Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kaichuudokei
MENU
About Us  

Tahun 2007, musim panas.

            Seorang pria terlihat sedang berjalan-jalan seorang diri disebuah halaman rumah sakit yang luas dan tampak sejuk karena pepohonan yang berada di sekitar memayunginya. Dengan wajah sedih yang jarang diperlihatkan itu, Haru berjalan menghampiri pria tersebut.

            “Ayah.” Panggilnya.

            “Haru?! Wajahmu terlihat berantakan, ada apa?” tanya ayah Haru cemas.

            “Ayah, sepertinya aku sudah membuat sebuah kesalahan.”

            “Kesalahan? Apa terjadi sesuatu ketika kau mengantar Aika kembali? Apa Aika baik-baik saja?” tanya beliau tampak lebih cemas.

            “Aika baik-baik saja. Aku mengantarnya dengan aman.”

            “Jadi?!” tanya tuan Nakano sembari duduk dibangku taman.

            Haru tampak berpikir dan sedikit ragu sebelum berbicara.

            “Aku, sepertinya menyukai seorang gadis.” Katanya tampak malu dan wajah memerah.

            “Hahaha...” tuan Nakano terbahak mendengar pengakuan polos Haru yang baru pertama kali beliau dengar darinya. “ayah pikir ada apa. Menyukai seseorang bukanlah kesalahan, Haru. Kau harusnya mensyukurinya.”

            “Tapi ayah, apa aku masih harus mensyukurinya kalau gadis yang kusukai adalah adikku sendiri?! itu tidak wajar dan tidak normal!” Katanya frustasi, yang kemudian duduk lesu di samping tuan Nakano.

            “Dasar anak bodoh!” tuan Nakano menepuk kepala Haru dan mengacak-acak rambut panjangnya yang diikat setengah bagian itu. “aku beruntung bisa bertemu dengan anak baik sepertimu, Haru. Dengan adanya kau, aku bisa merasa tenang meninggalkan Aika yang selalu tampak kesepian. Saat aku pergi, baik kau maupun Aika sudah tak memiliki seseorang yang penting bukan?! Aku ingin kalian saling menjadi orang terpenting dalam hidup kalian masing-masing.”

            “Eh? Apa maksud ayah?”

            “Kau itu anak yang pintar, pasti tahu maksudku. Tolong jaga anak itu untukku, aku mengandalkanmu, Haru.”

            “Tapi, takdir buruk ku...”

            “Takdir buruk?! Memangnya apa yang lebih buruk dari menghindari takdir buruk itu sendiri?! jangan menjadi pengecut hanya karena takdir yang belum terjadi, Haru. Dengar, jangan menjadi kecil, jadilah besar!”

            “Terimakasih, ayah. Aku akan berusaha yang terbaik untuk masa depanku. Dan juga mendapatkan ‘okaeri’ darinya.” Kata Haru dengan wajah yang tampak lebih cerah.

            “Itu baru anak ku! Eh?! Apa barusan? ‘okaeri’?!” tanya tuan Nakano penasaran.

            “Bukan apa-apa. Sampai jumpa, ayah.” Kata Haru yang sudah akan mengaktifkan jam saku.

            “Tidak Haru, ‘selamat tinggal’ itu yang benar. Jangan kembali ke masa lalu hanya untuk bertanya pada orang yang berada di masa lalu berulang kali. Itu akan menjadi kebiasaan buruk, dan membuat iri.” Tuan Nakano mengajaknya sedikit bercanda yang membuat Haru tersenyum dengan bahagia. Bahagia karena sempat memiliki ayah yang kadang aneh sekaligus menyenangkan sepertinya.

            “Terimakasih untuk semuanya, Nakano-san.” Tanpa bisa ditahan Haru menangis memeluk pria yang beberapa tahun itu menjadi ayahnya.

            “Selamat tinggal. Pergi dan hadapi takdirmu dengan berani, Sei!” kata tuan Nakano memberi semangat.

            Dan dalam hitungan detik seseorang kembali memanggil nama tuan Nakano setelah kepergian Haru.

            “Seiichi.” Kata pria paruhbaya dan seorang pria lain di sampingnya. Tuan Nakano tersenyum menyambut kedua tamunya.

###

Tahun 2141, pukul 19.12 akhir agustus.

            “Tadaima.”

            Haru yang sebelumnya ragu untuk masuk ke dalam apartemen Aika akhirnya memberanikan diri untuk berbaikan dengan gadis itu. Tetapi sosok yang dicarinya tidak ada di manapun dalam apartement.

            Melihat ruangan yang terlihat berantakan dan kamar yang kacau membuat Haru merasa harus merapikan tempat itu. Mungkin karena terburu-buru, gadis itu tidak sempat merapikan apartement miliknya sebelum dirinya pergi.

            Setelah selesai merapikan ruangan, Haru menyiapkan makan malam seperti biasa ia lakukan. Setelah lelah menunggu akhirnya ia tertidur di atas sofa tempat biasa dirinya tertidur saat datang. Pukul 22.34, Haru merasa lelah karena terlalu lama tertidur. Dan tersadar kalau dirinya hampir kehabisan waktu. Ia bergegas mengambil tas miliknya dan menaruh sebuah pesan di atas meja. Lalu dirinya keluar dari apartement itu dengan sedikit tergesa-gesa dan perasaan sedikit kecewa karena tidak bisa bertemu untuk berbicara langsung tanpa melalui pesan dengan gadis itu.

            Beberapa menit kemudian Haru sudah ada dalam ruang kepala Yamada. Jun yang sebelumnya sudah merapikan tempat kerjanya ikut masuk ke dalam ruangan itu dan seperti biasa, sebagai tangan kanan yang selalu ikut mendengarkan pebicaraan atasannya dengan tamu beliau. Yang memang sudah menjadi keharusannya.

            “Sepertinya baru em,”

            “Dua hari yang lalu.” Kata Jun kembali mengingatkan atasannya.

            “Ya, dua hari yang lalu kau datang menemuiku, Haru-kun. Apa urusanmu sudah selesai, karena itu kau datang padaku?”

            “Saya sudah selesai. Dan lagi pula, di tahun saya berasal sudah hampir memasuki musim dingin.”

            “Apa hubungannya musim dingin dengan berhenti menjelajah?”

            “Oh, itu... saya ingin fokus berlatih untuk pertandingan winter cup yang akan datang.” Kata Haru sedikit sungkan.

            “Wah, benarkah? Cabang apa? Dan tahun berapa? Aku akan ikut menonton dan mendukung tim mu. Benar, Jun?!” kata kepala Yamada bersemangat.

            “Ya, tentu! Pasti menarik.” Kata pria itu setuju.

            “Terimakasih. Tahun 2009, itu pertandingan basket terakhir saya.”

            “Terakhir?!” tanya kepala Yamada dan Jun hampir bersamaan. Mereka berpikir, mungkin bisa saja anak lelaki dihadapan mereka adalah anak yang di masa depannya menjadi orang terkenal dalam dunia olahraga. Ini sebuah kesempatan untuk berbicara langsung dengannya. Sebagai penikmat olahraga pasif tentunya. [1.Apa sudah ketemu yang kakak cari? Aku ingin cepat melihat festivalnya! Aku kan sudah bilang festival, kenapa malah mulai dari gedung Exters?| 2.Dasar berisik! Kenapa kau tidak pergi bermain sendiri di luar?| 1.Jangan lupa kalau kamera serangga itu aku yang membuatnya!]

            “Saya berada di tahun ketiga dan hampir lulus.”

            “Oh, jadi itu alasannya.” Jun mengangguk setuju dengan keputusan Haru.

            Di sisi lain tuan Yamada masih memandangi Haru dengan pikiran yang entah berada di mana. Bahkan Jun yang memanggil beberapa kali tidak didengarkannya. Hingga akhirnya Haru yang penasaran mendekati kepala Yamada dan menyadarkannya.

            “Apa anda menemukan sesuatu yang menarik dari saya?” tanya Haru dengan tenangnya.

            “Aku tau siapa kau.” Kata kepala Yamada tampak serius.

            Jun yang terkejut segera meminta petunjuk dari atasannya. Sedang Haru tersenyum simpul.

            “Jun, apa kau masih ingat dengan anak itu?” tanya beliau pada Jun yang berusaha mencari ingatan yang dimaksud. “anak lelaki yang menghilang dan tak ditemukan sedikitpun bagian tubuhnya sebagai salah satu korban karena sebuah insiden kecelakaan parah. Kalau tidak salah sekitar belasan tahun yang lalu.”

            “Anak yang menghilang dalam sebuah kecelakaan pesawat! Aku ingat itu, kalau benar kau anak itu, maka kau sangat beruntung telah menjadi satu-satunya penumpang yang selamat.”

            “Jadi, kau anak mereka?! Anak dari kepala divisi informasi sebelumnya, Minemura-san. Apa yang terjadi saat itu?” Tanya tuan Yamada memastikan.

            Aku Minemura?! “Mungkin anda berdua benar. Tapi, saya tidak mengingat banyak tentang kejadian sebelum kecelakaan.”

            “Aku memang tidak salah, aku benar-benar ingat denganmu karena sikap mu yang selalu tenang itu. wajah yang tidak asing. Anak yang sesuai dengan namanya, Sei.”

            “Itu memang... namaku. Sei.” Katanya dengan wajah yang tampak tenang, namun tangannya terasa berkeringat dan jantungnya hampir meledak. Ayah benar, aku juga berasal dari masa depan... yang tidak jauh dari masa keberadaan kalian.

            Dengan mengacak-acak rambutnya tuan Yamada mulai meracau tak jelas menggunakan bahasa asing yang kemudian disambung, “dasar Seiichi! Memanggil nama seenaknya!”

            “Nakano-san tidak berubah di manapun dirinya berada!” kata Jun menggebu.

            “Saya menyukai nama yang diberikan beliau. Walaupun arti ‘Sei’ milik ayah berbeda dengan ‘Sei’ milikku.”

            “Jadi, Haru_ ah, aku akan tetap memanggilmu ‘Sei’,”

            “Silakan.”

            “Jadi bagaimana keputusanmu? Apa kau akan menjadi bagian dari orang-orang yang ada di masa lalu? Atau masa depan tempatmu seharusnya berada?”

            Haru kembali tersenyum simpul.

Pukul 23.32, lobi gedung Exters.

            Haru yang barusaja berjalan di lobi melihat Yasu dan Aika yang sedang memasuki lobi gedung dan terlihat lelah setelah pergi keluar. Haru berpikir, penjelajah seperti apa yang mereka berdua tangani hingga terlihat sebegitu letihnya.

            “Yo! Kalian tampak sangat kelelahan. Apa seorang penjelajah mengacau dan membuat kalian repot?” tanya Haru yang menghampiri keduanya.

            “Haru-kun, kau ada di sini rupanya. Belum sampai separah itu, kami hanya beberapa kali kehilangan jejaknya dan lelah mengikutinya.” Kata Yasu yang kemudian duduk disalah satu kursi lobi.

            Haru yang kemudian menatap Aika karena sikap diam gadis itu sejak melihat dirinya menjadi sedikit canggung untuk berbicara padanya.

            “Apa sesuatu terjadi pada kalian? Kalian tampak aneh.” Tanya Yasu sedikit penasaran.

            “Hanya sedikit salah paham.” Jawab Haru, “Aika, aku minta maaf.”

            “Untuk apa? Aku tidak ingat kau melakukan atau mengatakan sesuatu yang buruk padaku.” Kata gadis itu enteng dengan nada dingin seperti biasa. “Tapi di atas meja ruang tamu aku menemukan ini,” katanya menunjukkan sebuah bungkus bekas permen pada Haru, “kau tau ini? Permen penghapus ingatan. Kau beruntung karena aku memakannya.” Katanya berjalan menuju lift dan menekan tombol menuju ruangan bagian divisi pengawas yang ada dilantai paling atas gedung itu.

            “Oi, jangan meninggalkanku. Laporan harus dibuat bersama!” kata Yasu yang kemudian menyusul gadis itu memasuki lift.

            “Tunggu,” Haru menahan lift yang hampir tertutup, “aku ingin mengatakan sesuatu.”

            “Kalau begitu cepat katakan! Aku ingin cepat pulang, tau!” katanya ketus.

            “Aku akan kembali ke masa ku sekarang.”

            “Oh, sampai jumpa, Haru-kun!” Yasu yang berdiri dibelakang Aika penasaran dengan pemberitahuan Haru yang tak biasanya.

            “Cepat pergi dan jangan kembali! Aku tidak akan repot-repot membawamu berkeliling lagi. Memangnya kenapa aku harus selalu menurutimu? Aneh sekali.”

            Haru segera melapaskan tangannya dari menahan lift. Dan senyuman yang benar-benar sulit untuk diartikan bagi yang melihatnya akan terus teringat dan membuat mereka berdua penasaran dengan arti senyuman Haru.

            “Mungkin suatu saat kau akan ingat kesalahanku. Aku benar-benar minta maaf karena tidak sepenuhnya jujur padamu, Aika. Tapi hanya itu yang bisa kulakukan. Dan aku memang tidak akan kembali. Sayonara, mirai.” Kata Haru dan lift itu tertutup. [2.Apa ini? Sama sekali tidak keren!| 1.Apa, apa? Aku juga ingin lihat!]

###

Tahun 2010, januari.

            Dengan masih memastikan dan melihat sekeliling Korin berjalan diantara toko-toko yang berjajar. Orang-orang yang berlalu-lalang semakin mempercepat langkahnya untuk segera sampai pada tujuan mereka karena udara dingin yang begitu menggigit di luar sana. Berbeda dengan Korin yang dengan hati-hati berjalan dan memastikan waktu jam saku yang diputarnya tepat seperti waktu yang ingin ia datangi.

            Setelah dirinya yakin kalau sudah berada di tahun yang benar, ia segera memasukkan kembali jam saku itu dan pergi menyusuri jalan dengan pandangan menunduk. Takut kalau ada seseorang yang mengenalinya di tahun itu bertemu dengannya.

            “Mizuki Korin-san.”

            Dari arah depan tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan memanggilnya. Dan saat pandangannya diangkat, seorang gadis kecil bersama dengan seorang lelaki dengan mantel panjang yang ada di samping si gadis kecil berjalan perlahan ke arahnya dengan langkah pasti.

            “Apa aku mengenal kalian?” tanya Korin. Tetapi memorinya berputar saat melihat si anak perempuan.

            “Tidak. Tapi kami tau sedikit tentang mu.” Kata si lelaki.

            “Kau anak yang waktu itu di toilet sekolah, benar, kan?!” tanya Korin pada gadis kecil.

            “Itu benar. Aku Nakano dan dia Aoki, pertnerku. Kami dari divisi pengawas. Karena kau melakukan perjalanan waktu dengan tiket yang kemungkinan adalah salah satu tiket waktu yang hilang, atau milik salah seorang dari Exters, kami ingin kau memperlihatkan tiket waktu itu pada kami.” Kata Aika tanpa ingin membuang waktu sedikitpun.

            “Karena kau bukan pemilik sah tiket waktu itu, kau sudah masuk dalam daftar pemilik pengganti.” Lanjut Yasu.

            “Aku tidak mengerti sama sekali dengan sebagian yang kalian bicarakan. Tapi aku tidak akan memperlihatkan benda yang kalian sebut tiket waktu pada kalian.”

            “Kami tidak akan mengambilnya darimu. Kami hanya ingin tahu tujuanmu datang kemari.”

            “Aku ingin mengubahnya. Aku ingin mengubah takdir seseorang.” Kata Korin jujur.

            “Kalau itu kau tidak diijinkan melakukannya. Kau bisa saja mengubah masa depan atau nasib orang lain.” kata Aika dingin.

            “Aku tidak peduli. Aku cuma ingin bisa melihatnya masih ada di masa depan! Tolong jangan menghalangiku!.”

            “Ch! Dasar perempuan abad 21, kau menyukainya, kan?! Itulah alasan terkuat seseorang melakukan hal diluar dugaan.” Kata Aika dengan gaya khasnya. Tangannya ia lipat di depan dada.

            “Kau akan menyinggung perasaannya.” Bisik Yasu. Yang tidak dihiraukan Aika.

            “Aku memang menyukainya. Walaupun aku tahu kalau dia hanya menganggapku sebagai teman dan sudah menyukai gadis lain. Aku tetap menyukainya. Bukankah aku sangat bodoh?!”

            “Hahhh.... aku tidak ingin tahu masalahmu. Intinya aku sudah mengatakan kalau mengubah takdir melanggar aturan ruang dan waktu. Jadi_” belum selesai Aika berbicara seseorang meneleponnya hingga membuatnya geram saat melihat nama seseorang muncul.

            “Jangan terus-terusan menelepon ketika aku sedang bertugas, bodoh!”

            “Pekerjaanku sebentar lagi selesai. Aku akan menyusulmu! Aku rindu adik manisku...” kata seseorang dalam sambungan.

            Klik!

            Aika memutuskannya begitu saja dan mematikan ponselnya. Dirinya pasti akan merinding jika ponsel miliknya berbunyi lagi dalam beberapa menit untuk kesekian kalinya.

            Korin masih memandangi benda yang menggantung dari ponsel Aika. Benda yang pernah dilihatnya dan satu-satunya, karena dibuat khusus oleh satu orang dengan tangannya sendiri secara langsung.

            “Aika*.” kata Korin masih menatap gantungan ponsel berbentuk merpati yang terbuat dari kaca.

            “Eh?!” Yasu dan Aika saling berpandangan heran. Bagaimana gadis yang tidak mengenal mereka bisa tahu nama depan gadis kecil itu.

            “Namamu Aika, benar, kan?!”

            “Bagaimana kau tau?”

            “Gantungan ponsel milikmu, hanya satu orang yang membuat benda seperti itu. Dia khusus belajar pada pengrajin kaca profesional selama berminggu-minggu cuma untuk membuat satu benda itu. Dan dia selalu mengatakan kalau itu akan diberikan pada orang yang penting bagi dirinya. Aku selalu iri saat mendengarnya mengatakan dan membicarakan gadis itu, tapi aku tidak bisa protes padanya karena aku hanya pendengar setianya saat dia bercerita. Aku ingin mengenalnya lebih jauh tetapi dia terlalu jauh. Aku ingin dia mengenalku lebih, tapi dia lebih menganal orang yang penting baginya itu. Aku selalu iri padanya, dan aku tidak menyukainya. Aku tidak menyukaimu, Aika.”

            Korin mengingat sesuatu yang berkaitan dengan nama itu dalam kepalanya. Bakhan ia masih dapat mengingat setiap kata dan ekspresi orang yang ia kenang saat itu. Tentang nada siulan yang sering di dengarnya. Ketika dirinya bertanya apa judul lagu itu, orang yang duduk santai dibibir jendela ruang kelas itu hanya menjawab, “tidak ada. Tapi aku menyebutnya ai no uta*.”

            “.....”

            “Kenapa aku harus bertemu denganmu ketika aku ingin melakukan sesuatu yang penting untuknya?! Jangan menghalangiku, Aika!”

            “Haru... orang yang sejak tadi kau maksud itu Haru yang sama dengan yang ku kenal?! Apa yang terjadi padanya?”

            “Maaf, aku tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara dengan kalian.” Korin berlari dengan cepat ke arah persimpangan jalan, kemudian berbelok diantara kerumunan orang-orang yang menyeberang.

            “Ayo, Aika, kita harus mengejarnya!” Yasu menepuk bahu Aika yang masih terdiam di tempat.

            [1.Tidak buruk juga kita mengikuti ibu. Kakak, jadi kita akan mengikuti-maksudku mengintai mereka lagi mulai dari sini?|2.Tidak, kita yang akan ke sana.|1.Wow! Tanpa kamera tembus pandang serangga ini?! Pasti menyenangkan!!|2.Apa maksudmu?! kalau kau tidak menurut dan seenaknya, mati!|1.Ch! Kalau ini selesai aku akan mengadukan kakak!]

###

            Korin masih berlari menuju sebuah tempat yang dalam beberapa menit akan ramai karena suatu hal. Dari kejauhan dirinya bisa melihat lampu lalu lintas sebuah persimpangan jalan yang sedang berganti rambu.

            Sebelumnya ia sudah pergi diwaktu yang sama di sebuah stasiun tempat dirinya dan orang yang ingin takdirnya ubah bertemu terakhir kali. Tetapi dirinya gagal untuk membuatnya tetap tinggal dan tak pergi.

            “Masih ada waktu sekitar lima menit, sekarang aku harus cepat menemukan senpai!” gumamnya pada diri sendiri dengan masih terengah-engah melihat jam saku ditangannya.

            Tak terlalu jauh di belakang Korin, Yasu dan Aika dengan cepat dapat menyusulnya. Walaupun Aika memiliki kaki yang pendek, tapi tanpa orang lain atau bahkan dirinya sendiri sadari, ia memiliki bakat olahraga untuk berlari dengan cepat seperti yang sudah dilakukannya selama ini. Ketika dirinya merasakan sebuah bahaya dan menyelamatkan seseorang seperti dulu. Walaupun gerakan refleksnya cepat, tetapi ia selalu sulit mengontrolnya dan selalu mengalami sedikit kegagalan diakhir gerakan. Dan suatu saat nanti ketika dirinya tersadar, mungkin dia akan merasa memiliki sebuah kebanggaan atas dirinya seperti yang Haru pernah katakan padanya. Cobalah memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan! Yang sebenarnya sudah gadis itu miliki sejak dulu.

            Akhirnya setelah mencari berkeliling, Korin berhasil melihat orang yang dicarinya sedang berjalan keluar dari salah satu toko beberapa meter dari tempatnya berdiri. Gadis itu memanggilnya, tetapi anak lelaki itu tidak mendengar panggilannya dan terus berjalan. Korin kembali melihat jam saku.

            “Dua menit!”

            Korin yang hampir berlari segera ditahan Yasu yang memegangi lengannya dengan kuat.

            “Orang-orang dari masa depan dilarang mencampuri takdir masa lalu. Aku akan membawamu kembali ke masa mu!” kata Yasu tegas.

            “Aku tidak mau! Aku tidak ingin itu terjadi, tolong lepaskan aku. Kalau aku tidak melakukannya dia akan mati! Okamoto-senpai tidak akan ada di masa depan! Biarkan aku melakukannya, kumohon. Lepaskan aku!” Korin sudah menumpahkan semua air matanya. “Kalau saja aku tidak memberinya saran untuk pergi ke tempat ini. Kalau saja aku tidak mencari tempat ini untuknya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Ini salahku. Jika setelah ini kalian menghapus semua ingatanku, aku akan menerimanya. Aku tidak ingin menyesalinya selama hidupku, biarkan aku mengubahnya!”

            “Maaf, kami tidak bisa_”

            “Bukan, ini salahku.” Saat itu, Aika sudah berlari dengan cepat dengan mata berkaca dan pandangan yang kabur melihat punggung Haru yang semakin menjauh.

            “Aika!” teriak Yasu padanya.

            Beberapa kali gadis kecil itu menabrak orang-orang yang dilaluinya. Tetapi ketika dirinya sudah semakin dekat, Haru sudah menyeberang kesisi lain jalan. Ia memanggilnya hingga suaranya terasa hampir habis, tetapi earphone yang dipakai Haru menghalangi suara Aika sampai pada anak lelaki itu.

            “Haru... Haru...!!!” teriaknya masih sambil berlari. Apa benar kau akan mati? Aku tidak mengijinkanmu! Jangan pergi, bodoh!!

            “Kalau kau ingin membuat Haru mau melakukan sesuatu yang sepertinya sangat sulit untuk kau dapatkan darinya, panggil dia dengan namanya yang sebenarnya.”

            “Nama sebenarnya?!”

            “Sei.”

            Aika mengingat kembali waktu ketika ia mengunjungi ayahnya beberapa minggu lalu.

            Maaf, aku tidak bisa melupakan mu walaupun aku sudah memakan permen penghapus ingatan sialan itu. Maaf sudah berbohong padamu, Haru. Aku tidak bisa lupa sedikitpun tentang masa lalu dan ayah. Dan aku tidak bisa melupakan perasaanku kalau aku menyukaimu. Sangat menyukaimu. Daisuki!*

            “SEI!!!”

            Haru yang mendengar namanya disebut berbalik badan dan melihat Aika di sana. Tersenyum ke arahnya karena berhasil membuatnya melihat ke arah gadis itu. Aika kembali berlari, tetapi suara klakson dari kendaraan besar terdengar dari sisinya berlari. Saat ini, gadis itu berada di tengah jalan dengan rambu yang sudah berubah.

            Dan dengan kecepatan yang sulit dipercaya, Haru berlari dan segera ada di depan Aika. Mendorong gadis itu menjauh dari tengah jalan dengan kuat hingga mencapai sisi batas jalan.

            Dengan senyuman yang selalu Haru perlihatkan pada Aika bahkan sampai saat ini, Aika masih tidak percaya bagaimana Haru melakukan semua hal itu padanya. Senyuman yang dilihatnya dalam sepersekian detik itu lenyap saat mata gadis itu menutup karena refleks saat tubuh belakangnya menabrak pohon pinggir jalan dan akhirnya jatuh dengan tubuh samping berada diatas salju.

            Dalam jarak beberapa meter, di mana tubuh Haru terlempar diudara setelah tubuhnya menghantam kendaraan itu, darah segar membasahi aspal hitam yang dingin hingga mengenai salju yang berada disisi trotoar. Darah yang menutupi sebagian wajahnya masih memperlihatkan wajah yang bisa Aika kenali dengan baik.

            Yasu yang baru saja membawa Korin kembali ke masa gadis itu terkejut dengan yang sudah terjadi di sana. Merasa ada sesuatu yang aneh dengan Aika, Yasu semakin cemas dengan situasi yang ada. “Aika, apa kau baik-baik saja? Haru-kun?! Apa yang terjadi?” tanya Yasu melihat pemandangan yang mengerikan tidak jauh darinya.

            Tetapi dengan wajah yang pucat pasi gadis itu hanya terduduk ditempatnya tanpa mau bergerak sedikitpun dari salju yang menyentuh kulitnya. Ia masih terbelalak memandang wajah Haru, yang semakin lama semakin banyak orang berkerumun disekeliling tubuh yang tergolek itu. Dan ketika dirinya merasa ingin menangis serta memanggil nama lelaki itu, dirinya tidak dapat melakukan keduanya. Ia mulai lupa dengan kedua hal itu.

###

Preview.

            Hari ketika Aika merasa ingin bersikap sombong pada Haru, dan malas keluar dari apartemen di tengah udara yang panas.

            “Hari ini ke mana kita jalan-jalan?” tanya Haru antusias.

            “Kita tidak akan pergi ke manapun.” Jawab Aika dengan wajah yang terlihat menyembunyikan sesuatu dalam kepalanya.

            Gadis itu berjalan menuju pintu kaca balkon, menutup rapat tirainya hingga ruangan menjadi terlihat gelap. Tapi setelah berpikir beberapa saat dirinya berujar, “sepertinya harus menunggu malam. Itu akan lebih baik.” Katanya lalu malah duduk santai di atas sofa dan bermain sebuah game dari ponselnya.

            Haru hanya berdiri terpaku karena kelakuan gadis itu. Tak bisa menahan tawa dan ikut duduk di samping Aika. Mengisyaratkan kalau dirinya akan mengkuti peraturan agak aneh yang secara tak langsung diberikan oleh gadis itu.

            Hari berlalu dan malam tiba. Dengan tanpa memperlihatkan ekspresi dan hanya gerakan tubuh yang antusias, Aika cepat-cepat mengambil sesuatu dari dalam kamarnya.

            “Ada apa?” tanya Haru.

            “Perhatikan ini!” kata Aika pada Haru yang menurutinya.

            Sebuah benda mirip kelereng dilemparkan Aika ke atas, yang kemudian mengapung diudara. Senyum simpul menghiasi wajah gadis itu. Dilihatnya kedua alis Haru yang terangkat dan mata yang melebar memandangi benda kecil itu. “Ini belum selesai.” Ucap Aika.

            Gadis itu segera mematikan seluruh lampu di dalam apartemennya. Seketika ruangan itu gelap gulita. Dan benda bulat itu mengeluarkan cahaya berwarna biru yang indah.

            Haru masih memandang benda itu dengan dahi yang mengerut seakan memikirkan suatu pertanyaan dalam kepala.

            “Kau boleh menyentuhnya.” Kata Aika setelah kembali dari mematikan lampu.

            Haru menyentuh benda yang mirip kelereng di depan matanya. Dan dengan tiba-tiba alam semesta berada di sekelilingnya. Galaksi, planet-planet, asteroid, dan semua benda langit memenuhi ruangan dalam bentuk mini.

            “Bagaimana? Indah, kan? Cantik,kan? Luar biasa hebat, bukan?” kata gadis itu terlihat puas. “sebenarnya ini versi dari awal peluncuran. Sekarang sudah banyak versi terbarunya. Kalau ingin tau informasi benda apa yang ada di depanmu kau bisa menyentuhnya.” Imbuhnya.

            Haru menyentuh salah satu benda langit di depannya. Dan informasi berbentuk tulisan muncul dalam bentuk hologram pula mengenai sesuatu yang ia sentuh.

            Aika berkacak pinggang. Merasa kalau benda itu pasti terlihat sangat mengagumkan dari pandangan orang dari awal abad 21.

            “Wah...” ucap Haru memandangi sekelilingnya dengan takjub dan cermat. Dan Aika merasa puas diri sebelum kalimat Haru yang terakhir, “luar biasa, sepertinya aku pernah tau yang seperti ini. Aku pernah melihatnya disuatu tempat.” Kata Haru mengangguk dengan cukup yakin. Dan ketika dirinya melihat ke samping di mana Aika berdiri dia langsung berpikir untuk meralat omongannya, gadis itu tampak murung “itu tidak mungkin!” gumam Aika memprotes.

            Haru tidak ingin Aika kecewa, jadi dia menambahkan, “tapi sepertinya itu cuma imajinasiku. Terimakasih, ini benda yang sangat hebat!” Katanya. Dan gadis itu kembali tersenyum senang.

 

-------------cat.kaki:

*Kaichuudokei: jam saku

*Aika: ditulis dengan kanji cinta dan lagu.

*Ai no uta: lagu cinta

*Daisuki: aku sangat menyukaimu

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Secret Garden
308      261     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
Bulan dan Bintang
5894      1585     1     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
Renafkar
9295      1791     5     
Romance
Kisah seorang gadis dan seorang lelaki, yakni Rena dan Afkar yang sama-sama saling menyukai dalam diam sejak mereka pertama kali duduk di bangku SMA. Rena, gadis ini seringkali salah tingkah dan gampang baper oleh Afkar yang selalu mempermainkan hatinya dengan kalimat-kalimat puitis dan perlakuan-perlakuan tak biasa. Ternyata bener ya? Cewek tuh nggak pernah mau jujur sama perasaannya sendiri....
The Red Eyes
23211      3642     4     
Fantasy
Nicholas Lincoln adalah anak yang lari dari kenyataan. Dia merasa dirinya cacat, dia gagal melindungi orang tuanya, dan dia takut mati. Suatu hari, ia ditugaskan oleh organisasinya, Konfederasi Mata Merah, untuk menyelidiki kasus sebuah perkumpulan misterius yang berkaitan dengan keterlibatan Jessica Raymond sebagai gadis yang harus disadarkan pola pikirnya oleh Nick. Nick dan Ferus Jones, sau...
injured
1437      760     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
Salendrina
2403      889     7     
Horror
Salendrina adalah boneka milik seorang siswa bernama Gisella Areta. Dia selalu membawa Boneka Salendrina kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolahnya. Sesuatu terjadi kepada Gisella ketika menginjakan kaki di kelas dua SMA. Perempuan itu mati dengan keadaan tanpa kepala di ruang guru. Amat mengenaskan. Tak ada yang tahu pasti penyebab kematian Gisella. Satu tahu berlalu, rumor kematian Gisella mu...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
8559      2029     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Ocha's Journey
331      270     0     
Romance
Istirahatlah jika kau lelah. Menangislah jika kau sedih. Tersenyumlah jika kau bahagia. Janganlah terlalu keras terhadap dirimu sendiri.
Between Earth and Sky
1018      560     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
Taarufku Berujung sakinah
7139      1825     1     
Romance
keikhlasan Aida untuk menerima perjodohan dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya membuat hidupnya berubah, kebahagiaan yang ia rasakan terus dan terus bertambah. hingga semua berubah ketika ia kembai dipertemukan dengan sahabat lamanya. bagaimanakah kisah perjuangan cinta Aida menuju sakinah dimata Allah, akankah ia kembali dengan sahabatnya atau bertahan degan laki-laki yang kini menjadi im...