Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kaichuudokei
MENU
About Us  

Tahun 2141, agustus.

            “Aika, bagaimana hasil tes sekolahmu? Seharusnya sudah dibagikan, kan?”

            “Tidak lebih baik dari sebelumnya.” Katanya menyodorkan lembaran kertas diatas meja.

            “Apa ini? Benar-benar buruk, bagaimana bisa? Kalau Yuuki-san tahu dia pasti akan membunuhku karena dianggap tidak becus mengajarimu. Bukankah aku sudah mengajarimu, dan hasilnya sangat baik saat kau latihan?!”

            “Itu karena kau mengajariku dengan buruk. Guru yang payah!” Katanya sambil menyedot susu rasa jeruk dengan santai.

            “Itu pasti karena kau kurang berusaha mengerjakannya, kan?!”

            “Hei, Yasu, sejak kapan kau jadi tidak sopan pada senpaimu? Dan sejak kapan kau memanggilku dengan nama depan? Kau berbeda dibanding saat pertama datang. Sepertinya Tachibana-san sudah mempengaruhimu. Kau sudah terjerumus olehnya.”

            Bagaimana bisa aku menyukai gadis kasar sepertinya? Are?! Aku...menyukainya? Dasar gila, tidak mungkin, kan?!

            Di depannya, Aika yang sebelumnya menampakkan ekspresi dinginpun berubah. Gadis itu tengah asik menggerak-gerakan sebuah benda yang menjadi gantungan ponselnya dengan wajah senang seperti anak kecil.

            “O!! Hei, Yasu, terimakasih sudah datang.” Kata Aika setelah dirinya seakan teringat sesuatu dan sedikit tersentak. Dari wajahnya yang dingin itu sebuah senyuman yang belum pernah dirinya perlihatkan, kini ia tampakkan dengan tulus didepan Yasu yang terkejut.

            Gadis yang selalu berekspresi dingin dan tampak tidak bisa tersenyum dengan baik ataupun sopan, baru saja berterimakasih dan tersenyum lembut padanya. Yasu yang menyadari sesuatu ikut tersenyum padanya. Walaupun dirinya merasa senang, ia cuma bisa mengatakan, “Hm!” sambil mengangguk kecil.

            Apa yang tadi itu untukku? Atau benda itu? Apa tidak apa-apa kalau cuma seperti ini? Kalau kukatakan yang sebenarnya apa dia akan berubah? Perasaan seperti ini sungguh menakutkan...

Tahun 2140, lebih dari satu tahun lalu. Awal musim semi.

            Kriiiingggg!!!!!

Suara alarm dari jam digital yang berada di atas meja samping tempat tidur berdering dengan bersemangat. Suaranya membangunkan gadis dengan pakaian piyama lengan dan celana panjang bergambar itik berwarna kuning yang terlihat imut. Jam yang juga sebagai pengukur suhu di dalam serta di luar ruangan, tanggal dan tahun saat ini, serta cuaca kembali berbunyi karena gadis itu belum juga bersuara. [1.Kamarnya tidak ada unsur kawaii* sama sekali, ya.. Ahem! Eto.. ngomong-ngomong  jam alarm antik itu memang sudah di program sebelumnya dan hanya bisa dihentikan suaranya oleh suara pemiliknya sendiri, ya..?! naru hodo ne*..]

“Mm.” Dan alarm berhenti berbunyi hanya dengan suara itu.

Si gadis masih berada pada posisinya, mengintip malas sebelah matanya untuk melihat pukul berapa saat ini, lalu duduk dipinggir ranjang dengan kedua mata yang masih tertutup. Dia menguap lebar dan berjalan malas membuka tirai putih yang menutup pintu geser otomatis penghubung ruangan dan balkon rumahnya, yang sebenarnya bukan rumah tapi sebuah apartemen. Walaupun matanya masih setengah terbuka, gadis itu masih berjalan ke arah balkon dan melihat jalan-jalan dan lingkungan sekitar apartemennya dengan rambut dan wajah yang masih berantakan.

Pepohonan dipinggir-pinggir jalan terlihat indah karena bunga sakura yang mekar dan tertiup angin dengan lembut. Orang-orang memakai pakaian rapi mereka dan berjalan untuk bekerja, toko-toko sudah mulai dibuka dan mendapat beberapa pengunjung, sedangkan beberapa anak-anak sekolah berjalan dengan ceria dan bersemangat. Semua orang terlihat sibuk, kecuali seorang gadis yang masih memakai piyamanya dan terlihat sedang menguap untuk kesekian kalinya di atas balkon tempatnya berdiri dengan wajah mengantuk.

Angin yang meniup wajah membuat matanya semakin mengerjap. Beberapa kelopak sakura yang tertiup angin juga mengenai wajahnya, dan beberapa berada disebelah kaki telanjangnya.

Ketika musim semi tiba dan bunga sakura mekar, kelopak-kelopak yang tertiup angin memang sering masuk kedalam rumahnya, dan tak jarang masuk sampai ke ruang tamu yang berada di sebelah balkon. [1.Apa masih belum di mulai, cerita mereka? Aku bosan. KAKAK, SEPERTINYA KITA SALAH TAHUN!!|2.Jangan berteriak, aku bisa mendengarmu dari sini, bodoh!|1.Wah, sudah di sini?! dasar ninja!]

“Tahun ajaran baru, ya?! Huaahhh...”

???

Suara ponsel flip berwarna peach yang sebelumnya ia taruh diatas meja ruang tamu dekat balkon berbunyi. Di atas permukaan layar tertulis sebuah panggilan dari “Kepala Yamada”. Muka malasnya bertambah kusut saat mengangkatnya.

“Ada apa?” tanyanya datar.

“HALLO... AIKA-CHAN... GOOD MORNING...” suara berat dari seorang pria dengan volume tinggi itu membuat Aika menjauhkan ponselnya dari telingan dengan otomatis.

“Tolong turunkan volume suara anda, pak! Itu menjengkelkan.” katanya dengan ekspresi dingin.

“KALAU AKU TURUNKAN VOLUMENYA KAMU MUNGKIN TIDAK BISA MENDENGARKU...”

Kau selalu mengeraskan volume suara saat meneleponku!! Memangnya aku tuli!

Terdengar suara ramai di belakang telepon sana, “enyaa,,enyaa,, yoisaa,,yoisaa..” karatsu kunchi*? “Berlibur”, ya?!

“Cepat katakan apa mau anda.”

“Iya, iya. Aika-chan, apa kamu tahu hari ini hari ap_”

“Hari pertama tahun ajaran baru. Kenapa?” katanya memotong.

“Iya, itu benar. Tapi lebih tepatnya, hari ini adalah hari pertama untuk para pengawas baru bertugas. Ehem! AIKA-CHAN... SELAMAT!!! Tahun ini kamu akan menjadi seorang pembimbing untuk pengawas baru yang sudah lolos seleksi. Kamu tidak boleh menolaknya, tahun lalu dan sebelumnya aku sudah membebaskanmu untuk tidak menjadi pembimbing karena kamu bilang sibuk. WAH, SENANGNYAAA...”

“Aku juga sibuk sekarang. Lain kali saja.”

“No,,no,,no.. kamu mau itu dibatalkan?” suaranya terdengar serius dan mengancam.

“Kau mengancamku?! Ch!” katanya dengan kasar.

“Kalau kau ingin terus menjadi pengawas, kau harus mematuhi aturan serta hukum ruang dan waktu milik Exters.” Dirinya mengingat kembali kata-kata dari kakeknya beberapa bulan sebelum beliau akhirnya meninggal, ketika dirinya pertama kali menjadi Exters. “...dan kau tidak bisa melakukan tujuanmu kalau melanggarnya.” Ingatan terakhir yang selalu membuatnya merinding karena kakeknya tau apa yang gadis itu rencanakan secara diam-diam.

Di ujung telepon sana, pria paruhbaya itu malah tersenyum mendapat jawaban dengan bahasa dan nada tidak sopan. Beliau sudah terbiasa dengan hal seperti itu. “Sedikit. Namanya Aoki Yasu. Aku sudah mengirimkan datanya padamu, dan aku sudah menyuruhnya datang pagi ini. Mungkin sebentar lagi dia akan segera tiba. Aku tidak sabar melihatmu menjadi pembimbing. Aika-chan, jangan lupa pergi sekolah dan memakai seragam barumu yang kawaii, lalu tunjukkan fotonya padaku. BYE-BYE...” dan sambungan telepon terputus.

“Dasar pria tua menyebalkan!” Aika membanting ponselnya ke atas sofa biru muda yang empuk itu. Dia berjalan ke arah tempat tidur yang hanya bersebelahan dengan ruang tamu lalu melemparkan diri menelungkup. [1.Eh?! Mirip dengan_  ,gomen*. Tapi, kakak lebih parah karena jarang mengatakan sesuatu. Hey! Jangan memukul atau aku akan mengadu pada ayah!|2.Urusai*!]

###

Seorang pemuda dengan pakaian kemeja dan jas rapi ala pekerja kantoran terlihat sedang merapikan dasinya yang menurutnya terlihat miring. Pemuda dengan mata lembut berwarna coklat muda, berambut coklat lebih tua, dan memiliki tinggi sekitar 178 cm itu berdiri di depan sebuah pintu berwarna silver salah satu apartemen gedung dengan membawa sebuah tas khas karyawan kantor. Disamping pintu yang mirip pintu lift itu terdapat sebuah layar tembus pandang berukuran 5 inci yang tidak dimiliki pintu-pintu lain apartemen di sana. Dari gerak-gerik dan senyumannya, ia tampak sedang merilekskan kegugupannya. Ini adalah hari pertama dirinya bekerja.

Dia menekan bell dan menunggu dengan wajah bersemangat. Lalu dari layar tembus pandang itu muncul sebuah tulisan, “Meminta Sidik Jari Tangan Anda” dengan hologram tapak tangan dibawah layar itu.

Pemuda itu tampak bingung dan melihat ke arah pintu lain yang bisa ia lihat dari tempatnya berdiri, dan tidak ada satupun yang memiliki layar seperti yang ada di hadapannya. Dia berpikir kalau pemilik apartemen yang akan ia masuki ini mungkin orang yang berlebihan karena menggunakan keamanan seperti rumah dan gedung yang memiliki arsip atau rahasia yang mungkin bisa dicuri.

Sampai kapan kau mau berdiri di depan pintu rumahku? tulisan lain kembali muncul.

“Eh? Ini bukan otomatis, darimana dia mengawasiku?” katanya sambil mencari sesuatu dan, “Ohayou gozaimasu*.” katanya tersenyum ceria sambil mendongak lalu membungkukkan badan ke arah kamera super mini, yang tersembunyi diantara tanaman pot yang menjulang tinggi hingga hampir melebihi tinggi pintu silver.

Kau bodoh, ya? CEPAT!!!

kata-kata yang selanjutnya muncul itu membuatnya gugup dan cepat-cepat meletakkan telapak tangannya pada layar. Dan sebuah gambar beberapa anak itik yang sedang berbaris memasuki sebuah rumah muncul dengan seekor itik yang mengucapkan “terimakasih” dengan suara lucu. Sepertinya yang satu ini otomatis. Batinnya tersenyum.

Dan pintu silver terbuka ke arah samping secara berlawanan. Di depan pemuda itu ada sebuah pintu yang lainnya, pintu kaca seperti dinding yang menyekat antara bagian dalam dan pintu silver apartemen. Diantara pintu kaca dan pintu silver, adalah genkan* yang berjarak satu setengah meter, hanya terdapat tanaman-tanaman pot yang berjajar dan menggantung di kanan kirinya, selain rak tempat menaruh alas kaki dan payung.

Di balik pintu kaca itu sudah berdiri seorang gadis kecil yang masih memakai piyama bergambar itik dan roti selai di tangannya. Gadis yang tingginya sekitar 149cm, berambut abu-abu tua dan bermata kuning keemasan itu masih terlihat mengantuk, tetapi ia masih terlihat berusaha memakan roti yang ada ditangan. Rambut panjang bergelombangnya yang berponi itu sebenarnya diikat twintail, tapi sudah tidak tampak bentuknya, benar-benar terlihat berantakan.

Masih sambil mengunyah gadis itu bertanya, “Aoki Yasu?” dengan ekspresi dingin. [1.Ekspresi wajahnya benar-banar tidak pernah berubah, ya.. dalam banyak hal. Meskipun begitu, aku tau kalau hatinya sangat lembut. Hei, onii-chan*, wajahmu merah. Itu artinya kakak setuju, kan?!|2.!!!]

“Iya, saya Aoki Yasu.”

Gadis itu berjalan ke arah intercom yang tertutup daun dari tanaman pot di sebelahnya dan menyentuh salah satu tombol. Kemudian pintu kaca terbuka dengan berlawanan arah secara otomatis seperti pintu silver sebelumnya.

Yasu dipersilakan duduk di ruang tamu dengan sofa menghadap ke sebuah ruangan yang ada di balik rak buku yang cukup panjang dan tinggi di depannya.  Dari sela-sela rak itu terlihat ruang tidur dengan ranjang yang masih berantakan dengan selimut menjuntai ke lantai, dan bantal yang tidak pada posisi seharusnya. Dan sisi samping ruangan itu, sebuah pintu kaca geser dengan tirai putih terbuka. Tirai tertiup angin dan berkibar kecil, lalu beberapa kelopak sakura terbang melewatinya dan jatuh tercecer di dekat kaki Yasu serta lantai dekat pintu kaca geser.

Gadis itu membawa mug bergambar kura-kura dan menaruhnya tepat di atas meja depan Yasu.  Susu?! Kening Yasu berkerut, dia tidak habis pikir dan melihat lebih lama air yang ada di dalam mug kura-kura itu. Benar-benar susu! Apa benar ini untukku?

“Hanya ada itu di rumahku. Kau tidak suka? Apa mungkin kau mau air putih?” katanya santai sambil mengunyah roti yang sepertinya baru saja dia ambil lagi yang baru.

“Ah, tidak terimakasih. Saya datang untuk bertemu dengan pembimbing saya, ap_”

“Aku tahu.” Katanya memotong kalimat Yasu, “Kepala Yamada sudah mengatakannya padaku beberapa menit yang lalu sebelum kau datang.” Katanya santai.

“Eh? Pada anda? Apa mungkin an_”

“Nakano Aika. apa kau terkejut?”

“Ahaha... sebenarnya saya sudah menduganya. Wajah dingin, perilaku tidak sopan dan selalu menyela ka_” tatapan Aika membuatnya tidak berkutik dan sadar dengan apa yang baru saja ia katakan. “ma-maaf!” katanya menunduk. Beruntung aku tidak memanggilnya “gadis kecil” saat ia membukakan pintu tadi, karena aku pikir dia adik calon partnerku!

Aika berjalan dan mengambil ponsel flip yang ada diatas sofa berbentuk bulat yang sekarang sudah di dudukinya. Dipijitnya salah satu tombol dan muncul sebuah data berbentuk hologram dari ponsel itu. Dia memutar, membagi dan membuka halaman-halaman lain dari hologram yang disentuhnya. Dengan wajah dingin dan juteknya, ia tampak tidak tertarik dengan semua data yang ada didepannya.

“Apa mungkin tadi saya tidak salah dengar? Nama senpai Nakano dan bukan Yamada?”

“Tidak, kau tidak salah dengar. Jangan membahas namaku lagi.” Aika membuka data yang lain. ”Hei, Yasu, kau baru saja lulus sekolah? Dan umurmu, 19?! Aku pikir umurmu lebih tua.” Melihat wajah Yasu yang sepertinya tersakiti dengan kata-katanya dia malanjutkan, “Aku tidak serius.” Katanya datar.

Kenapa tidak katakan saja, “aku bercanda.”? Sepertinya dia tidak sedingin yang dibicarakan kepala Yamada. Tapi dia memang benar-benar tidak sopan dengan langsung memanggil nama depanku. Dia lebih muda dariku, kan?

Aika masih memeriksa data milik Yasu dengan wajah yang sama, sedang Yasu hanya duduk diam sambil membaca judul-judul buku yang berjajar di atas rak di depannya. Dan sekilas dia melihat pakaian yang tergantung di dalam kamar itu dari sela-sela buku. “seragam SMA? Sepertinya masih baru.” Katanya bergumam.

Aika yang mendengarnya langsung memukul kepala Yasu dengan tangan kosongnya. “Kau mengintip kamarku, hah?! Kurang ajar!”.

“Saya tidak mengintipnya. Itu terlihat dari sela-sela buku.” Katanya memegangi kepala.

Lalu dari luar gedung apartemen itu terdengar sebuah teriakan terkejut dari seseorang yang berada di dalam salah satu apartemen di lantai 3 selang beberapa menit.

“EEHHH?!!!... Nakano-san, anda tahun ini masuk SMA?”

“BERISIK! Jangan berteriak, dasar bodoh!! Dan jangan gunakan bahasa formal padaku, kau pikir aku orang tua!” katanya menendang kaki Yasu. Aku pikir baru masuk SMP! Pikir Yasu sambil mengelus kakinya.

“Tapi tidak sopan jika sen...pai. Baik.” Katanya menurut karena wajah Aika yang sudah tampak jengkel. Dirinya tidak ingin mendapat pukulan lain lagi selain kepala dan kaki hanya dalam hitungan menit sejak mereka bertemu. Apa alasan sebenarnya kepala Yamada memasangkanku dengannya? Lalu apa maksudnya dengan cocok? Yasu mengambil mug bergambar kura-kura dan hampir meminumnya setelah ia sadar dan melihat isinya yang berwarna putih. Dia menaruhnya kembali.

###

Pagi itu, adalah pagi yang baru untuk Yasu. Hari pertama masuk kerja dan mendapat mejanya sendiri. Dia baru saja diterima sebagai karyawan baru di perusahaan travel Exters. Dan saat ini, Yasu sedang merasakan kegugupan. Dia berjalan dengan seorang tangan kanan atasannya, Sanada Jun, yang sedang membawanya untuk menemui kepala divisi bagiannya.

“HALLO, AOKI-KUN. SELAMAT BERGABUNG KE DALAM DIVISI PENGAWAS...!!!” Kata kepala divisi pengawas padanya dengan bersemangat, setelah dipersilakan duduk. Bahkan asistennya, Jun, menunduk malu karena mendengar suara atasannya yang menggema, lalu permisi keluar ruangan. Haahh,, dia melakukannya lagi. Pikir Jun. [1.Sanada-san sudah tidak menutup telinga karena terbiasa mendengar suara atasannya. Hebat!] Yasu yang kaget sampai telinganya hampir berdenging cuma mengucapkan terimakasih dan tersenyum kaku.

“Aku Yamada Shinichi, kepala divisi pengawas. Aoki Yasu-kun, aku akan langsung pada intinya karena beberapa menit lagi aku harus pergi.” beliau menyandarkan punggung pada kursi putih yang terlihat empuk dengan santai. “Yah, ini tentang tugasmu yang pertama. READY?” kata pria paruhbaya yang memakai pakaian olahraga berwarna kuning cerah dengan gambar anak itik yang kawaii disalah satu bagian dadanya. Pakaian favorit hadiah dari anak tersayangnya. [1.Jika dilihat benar-benar aneh untuk ukuran pria tinggi besar, berjenggot, dan berwajah agak seram itu! Aku tidak bisa menyebut orang tua itu sebagai.. hahh...]

“I..IYA. SAYA SIAP, PAK!” katanya sedikit tergagap karena gugup.

“Good! Tugas pertamamu adalah, ini.” Kepala Yamada menyodorkan secarik potongan kertas padanya.

“Ini... sebuah alamat?!”

“Pergilah ketempatnya. Dia selalu melakukan tugas tanpa datang ke kantor. Anak itu sudah beberapa minggu tidak datang ke kantor setelah sebelumnya aku bebas tugaskan beberapa bulan. Hahh... anak itu benar-benar membolos terlalu lama, apa yang dia lakukan selama itu?!” kalimat terakhirnya terdengar seperti keluhan atau sekedar gumaman.

“Maksud anda ‘dia’ itu siapa, pak kepala?” Melihat Yasu yang tidak mengerti kepala Yamada malah tertawa tidak jelas.

“Dia yang akan menjadi pembimbing sekaligus partnermu. Maaf karena aku sedikit terlambat untuk memberitahu siapa partnermu.” Dan dengan sebuah senyuman yang sulit untuk dijelaskan, pak kepala melanjutkan, “Namanya Aika, dia anakku. Maaf jika aku merepotkanmu karena memasangkanmu dengannya.”

“Merepotkan...?”

“Yah... Dia gadis yang sulit diatur, selalu melakukan apa yang dia ingin lakukan, dan keras kepala. Anak itu sulit untuk dihentikan, gadis kasar dan selalu menyela apa yang sedang lawan bicaranya katakan. HAHAHA... aku bahkan sering disela. Dia juga dingin.” Terdengar sedikit kekhawatiran dari nada bicaranya. [1.Hehh... aku tidak tau sifatnya seburuk itu! ] “Tapi, dia adalah gadis baik.” Dan beliau mengakhirinya dengan sebuah senyuman.

“Maaf, pak kepala, boleh saya tahu kenapa anda memasangkan saya dengan anak anda?”

Beliau bangkit dari kursinya dan berjalan melewati jendela kaca berukuran besar dibelakang mejanya, yang memperlihatkan sakura di bawah sana, dan berhenti di depan Yasu. “Karena mungkin kalian akan ‘cocok’, itu alasanku.” Kening Yasu berkerut, sementara kepala Yamada melanjutkan, “Tapi sebenarnya, aku tidak mencarikan partner untukmu seperti aku mencarikan partner untuk pengawas baru lainnya. Aku mencari partner untuknya, karena tidak ada yang mau menjadi partner gadis manisku, HAHAHA...” Katanya terbahak. Seorang ayah menertawakan dan mengatakan keburukan anaknya sendiri. Aku baru tahu!

“...dan aku tertarik denganmu.” Lanjutnya.

“Eh?” kening Yasu kembali berkerut. Dia tidak tahu apakah harus senang dan merasa istimewa karena sudah dipilih, atau kecewa karena sepertinya dia hanya menjadi korban untuk para pengawas lain. Seperti pilihan terakhir, atau ‘harapan’ bagi mereka yang menyerah pada anak kepala Yamada.

Sebuah ketukan terdengar, “Kepala Yamada, sudah waktunya.” Kata Jun yang sudah membuka pintu dan berdiri di sana.

“Baiklah. Sankyuu*, Jun.” Kepala Yamada kemudian membuka tas berukuran sedang yang sebelumnya ada di balik meja dan memasukkan beberapa benda seperti wig dan topi dari laci khusus miliknya kedalam tas. “Kau sudah boleh kembali ke ruanganmu untuk bersiap-siap, Aoki-kun.”

“Kalau begitu saya permisi.” Kata Yasu mohon diri dan berjalan keluar ruangan setelah membungkuk memberi ojigi*.

“Ah!! Aoki-kun, aku lupa memberi tahumu.” setelah langkah Yasu terhenti tepat di depan pintu, kepala Yamada melanjutkan, “...jangan lupa memakai ‘seragam’ saat bertugas. OK?!” katanya menepuk bahu Yasu dan berjalan melewatinya diikuti Jun yang berjalan di belakang.

“Seragam?”

Yasu berjalan dengan kepala yang masih berpikir tentang ‘seragam’ yang kepala Yamada katakan sebelumnya. Dia belum diberitahu tentang hal itu sebelumnya oleh para senpai yang datang saat hari penerimaan karyawan. Dan di lobby gedung sebelum ia keluar menuju alamat pemberian pak kepala, seorang senpai menyapanya dengan wajah ceria seperti baru saja memenangkan sesuatu.

Si senpai memasuki gedung, “Ohayou, Aoki-kun. Hei, sepertinya wajahmu terlihat bingung. Ada apa?” tanya si senpai.

“Ohayou gozaimasu, Tachibana-senpai. Tidak apa-apa. Hanya saja... senpai, apa para pengawas memakai seragam saat menjalankan tugas?” [1.Mereka sepertinya akrab, ya?!]

“Seragam? Tidak. Kita hanya menyesuaikan pakaian di tahun berapa kita akan ‘berkunjung’. Atau lebih mudahnya, kau bebas memakai apapun. Selama bukan pakaian dari masa depan menurut tahun itu. Lihat, seperti aku.” Katanya tersenyum cerah dan bergaya memamerkan pakaian modisnya yang tampak baru. Wajahnya tampak gemerlapan. [1.Ge... kimoi*! Aku pergi!|2.Berhenti melihat sesuatu yang tidak penting.|* Ehehe... aku cuma iseng, kok!]

“Ohh, begitu, ya.. Terimakasih untuk penjelasannya, senpai. Permisi.” Yasu keluar gedung dengan langkah lebar dan pasti.

“Aoki-kun, mau pergi ke mana?” tanyanya yang tidak terjawab karena Yasu sudah jauh berjalan. “Seragam, ya..?! Ah!!” pekik Tachibana seakan mengingat sesuatu. Lalu tersenyum misterius dan melambaikan tangannya dengan semangat tanpa Yasu tahu. “selamat berjuang, ya... hahaha....”

###

Yasu sudah berdiri di luar gedung apartemen dan menunggu Aika keluar. Beberapa kali ia berjongkok karena bosan dengan posisi berdiri. Lima belas menit berlalu setelah Aika menyuruhnya menunggu di luar supaya ia bisa bersiap sebelum mereka pergi.

“Ikimashou*.” Kata Aika yang malah berjalan meninggalkan Yasu beberapa langkah di belakang. Langkah kakinya yang tidak terdengar membuat Yasu terkejut dan cepat-cepat menyesuaikan tempo berjalan Aika.

“Kemana kita akan pergi? Whoo!!” Yasu hampir menabrak Aika dan mengerem langkahnya karena gadis itu berhenti secara tiba-tiba.

Aika melihat Yasu dari atas hingga ke bawah dengan tatapan dingin miliknya lalu menautkan alis. Dilihat dengan tatapan seperti itu Yasu malah merasa bingung, “Mmm... Nakano-san?!”

“Apa itu seragammu?”

“Eh?”

“Aku tidak mau berjalan dengan orang yang memakai pakaian membosankan dan kuno sepertimu!” katanya dengan ekspresi wajah yang sama.

Membosankan dan kuno? Yasu mengamati caranya berpakaian. Dari dinding kaca sebuah gedung yang memantulkan bayangan dirinya, terlihat penampilannya yang biasa dan formal dengan kemeja, jas dan dasi. Sedangkan di sampingnya terlihat di permukaan kaca, Aika yang memakai pakaian gothic lolita, boot pendek, dan twintail yang sekarang rapih dengan pita. Terlihat seperti seorang paman yang sedang berjalan dengan keponakan kecilnya. Yasu tersenyum satir.

“Selera yang buruk!” lanjut Aika.

“Maaf.”

###

Pertanyaan Yasu kemana mereka akan pergi sudah terjawab. Saat ini Yasu sudah berada di dalam sebuah ruangan kecil dengan beberapa monitor tembus pandang di tengah ruangan yang sedang dirinya dan Aika lihat. Tombol-tombol di depan Aika seperti sebuah konsol game yang sudah sering ia mainkan. Dengan gerakan tangan yang lincah dan singkat, ia sudah mendapatkan wajah seseorang disalah satu layar. Dan dengan gerakan jari yang bersentuhan dengan keyboard datar, memunculkan layar seperti hologram dengan gambar yang lebih besar di bagian tengah monitor-monitor itu. Dari monitor paling besar diperlihatkan sebuah ruangan yang tampak tidak asing bahkan untuk orang awam sekalipun, dengan beberapa orang yang ada di dalamnya.

Aika memperbesar gambar seorang wanita berambut pendek yang terlihat sedang memainkan sesuatu di tempatnya duduk. “Dia klien kita saat ini. Calon penjelajah. Tujuannya Shibuya, 2001. Cepat ganti pakaianmu dengan cosplay*.” Katanya dengan kaki yang ia ayun-ayunkan ke depan dan belakang karena kursi yang di dudukinya terlalu tinggi untuknya. [1.Wah, sepatunya mirip seperti yang kupakai!!!| 2.Mao, damare*!]

Yasu yang malah kurang fokus dan hendak tertawa karena apa yang Aika lakukan hampir menyemburkan suara tawa yang ditahannya sejak tadi, “Baik.” Katanya mengendalikan diri. Benar-benar seperti anak kecil! Batinnya.

“Baca data miliknya dan perhatikan gerak-geriknya selama ia masih berada disini sampai ia kembali ke masa ia datang. Dan jangan alihkan pandanganmu dari kakak itu pada perempuan cantik yang lewat di sampingmu seperti orang bodoh yang kukenal. Itu jika kau tidak ingin ku hajar!” kata Aika menunjuk-nunjuk Yasu dengan tangan memegang roti selai coklatnya yang keempat pagi ini.

“Aku minta maaf tentang itu. Tapi jangan menyebut onii-chan mu yang tampan ini ‘orang bodoh’, Aika-chan.” seorang lelaki sudah berada di ambang pintu. Dengan tinggi 184cm, berambut blonde dan bermata biru, ia tampak seperti seorang model. Dia menyandarkan punggungnya pada pintu itu dengan santai dan tersenyum.

“Kau! Jangan tiba-tiba muncul seperti_ ,bagaimana kau bisa membukanya?” bahkan saat Aika marah, hanya nada bicaranya yang berubah menjadi lebih menyeramkan, tanpa ia mengubah tatapan dingin seperti sebelumnya.

Lelaki itu hanya tersenyum dan menahan tawa karena tahu kenapa Aika tidak melanjutkan kata-kata sebelumnya. “Dasar penakut!” Gumamnya tanpa terdengar yang lain. Dia mulai berjalan masuk meski Aika terlihat tidak menyukainya, “Itu karena rasa sayangku yang tulus, jadi aku bisa membukanya. Aku rindu adik kecilku...” katanya yang hendak memeluk Aika dengan kedua tangan yang sudah direntangkannya. Tetapi malah di pelintir Aika dengan cepat. “Sakit!! Aika, sakit!! Aku minta maaf.” Aika melepaskan tangannya dan melanjutkan memakan roti yang sebelumnya dia amankan di atas meja. “Itu karena pintunya tidak terkunci.”

Aika melirik Yasu dengan tatapan tajam. Yasu yang sebelumnya cuma menjadi penonton ikut bergabung membuka mulut, “Maaf, saya lupa menguncinya.”

“Tidak apa-apa Aoki-kun. Berkatmu sekarang aku bisa bertemu Aika-chan. Tapi sepertinya adik kecilku membolos sekolah di hari pertamanya. Apa karena kau lebih tertarik menjadi pembimbing di hari pertama?” katanya menyindir.

“Jangan mengatakan tentang sesuatu yang tidak kau tahu kebenarannya, Tachibana-san.”

“Tapi, saya tidak menyangka jika anda kakak Nakano-san. Itu artinya anda juga anak pak kepala Yamada, kan, Tachibana-senpai?!” kata-kata Yasu meleraikan keduanya.

“Hahaha... begitulah. Kau mungkin tidak menyangka karena nama ku , kan? Hahaha..” katanya dengan wajah tersipu malu dan menggerak-gerakkan sisi jari telunjuk di bawah hidung. Orang-orang yang baru beberapa tahun dan orang-orang yang sudah sangat lama bekerja di Exters memang berbeda dalam memiliki informasi seluk beluk perusahaan. Dan orang-orang yang sudah lama bekerja di sana serta tahu banyak hal tidak terlalu berminat untuk bercerita pada karyawan baru atau bahkan orang luar. Karena menurut mereka, itu informasi pribadi yang sudah umum.

Ayah mereka Yamada, anak pertama Tachibana, sedangkan anak perempuannya Nakano, benar-benar aneh. Apa kepala Yamada memiliki dua orang istri?  Itulah pemikiran karyawan saat pertama mengetahuinya, dan sama seperti pikiran Yasu saat ini.

“Kimoi!” gumam Aika yang terdengar oleh mereka berdua.

“Permisi, Yuuki-senpai, klien kita akan naik di stasiun selanjutnya dalam lima menit.” Kata seorang lelaki muda yang datang ke dalam ruangan itu.

“Oh, aku tau. Pergilah terlebih dulu ke ruangan.” Katanya, “kalau begitu aku pergi dulu, partnerku sudah menunggu. Aoki-kun, aku titipkan adikku padamu. Jangan menyerah menjadi partner Aika, ok?!” katanya mengerlingkan sebelah mata. [1.Huekk!| 2.Percepatlah!| 1.Aku, kan ingin melihat dari awal!!]

Aika yang sebelumnya fokus menatap monitor berbalik memutar kursi, “Tunggu! Apa maksudmu partner?” matanya memicing.

“Are*?! Aika-chan, kau tidak tau? Ayah_ maksudku, pak kepala tidak memberitahumu?” melihat reaksi gadis itu yang tidak mengerti Yuuki menjelaskan, “dengan ayah seorang kepala divisi kau bahkan tidak tahu? Ya, ampun... ini sudah berjalan hampir dua bulan yang lalu. Bukankah aku sudah mengatakan untuk datang sesekali ke kantor dan jangan hanya langsung melakukan tugas?!” [1.Oh! Lihat! Wajah paman serius.| 2.Berhenti menarik-narik pakaianku!| 1.Tolong simpan wajah dinginmu itu, Ren! Aww!!]

Jangan menjadi baik padaku di depan orang lain. Itu menyebalkan! Batin Aika.

“....” aku tidak bisa mengatakan alasan sebenarnya, atau mengatakan kalau aku sibuk untuk ujian dan tidak bisa datang ke kantor, walaupun itu alasan keduaku. Alasan hanya terdengar seperti menghindari kesalahan yang ku buat sendiri!

“Aoki-kun, kau tidak memberitahu Aika-chan?”

“Eh? Saya pikir Nakano-san sudah tahu. Saya benar-benar minta maaf.” Yasu membungkukkan badan.

“Tidak apa-apa. Aku sudah terlambat. Partnerku mungkin akan marah. Jya, mata ne*, Aika-chan, Aoki-kun. Aku yakin kalian akan menjadi partner yang lebih baik dari yang lain, tapi setelah kami. Hahaha...” katanya pergi dengan tawa yang mirip kepala Yamada. “Adikku sayang, jangan lupa besok pergi ke sekolah, ya...” teriaknya diantara lorong gerbong kereta.

Mereka memang berada di dalam sebuah ruangan yang terdapat di dalam gerbong kereta. Tetapi bukan kereta biasa, ini adalah kereta waktu untuk para penjelajah naiki dan pergi ke masa lalu. Serta tempat para pengawas memulai tugasnya mengawasi para penjelajah. Dan di gerbong lain dari kereta itulah tempat para penjelajah duduk dan menunggu kereta waktu berhenti di depan peron, tahun yang mereka tuju.

Aika duduk sambil menenangkan diri dengan meminum susu kotak, dan menyeruputnya dengan cepat sampai kotak itu menjadi penyok karena genggaman yang kuat. “Pria tua menyebalkan! Partner?! Sial!” gerutunya dengan mata yang tertuju pada monitor dan kepala yang sedang membayangkan wajah seseorang.

“Ahaha..” Yasu tersenyum canggung.

[2.Iku ze!| 1.Un!]

###

Preview-

Dia adalah alasan mengapa aku memilih bekerja disini, di Exters. Seorang anak perempuan penyelamat, dia seorang heroine untukku. Yang ku ingat, dia kakak yang ramah, selalu tersenyum, pemberani dan sedikit cengeng. Aku tidak tahu siapa namanya, tapi aku ingin bertemu dengannya dan tahu seperti apa dirinya yang sekarang. Berapa umurnya sekarang? Dari tahun berapa ia datang, aku tidak tahu. Aku berhutang banyak hal padanya, salah satunya nyawaku. Rasanya aneh jika harus mengatakan alasan mengapa ingin bertemu dengannya, karena alasanku hanya ingin mengucapkan, “maaf dan terimakasih.” yang belum sempat ku ucapkan saat mengetahui ia telah kembali ke masanya tanpa aku tahu.

Bagaimana aku tahu ia datang dari masa yang berbeda? Dia sendiri yang mengatakannya, “Aku datang dari tempat yang jauh.” Katanya. Dan ibu panti asuhan tempat di mana aku dibesarkan mengatakan jika mereka datang dari Exters. Perusahaan travel terbesar yang sebenarnya tempat para penjelajah memulai perjalanan mereka, yang baru ku tahu dua tahun yang lalu dari beliau. “Masuklah ke Exters tempat dulu ibu bekerja. Mungkin dari sana kau bisa menemukan kakak heroine mu.” Kata beliau saat pertama menceritakan pekerjaan rahasianya sebelum memutuskan untuk merawat anak-anak tanpa orang tua seperti kami. “Jangan katakan ini pada orang lain atau ibu akan menghapus ingatanmu seperti yang ibu lakukan pada para penjelajah!” tegasnya.

Dan hari ini adalah awal dari hari-hari yang selalu ku nantikan selama dua tahun ini. Menjadi salah satu bagian dari Exters. Tapi, bagaimana jika aku sudah bertemu dengannya dan terimakasihku sudah tersampaikan? Bukankah itu artinya tujuanku sudah selesai? Mungkin aku akan meminta ibu untuk menghapus sedikit ingatanku tentang tujuan itu. Supaya ada alasan untuk aku bisa selalu bersamanya. “Kau suka gadis yang lebih tua darimu itu rupanya?” jika pertanyaan itu kembali muncul akan ku katakan, “Karena dia adalah dia.”

Tapi hari ini juga, seorang gadis kecil yang baru saja aku lihat saat pintu itu terbuka. Gadis bernama Nakano Aika, sepintas dia mirip dengannya. Walaupun aku sudah lupa dengan wajah heroine ku. Hanya saja, aku tidak mengenal ekspresi dan tatapan wajah Nakano Aika. Apa mungkin Nakano Aika adalah orang yang akan menghubungkanku dengan ane-san* karena kemiripan mereka?

 

---------------------cat.kaki:

*kawaii: lucu, imut, manis

*Naru hodo ne: jadi begitu, ya

*Karatsu Kunchi: salah satu festival di kota Karatsu, prefekture Saga, Kyushu-Jepang.

*Gomen: maaf

*Urusai: berisik/cerewet

*Ohayou gozaimasu: selamat pagi (formal)

*Genkan: pintu masuk. tempat pemilik rumah atau tamu untuk melepas alas kaki dan menggantinya dengan slipper.

*Onii-chan: kakak (laki-laki)

*Sankyuu: pelafalan angka san (3) dan kyuu (9) dapat diartikan menjadi kata “thanks” (terimakasih)

*Ojigi: gerakan membungkuk untuk memberi hormat.

*Ge...kimoi: Ih, jijik!

*Ikimashou: ayo, pergi.

*Cosplay: costume play

*Damare: diam!

*Are: eh?

*Jya, mata ne: sampai nanti

*Iku ze: ayo, pergi.

*Ane-san: kakak (perempuan)

1: (suara anak perempuan)

2: (suara anak lelaki)

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Venus & Mars
5958      1550     2     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagunan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan ...
Do You Want To Kill Me?
5971      1694     2     
Romance
Semesta tidak henti-hentinya berubah, berkembang, dan tumbuh. Dia terus melebarkan tubuh. Tidak peduli dengan cercaan dan terus bersikukuh. Hingga akhirnya dia akan menjadi rapuh. Apakah semesta itu Abadi? Sebuah pertanyaan kecil yang sering terlintas di benak mahluk berumur pendek seperti kita. Pertanyaan yang bagaikan teka-teki tak terpecahkan terus menghantui setiap generasi. Kita...
Untuk Reina
25543      3902     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Like Butterfly Effect, The Lost Trail
5710      1530     1     
Inspirational
Jika kamu adalah orang yang melakukan usaha keras demi mendapatkan sesuatu, apa perasaanmu ketika melihat orang yang bisa mendapatkan sesuatu itu dengan mudah? Hassan yang memulai kehidupan mandirinya berusaha untuk menemukan jati dirinya sebagai orang pintar. Di hari pertamanya, ia menemukan gadis dengan pencarian tak masuk akal. Awalnya dia anggap itu sesuatu lelucon sampai akhirnya Hassan m...
One Step Closer
2352      985     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
Simbiosis Mutualisme seri 1
11417      2476     2     
Humor
Setelah lulus kuliah Deni masih menganggur. Deni lebih sering membantu sang Ibu di rumah, walaupun Deni itu cowok tulen. Sang Ibu sangat sayang sama Deni, bahkan lebih sayang dari Vita, adik perempuan Deni. Karena bagi Bu Sri, Deni memang berbeda, sejak lahir Deni sudah menderita kelainan Jantung. Saat masih bayi, Deni mengalami jantung bocor. Setelah dua wawancara gagal dan mendengar keingin...
Di Balik Jeruji Penjara Suci
10096      2134     5     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
I'll Be There For You
1282      612     2     
Romance
Memang benar, tidak mudah untuk menyatukan kembali kaca yang telah pecah. Tapi, aku yakin bisa melakukannya. Walau harus melukai diriku sendiri. Ini demi kita, demi sejarah persahabatan yang pernah kita buat bersama.
unREDAMANCY
8301      1961     6     
Romance
Bagi Ran, Dai adalah semestanya. Ran menyukai Dai. Ran ingin Dai tahu. Simple. Celakanya, waktu tak pernah berpihak pada Ran. Ini membingungkan. Ran tak pernah berpikir akan mengalami cinta sendirian begini. Semacam ingin bersama tapi dianya nggak cinta. Semacam ingin memaksa tapi nggak punya kuasa. Semacam terluka tapi ingin melihatnya bahagia. Ini yang namanya bunuh dir...
Verletzt
1495      683     0     
Inspirational
"Jika mencintai adalah sebuah anugerah, mengapa setiap insan yang ada di bumi ini banyak yang menyesal akan cinta?" "Karena mereka mencintai orang yang tidak tepat." "Bahkan kita tidak memiliki kesempatan untuk memilih." --- Sebuah kisah seorang gadis yang merasa harinya adalah luka. Yang merasa bahwa setiap cintanya dalah tikaman yang sangat dalam. Bahkan kepada...