau selesaikan urusanmu. Karena orang dari masa yang berbeda dan datang sebagai penjelajah ke tahun yang sama sesering dirimu, akan sulit untuk meninggalkan tahun yang mereka kunjungi.”

            “Saya sangat mengerti. Permisi.” Haru mohon diri dan keluar dari ruangan.

            “Pak kepala, apa anak itu memakai jam saku milik Nakano-san hingga bisa datang ke tahun ini?” tanya Jun.

            “Sudah pasti begitu.” Katanya menyentuh meja transparan yang sekarang telah terbuka dan memunculkan sebuah ruang kecil tempat sebuah jam saku berwarna putih miliknya tersimpan. “dan juga sudah pasti anak itu yang membuat Yuuki uring-uringan beberapa hari terakhir ini.” Katanya yang kemudian terbahak mengingat wajah anak lelakinya.

###

            Haru yang baru saja turun dari lantai tiga melihat Yasu yang berjalan tidak jauh melewatinya. Yasu yang terlihat buru-buru membuat Haru makin penasaran karena ingin menyapanya.

            Diam-diam Yasu masuk ke sebuah ruang dengan tanda tanpa kamera pengawas. Ia mengeluarkan jam saku khusus milik pengawas dan memutar jarumnya. Belum selesai ia memutarnya, tiba-tiba Haru masuk dan menyapanya.

            “Apa kau mau pergi menjelajah, Aoki-san?” tanya Haru menutup pintu dibelakangnya.

            Dengan sedikit terkejut Yasu mengurungkan niatnya untuk meneruskan memutar jarum jam. “Iya, aku ingin melihat dan memastikan sesuatu.”

            “Apa tidak apa-apa? Bukankah dilarang menggunakan jam saku untuk kepentingan pribadi? Itu artinya Aoki-san akan melanggar aturan. Kalau cuma ingin melihat atau memastikan sesuatu sepertinya aku bisa membantu.”

            “Sepertinya Haru-kun tau banyak tentang Exters dan time travelers, ya?!”

            “Tentu, ayah banyak menceritakannya padaku. Dan asal Aoki-san tau, aku sudah berpengalaman menjelajah masa depan. Walaupun tidak lebih jauh dari tahun ini.” Katanya santai pada Yasu yang sudah tahu beberapa waktu belakangan kalau dirinya seorang penjelajah masa depan.

            Setelah Yasu menerima tawaran Haru, mereka pergi ke tahun yang Yasu katakan dengan jam saku Haru.

Tahun 2135, musim dingin.

            “Jadi ini tahun yang ingin Aoki-san kunjungi, ya...”

            “Sepertinya jam saku milikmu berbeda dengan milik para pengawas atau kami yang ada di Exters.” Tanya Yasu penasaran melihat jam saku hitam yang baru saja Haru masukkan ke dalam saku.

            “Ayah memberikan jam saku miliknya padaku. Jam saku ini memang berbeda dari milik kalian. Karena ada sesuatu yang istimewa darinya, juga bisa membawa dirimu menjelajah tanpa mudah diawasi Exters. Dan ini satu dari dua.”

            “Satu dari dua?”

            “Profesor memberikan kedua jam saku yang dibuat khusus untuk kedua putranya.”

            “Aku tau maksudmu. Tapi aneh sekali mendengarnya.”

            Mendengar tanggapan Yasu, Haru hanya tertawa dan kembali berjalan. Jalanan terlihat sepi di udara yang dingin itu. taman yang luas dan penuh pepohonan berada disekeliling mereka. Dan sebuah bangunan besar di tengah taman itu terlihat.

            “Aoki-san, kenapa kita ada di depan gedung rumah sakit pada tengah malam?”

            “Nanti kau tau. Haru-kun, maaf aku menanyakan ini. Aika.... apa kau menyukai_”

            “Dia adikku, tentu aku manyukainya.” Kata Haru memotong tanpa menaikkan nada suara.

            “Maksudku suka sebagai_”

            “Kenapa kalian mengatakan hal yang sama? Seharusnya aku yang lebih mengerti diriku, kan?!” ada sedikit penekanan dalam kalimat yang dikatakannya. Tapi segera saja Haru kembali bersikap santai dan tersenyum kecil.

            “Kalian?!” dia tidak menyangkalnya.

            Brug!!!

            Terdengar sebuah suara seperti benda terjatuh dari arah depan. Berjarak beberapa meter tidak jauh dari posisi mereka berdiri, terlihat dua tubuh kecil terkapar di atas rumput. Salah satu dari mereka terlihat sedang memeluk dan melindungi anak lain yang lebih kecil. Tetapi keduanya tampak tidak sadarkan diri. Tubuh mereka terlihat kotor seperti baru saja mengalami kejadian mengerikan. Dan berjarak dua setengah meter dari atas kepala mereka sebuah portal penjelajah terlihat terbuka.

            Yasu yang segera tahu siapa anak perempuan yang terkapar dengan wajah yang tak terlihat karena sedikit menelungkup, hampir saja melangkah mendekat. Tetapi ia mengurungkan niatnya karena yang dilakukannya kemungkinan akan mengubah takdir. Seperti dugaanku, ane-san memang Aika!

            “Aika?! Aika...” Haru yang melihatnya segera berlari dan dihentikan Yasu.

            “Jangan! Kita tidak diperbolehkan melakukannya!” Kata Yasu mencegah.

            “Apa kau tidak melihatnya?! Mereka terluka!”

            Haru melepaskan dirinya dari tangan Yasu yang memegangi dan segera berlari. Saat Haru tinggal beberapa langkah dari tubuh keduanya, portal yang masih belum menutup itu membawa beberapa balok kayu yang sedang terbakar dan menjadi bara disebagiannya.

            Dengan keras Haru menendang balok yang hampir menimpa Aika dan si anak lelaki itu jauh. Setengah tersadar anak perempuan itu mengatakan sesuatu dengan lirih.

            “Ayah” katanya melihat pada Haru dengan lemah lalu segera tak sadarkan diri seperti anak lelaki yang dilingkari tangan gadis itu.

            Sebelum portal itu benar-benar menutup, sebuah balok yang lain keluar dengan bara yang lebih besar. Haru yang tidak sempat membawa keduanya menyingkir segera merundukan badan dan melingkarkan tangan-memeluk, untuk melindungi tubuh kedua anak itu dari balok kedua, tetapi dengan cepat Yasu sudah ada didekat mereka dan membawa ketiganya berpindah tempat tepat di depan pintu masuk rumah sakit itu dengan jam saku miliknya.

            “Haru-kun, kau tidak apa-apa?” tanya Yasu melihat punggung tangan Haru yang terkena serpihan bara dan sedikit melepuh.

            “Aku tidak apa-apa. Yang penting sekarang mereka harus segera diobati.” Katanya menatap kedua anak itu. lalu menatap si anak lelaki, baru kemudian pada Yasu yang memiliki wajah sama. “seperti dugaanku.” Kata Haru memandang Yasu yang kemudian tersenyum bersahabat.

            Setelah mereka menyerahkan kedua anak itu pada perawat serta dokter di sana, Yasu dan Haru segera keluar dari rumah sakit. Karena mereka tahu, orang-orang dari Exters pasti akan segera datang untuk melihat apa yang terjadi dan membawa anak-anak itu.

            “Terimakasih sudah melakukan hal gila seperti tadi.” Kata Yasu dalam perjalanan mereka keluar dari lingkungan rumah sakit itu.

            “Tidak masalah. Lagi pula memang sudah seharusnya seperti itu.” kata Haru tersenyum ramah.

            “Apa maksudmu? kau bisa saja mengubah takdir mereka.”

            “Maksudnya takdir kalian?! Apa aku terlihat seperti mengubah takdir? Takdir yang sudah terjadi seperti barusan tidak pernah bisa diubah. Kehidupan dan kematian. Aku sudah pernah mencobanya berulang kali. Akan selalu terjadi seperti yang seharusnya. Walaupun cara kerjanya berbeda. Kecuali,” katanya sedikit berhenti.

            “Kecuali?!” Yasu mengulang, meminta jawaban.

            “Ada beberapa hal. Sesuatu yang kau lakukan di masa lalu yang dianggap remeh padahal itu sangat penting untuk masa depan yang seharusnya kau ingat, mungkin bisa kau ingat di masa depan dengan sedikit dorongan.”

            “Apa kau berhasil?”

            “Temanku hanya mendapat sedikit hukuman dari yang seharusnya didapatkan.”

            “Kau sepertinya sudah banyak melihat masa depan yang ada di depanmu.”

            “Lebih dari yang Aoki-san bayangkan.”

            “Pasti terasa tidak nyaman karena sudah tau apa yang akan terjadi terlebih dulu, kan?!”

            “Datang ke masa depan dan melihat banyak hal yang tejadi tidak terlalu buruk.” Kata Haru tenang dengan senyum mengembang yang sulit untuk diartikan bagi Yasu.

            Apa yang anak ini rasakan saat melihat masa depan?

            “Oh! Aoki-san, kau baru saja melanggar aturan barusan.” Kata Haru baru sadar.

            “Ha!!! Sepertinya aku akan diintrogasi dalam waktu dekat!” Yasu pasrah.

###

            Masih memakai seragam sekolah musim panasnya yang belum diganti, Haru sudah ada di dalam ruang tamu apartemen Aika. dengan hati-hati dan tanpa ingin membuat suara ia meletakkan tas olahraganya dilantai samping sofa. Lalu berjalan memeriksa kamar Aika yang hanya disekat rak buku yang lebih mirip dinding, dengan ruang tamu. Sesuai prediksinya, waktu saat Haru datang masih terlalu pagi dan Aika masih tertidur pulas.

            Melihat ke arah meja kerja yang menghadap ruang tamu, terlihat buku-buku berserakan.

            “Mengerjakan tugas sekolah sampa larut malam lagi?! Dasar sulit diatur! Seperti ayah.” bisik Haru dengan senyum simpul.

            Mendadak Haru menunduk lesu saat berdiri di samping Aika yang masih dalam posisi tidur yang sama. Di atas lantai itu tanpa bisa ditahan air matanya terjatuh. Dengan mata yang buram ia tidak ingin melihat wajah gadis itu dan terus menatap telapak tangan kecil tak begerak yang menjuntai ke bawah dari balik selimut.

            “Aku masih ingin bersamamu.” Katanya lirih, tidak ingin membangunkan orang yang seharusnya diajaknya bicara.

            Setelah bisa menguasai dirinya dan menahan emosi, Haru mendekatkan wajahnya perlahan lalu membisikkan sesuatu ditelinga Aika.

            “Suki da*.”

            Orang itu mengatakan, “jangan membuatnya terlalu bahagia” aku pikir mungkin yang dimaksudnya itu kau. Tapi apa aku membuatmu bahagia? Apa alasannya? Karena aku akan mempertemukanmu dengan ayah? Aku selalu merasa kau tidak menyukaiku, tapi aku tahu kau tidak membenciku. Kalau aku bisa membuatmu bahagia, sebelum apa yang orang itu katakan terjadi, aku akan menghentikannya. Aku tidak ingin membuatmu merasa bersalah seperti apa yang lelaki itu katakan. Kurasa aku sudah cukup melakukan perjalanan. Saatnya untuk pulang.

###

Tahun 2007, musim panas.

            Di sebuah lorong dengan dinding berwarna putih Aika mengikuti Haru yang berjalan dengan tenang menuju salah satu pintu ruangan yang berjajar. Walaupun dengan perasaan terkejut serta khawatir karena Haru membawanya ke dalam gedung yang merupakan sebuah rumah sakit, tetapi rasa senang juga sangat terasa dalam hatinya.

            Sesaat ketika berjalan melewati resepsionis, Aika sempat melihat kalender yang ada di sana. Dia bertanya-tanya, apakah Haru datang dari tahun itu. Lalu wajahnya terlihat agak sedih. “Dia memang berasal dari tahun jauh sebelum aku ada.” Pikirnya.

            “Ayah.” Panggil Haru setelah membuka pintu di depannya.

            Suara Haru menyadarkan apa yang sedang dipikirkan Aika selama berjalan. Tetapi dirinya masih belum bisa melihat orang yang dipanggil anak lelaki itu sebagai ayah karena dirinya tepat berada dibalik tubuh Haru.

            Seorang pria paruhbaya berkacamata dengan pakaian pasien rumah sakit itu, sedang menikmati korannya di atas ranjang kamar rawatnya. Sambil tersenyum pria itu menoleh dan menaruh korannya dikursi.

            “Oh, Haru. Kau datang lebih cepat?” setelah mengamati Haru sedikit, pria itu tersenyum. “Apa selama ini kau baik-baik saja?”

            “Tidak lebih baik dari sekarang. Ayah, aku membawanya.” Kata Haru menarik Aika yang masih terdiam beberapa saat dibelakangnya.

            Itu suara ayah! Batin Aika.

            “Aika?! putriku.... Aika!” dengan sangat terkejutnya, pria itu memeluk Aika dengan erat. Sangat terlihat kalau dirinya benar-benar merindukan anak perempuannya. Terlihat cairan bening diujung mata pria kurus itu.

            “Ayah... aku rindu ayah.” Gadis itu sudah tidak bisa menahan tangisnya.

            Haru yang tak ingin mengganggu keluar dari kamar rawat tuan Nakano. Dirinya berjalan ke lobi rumah sakit itu dan duduk di salah satu kursi tunggu. Lalu berpikir tentang keputusannya membawa Aika ke tahun ini. Karena ini yang memang Haru inginkan, mengembalikan ayahnya ke tahun seharusnya beliau berada atau membawa anak perempuannya yang dirindukan. Dan karena keputusan pertamanya ditolak ayahnya, maka ia memutuskan pilihan kedua. Walaupun sebenarnya tuan Nakano tidak mengijinkannya juga.

            Aku cuma ingin mengucapkan rasa terimakasihku pada ayah dengan membuatnya merasa bahagia. Bisiknya memandang lantai putih rumah sakit. Setelah beberapa saat akhirnya Haru melihat sekeliling, matanya menangkap sosok yang tak asing dan sangat akrab dengannya. Tapi juga sosok yang tidak boleh ia temui secara langsung saat ini. Orang itu berjalan dengan santai memasuki lobi, serta dengan ramah sesekali disapa atau malah menyapa orang-orang yang terlihat sudah mengenal dirinya.

            “Gawat!” ucap Haru.

            Dan saat orang itu berhenti setelah seorang dokter memanggilnya, Haru segera melangkah dengan cepat ke kamar pasien yang sebelumnya ia tinggalkan.

            Haru membuka pintu kamar itu dengan tenang, tetapi wajahnya yang serius membuat dua orang yang ada dalam ruangan menjadi bertanya-tanya dan khawatir.

            “Aika, sudah waktunya kita pergi.”

            “Apa maksudmu? kenapa?”

            “Haru, ada apa?” tanya tuan Nakano cemas.

            “Dia sudah datang.” Katanya singkat.

            “Siapa?” tanya Aika semakin tak mengerti.

            “Oh, kau benar. Sudah waktunya dirimu datang. Aku selalu heran bagaimana kau bisa selalu sangat tepat waktu.” Kata tuan Nakano setelah memeriksa arloji miliknya yang berada di atas meja.

            “Tidak setelah aku melakukan perjalanan. Ayo, Aika, kita kehabisan waktu.”

            “Apa maksudnya ‘dirimu’? jangan-jangan kau...” Aika menaruh curiga.

            “Cepat.” Haru segera menarik tangan Aika untuk berdiri dari pinggir ranjang.

            Aika melepaskan tangannya dan berlari keluar karena rasa ingin tahunya. Saat dirinya sudah berada diambang pintu, diujung lorong terlihat seseorang yang sangat ia kenal sedang berjongkok mengambil sesuatu yang dijatuhkannya dilantai, kemudian berjalan ke arah gadis itu berada. Aika terbelalak melihatnya.

            Dengan cepat Haru menarik kembali Aika, dan mengaktifkan jam saku hitam miliknya. Untuk kembali ke tahun di mana Aika seharusnya berada.

            “Ayah menyayangimu, Aika.” kata tuan Nakano melambaikan tangannya pada anak perempuannya yang tampak tidak rela untuk segera pergi.

            Diatas ranjangnya, tuan Nakano tersenyum simpul memandang mereka pergi. Kelegaan dan kebahagiaan terpancar dari wajah yang sebelumnya terlihat pucat.

            Saat pintu terbuka seorang anak lelaki masuk dan tersenyum pada tuan Nakano.

            “Ayah, kau terlihat berbeda. Apa ada hal menyenangkan?”

            “Kenapa baru datang malah menanyakan itu? Haru, kau tidak latihan?”

            “Hari ini tidak. Ah! Ayah, apa tadi ada orang lain yang datang berkunjung? Sepertinya aku melihat seseorang menutup pintu.”

            “Oh, itu aku.”

            “Tapi, sepertinya...” Haru tampak ragu.

            “Ayah lapar. Apa kau sudah makan?” sela tuan Nakano untuk mengalihkan pembicaraan.

###

Tahun 2141, apartemen Aika.

            “Kau tidak mengatakannya padaku!” teriak Aika pada Haru.

            “Apa harus kukatakan semuanya?” tanya Haru balik, “tidak semua yang bisa dikatakan harus dikatakan.”

            “Kau tidak memberitahu kalau ayah sakit, dan kau juga tidak memberitahuku kalau kau bukan dari tahun itu!”

            “Kau...sudah tahu, ya... Ah, tentu saja kau pasti sudah melihat diriku yang lain tadi.”

            “Dari tahun berapa kau datang? Kenapa kau tidak membawaku pada ayah yang ada di tahunmu berada?”

            “Maaf, Aika. aku tidak bisa membawamu ke tahun asalku. Kau sudah tahu, kan? Ayah...”

            “Ayahku meninggal.” Kata Aika dengan wajah menunduk. “terimakasih sudah membawaku menemui ayah.”

            “Aika...”

            “Sekarang kau sudah bisa kembali ke masa mu. Tugasmu untuk membawaku sudah selesai, kan?! Jangan datang lagi, aku tidak ingin melihatmu. Karena kalau aku masih melihatmu, aku tidak akan bisa melupakan masa lalu dan ayah yang ada di sana.” Kata gadis itu terus memunggungi Haru. Tangan gadis itu terlihat gemetar, tapi Haru tak bisa melakukan apapun untuk menenangkannya.

            “Kau benar, aku memang ‘masa lalu’, dan ada beberapa hal di masa lalu yang memang tidak seharusnya diingat. Jangan lupakan ayah yang selalu tersenyum padamu barusan. Jaga dirimu, Aika.” Katanya lalu menghilang seperti kabut.

###

Tahun 2012.

            Sore yang dingin di bulan januari. Korin berjalan pulang setelah selesai bekerja part time di sebuah cafe. Dalam perjalanannya dia mengeluarkan jam saku dari dalam saku mantelnya. Dan tiba-tiba suara yang sudah dikenalnya dan lama tak didengar memanggilnya.

            “Mizuki.”

            Suara yang dulu bisa membuat jantungnya berdetak dengan meriah dan malu setengah mati kini malah membuatnya merinding dan hampir menangis.

            Korin berbalik dan seorang lelaki berdiri dengan senyuman yang selalu ingin dia lihat walaupun sekali. Lelaki yang takdirnya ingin sekali ia ubah berdiri dengan tenangnya di depan sana. Terlihat sama seperti beberapa tahun lalu saat ia terakhir melihatnya.

            “Okamoto-senpai?! Kau masih hidup...” katanya yang kemudian tersadar kalau jam saku yang ada ditangan Haru pasti yang membawa lelaki itu dari masa lalu sebelum hal buruk terjadi.

            “Saat ini, iya. Aku masih hidup.” Kata Haru masih dengan ketenangannya.

            “Senpai, aku... aku akan mengubah takdir senpai!”

            “Aku tidak memberikan jam saku itu padamu supaya kau melakukan hal yang tak perlu dan percuma. Aku ingin kau menggunakannya untuk melihat masa lalu suatu saat nanti. Kau harus melihat bagaimana suamimu begitu menyayangimu. Dan kau tidak harus terjebak dalam masa lalu.”

            “Senpai, kau datang ke masa depanku?”

            “Aku cuma mengintipnya sedikit. Kalian terlihat menyenangkan di sana.”

            “Aku juga ingin melihat senpai ada di masa depan!”

            “Kenapa kau mau melakukannya sampai sejauh itu?”

            “Aku menyukaimu! Aku menyukai senpai!”

            “.... terimakasih. Aku beruntung ada yang menyukaiku. Tapi manusia tidak bisa memaksakan keinginan. Aku tau tidak semua takdir baik, tapi percuma mengubah sesuatu yang sudah terjadi. Kenapa tidak berusaha saja melakukan yang terbaik sebelum hal buruk terjadi?! Kau gadis baik Mizu. Aku menyukaimu karena hal itu. Kau sama seperti Takeru, kalian berbeda dari anak-anak lain yang ada di sekolah.”

            “Jadi seperti itu perasaanmu padaku. Terimakasih sudah memberitahuku, senpai. Aku merasa lega dan lebih baik setelah mendengarnya.”

            “Kau harus ingat ini, yang sudah terjadi seperti kematian dan kehidupan seseorang tidak pernah bisa diubah. Apa kau mengerti? Waktuku sudah habis. Selamat tinggal, Mizu.” Katanya menepuk lembut kepala Korin lalu melambaikan tangan dengan ceria.

            Lelaki itu berjalan menjauh kemudian menghilang dari hadapannya. Yang dapat dilihatnya saat ini hanya matahari senja yang jingga dan segera ikut menghilang sebelum siang berakhir dan kembali lagi seperti seharusnya. Korin duduk terjatuh dan menangis di tempat itu. Beberapa orang yang berjalan melewatinya melihatnya dengan bertanya-tanya tentang apa yang gadis itu lakukan. Dalam hatinya yang masih terasa sakit, ia masih terus memikirkan keputusannya.

            “Maaf karena aku tidak mendengarkan nasehatmu, senpai. Aku akan tetap mencoba mengubahnya walaupun kemungkinan untuk berhasil kecil. Aku harap senpai akan ada di masa depan yang sama seperti ku ataupun Nakashima Takeru-senpai berada. Seperti kata Senpai ‘kenapa tak dicoba terlebih dulu?’ yang selalu kau katakan padaku.”

###

Preview

            Dengan santai tuan Yamada mengeluarkan sebuah kunci cadangan miliknya dari saku celana cutbray yang dikenakannya dan masuk ke dalam sebuah apartemen dengan wajah riang. Setelah pintu kaca membuka dihadapannya, disibakkannya wig pelangi panjang yang menghiasi kepalanya-yang sebenarnya sudah mulai botak dibagian depannya. Dengan pakaian bling-bling yang menyilaukan mata orang yang melihatnya, ia tersenyum dengan percaya diri.

            “AIKA, OHAYOOOUUU!!!!!” katanya dengan suara yang menggema ke seluruh penjuru ruangan apartemen.

            Pria itu disambut dengan pandangan bertanya dan terkejut oleh seorang anak lelaki yang baru pertama dilihatnya. Dan pandangan dingin dari gadis yang baru saja dipanggilnya.

            Siapa anak lelaki itu? teman Aika?! pacar?!! Ayah macam apa yang tak tau perkembangan anak gadisnya?! Aku ayah yang gagal!!!

            “Dare?” tanya tuan Yamada dengan amat penasaran.

            Ditempatnya berdiri, Haru sedikit membungkuk dan berbisik pada Aika, “Luar biasa, fantastis! Apa disekitar sini akan ada karnaval? Aika, ayo, kita pergi melihatnya!” katanya tanpa mengalihkan pandangan dari tuan Yamada.

            Dan gadis itu menjawabnya dengan menyikut perut Haru cukup keras.

 

-----------cat.kaki:

*Mirai: masa depan

*Kako: masa lalu

*Yatta: hore

*Dare: siapa

*Suki da: aku menyukaimu

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Letter hopes
888      496     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
in Silence
408      283     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Rinai Hati
488      258     1     
Romance
Patah hati bukanlah sebuah penyakit terburuk, akan tetapi patah hati adalah sebuah pil ajaib yang berfungsi untuk mendewasakan diri untuk menjadi lebih baik lagi, membuktikan kepada dunia bahwa kamu akan menjadi pribadi yang lebih hebat, tentunya jika kamu berhasil menelan pil pahit ini dengan perasaan ikhlas dan hati yang lapang. Melepaskan semua kesedihan dan beban.
I have a dream
270      221     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
School, Love, and Friends
16505      2601     6     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Hati Yang Terpatahkan
1843      836     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Meja Makan dan Piring Kaca
48380      6940     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Kisah yang Kita Tahu
5107      1446     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...