Read More >>"> My X Idol (Tempat Ternyaman) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - My X Idol
MENU
About Us  

Suara musik yang menggema keras, penerangan yang remang-remang, bau asap rokok, dan yang paling menggangguku, bau alkohol yang sangat menyengat. Selamat datang di nerakamu, Nila.

“Kamu gak apa-apa?” tanya Kang Ikal dengan nada sekencang mungkin.

Aku mengangguk canggung. Orang-orang dengan pakaian minim sedang berdansa di lantai bawah. Mengikuti alunan suara DJ yang aku sendiri tidak tahu memainkan lagu apa. Semua yang kudengar hanya suara tidak jelas yang membuat kepalaku ikut merasakan pusing.

Sejak tadi aku hanya duduk di sebuah sofa berbentuk setengah lingkaran dan ditemani air putih dingin yang kini sudah tidak sedingin sebelumnya. Di samping kiriku, ada Kang Ikal yang sedang menyesap rokoknya dan meminum sesuatu berwarna yang bau alkoholnya cukup membuatku sakit kepala.

Lalu di samping kananku, ada seorang perempuan yang baru kuketahui jika ia teman sekelas Kang Ikal. Menggunakan mini dress berwarna hitam yang kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Sebenarnya ini pesta ulang tahun atau berusaha membuatku mati muda sih?

Berulang kali aku terbatuk karena asap rokok di mana-mana, ditambah aku yang tidak pernah bisa berdamai dengan bau alkohol. Rasanya kepalaku semakin berat seiring lagu-lagu yang dimainkan DJ di atas panggung.

Tak berapa lama, DJ tadi memainkan lagu yang lebih enak di dengar. Orang-orang yang tadi menari seperti kuda balapan itu perlahan menggerakkan tubuh mereka dengan lembut dan damai.

“Kamu gak mau minum?” tanya Kang Ikal menyodorkan segelas minuman beralkohol dengan warna-warna yang cantik itu.

Baunya benar-benar menyengat ketika minuman itu berada tak jauh dari indra penciumanku.

“Gak apa-apa, Kang. Belum haus,” elakku. Seumur hidup aku tak pernah mau minum minuman semacam itu, bisa mati nanti.

Aku menutup sebelah mataku sambil menahan sakit di kepala. Tanganku sengaja menekan daerah keningku agar sakitnya sedikit mereda.

Kang Ikal menyimpan minuman tersebut dan meraih tanganku.

“Kamu mau minum yang anget? Akang ambilin ya, sebentar.”

Aku mencoba menahan Kang Ikal agar lebih baik memulangkanku saja. Pesta semacam ini memang tidak cocok denganku yang cupu dan hobi ketenangan. Apalagi bau alkohol selalu membuatku pusing bahkan pingsan jika aku menghirupnya terlalu lama seperti sekarang.

Mataku mulai tidak fokus, pandanganku semakin kabur dan hanya bayangan tidak jelas ketika aku melihat ke arah Kang Ikal yang kembali dari meja bar. Walaupun aku mulai tidak fokus, setidaknya kini Kang Ikal mulai duduk di sampingku.

“Kang, maaf. Tapi aku pulang aja deh,” kataku tepat sebelum kesadaranku menghilang sepenuhnya.

Tubuhku ambruk di tubuh Kang Ikal. Sebelum benar-benar hilang kesadaran, yang kurasa hanya suara alunan musik yang lembut dan rengkuhan hangat dari lengan Kang Ikal yang melingkar di tubuhku.

Aku benar-benar benci bau alkohol, namun yang paling kubenci adalah perasaanku yang menyukai Kang Ikal karena menganggap ia begitu sempurna. Kupikir standar orang berbeda-beda satu sama lain, tapi bagiku, aku tidak bisa mentolerir hal semacam ini, termasuk kebiasaan Kang Ikal, rasanya ia tidak sempurna lagi di mataku, sama sekali musnah.

****

Bias matahari yang mengganggu tidur nyenyakku membuat kedua mata yang berat ini membuka perlahan. Jendela besar yang terhalang gorden membuat keningku mengkerut. Suasana kamar yang jelas bukan kamarku namun terasa familiar itu membuatku menebak-nebak sekarang aku ada dimana. Selimut tebal berwarna hitam ini masih menyelimuti tubuhku, ranjang besar nan empuk ini rasanya tak asing, ditambah bau khas pemiliknya.

Setelah berkutat dengan kepala yang masih kosong, aku memandangi langit-langit kamar dan lampu yang menggantung di tengahnya. Suasana monokrom cukup kentara di ruangan ini. Aku terperanjat dan segera bangkit lalu melihat sekeliling kamar ketika otakku mulai bekerja dengan semestinya.

Pintu yang tertutup perlahan membuka. Seorang laki-laki berperawakan tinggi sedang memakai apron putih dan spatula di tangan yang lainnya, kini mulai menatapku.

“Udah bangun? Mandi dulu gih, aku udah siapin sarapan. Kalau kamu butuh baju ganti, ada baju baru di lemariku, pakai aja,” kata Rangga yang lalu menutup pintu dan meninggalkanku yang terpaku menatap pintu yang kembali tertutup rapat itu.

Bagian mana yang sebenarnya adalah mimpiku?

****

Rangga menikmati omelet yang ia buat, sementara sejak tadi aku hanya menatapnya. Kaos hitam miliknya menjadi pakaianku kini. Karena tubuhnya yang tinggi itu, kaos ini bahkan menutupi lututku juga. Aku seperti anak kecil yang mencoba pakaian orang tuanya.

“Di makan, Ta,” katanya membuyarkan lamunanku.

“Hah? Apa?” tanyaku.

“Makan, udah dingin tuh,” katanya.

“Oh.”

Rangga menyimpan garpunya lalu mengambil garpu yang kupegang dan menunsukkan sepotong omelet. Ia menyerahkan garpu tadi padaku.

“Makan ya.”

Aku hanya memandangi Rangga. Jika pagi ini aku tidak berakhir di kamarnya, mungkin peristiwa menyeramkan akan menghancurkan hidupku selamanya. Kali ini, untuk pertama kalinya aku bersyukur Rangga muncul kembali di kehidupanku, dan melindungiku dengan caranya.

Pandanganku kembali buram, bukan karena efek alkohol, namun perasaan takut dan cemas yang akhirnya muncul dan membuat air mataku menumpuk.

“Kamu kenapa? Masih sakit?” tanya Rangga penuh kekhawatiran. Ia berdiri dan sedikit membungkuk di sampingku.

Aku tak menjawab, rasa sakit yang kurasakan bukan lagi muncul dari kepalaku, melainkan dari hatiku yang sedang kecewa.

Kedua tanganku memeluk Rangga, memaksanya untuk menjadi tempat aku bersembunyi dari semesta ketika aku tengah bersedih seperti sekarang. Rangga menepuk pundakku pelan, membalas pelukanku sambil berbisik, ‘Kamu udah baik-baik aja sama aku.’

Hal yang cukup menyedihkan ketika kau hampir saja terluka oleh orang yang kau anggap malaikat pelindung. Sayangnya kau selalu keliru, manusia tidak sesempurna para malaikat. Dan tahu apa yang paling menyedihkan? Ketika orang yang paling kau benci menjadi tempat ternyamanmu untuk bersembunyi dari alam semesta.

Setelah rasa sakit itu reda, aku kembali menyantap sarapan yang dibuat Rangga. Rasanya cukup enak karena sejak dulu yang bisa dibuatnya hanyalah omelet, skill memasaknya tidak berkembang sama sekali.

“Nanti kamu minum obat ini ya, satu jam selanjutnya aku bikinin susu hangat atau teh hangat. Kita makan siang di luar sebelum kamu pulang,” kata Rangga yang tengah sibuk di dapurnya.

“Rangga,” kataku lirih. Hidungku tersumbat sehingga suaraku seperti orang yang sedang flu.

“Kenapa?” tanyanya lembut.

“Kemarin kenapa kamu tau aku di sana?” tanyaku.

Rangga menghembuskan nafas. Menaruh segelas air dan obat-obatan di sampingku.

“Aku baru selesai siaran radio deket situ, beberapa orang yang ikut acara pesta ngasih tau aku kalau kamu ada di tempat yang paling kamu benci. Kamu pasti kesulitan ya kemarin?” katanya sambil membelai wajahku.

Tangannya yang hangat membuatku merasa nyaman dan dilindungi.

“Kamu juga tau kebiasaan Kang Ikal?” tanyaku.

“Aku bilang beberapa orang ngasih tau aku, aku juga berusaha buat ngasih tau kamu, dan memang sulit.”

“Maaf aku keras kepala.”

“Perempuan mana yang masih setia ketika hatinya sempat dipatahkan oleh seorang laki-laki.”

Kepalaku sedikit terangkat dan menatap Rangga lekat-lekat.

“Yang penting aku bisa jagain kamu, Ta. Walaupun kamu gak percaya sama aku.”

Rangga kembali membawaku bernostalgia pada momen putih abu-abu kami. Kalimat yang sama sempat ia lontarkan dulu, walaupun aku hanya menganggap omong kosong remaja yang sedang dimabuk asmara. Tapi kini, kalimatnya itu seperti janji untuk menjagaku selamanya.

Aku kembali memeluknya, memeluk laki-laki yang meninggalkanku, mematahkan hatiku, juga melindungiku. Dinding-dinding yang sempat membatasi hatiku dengannya mulai retak dan runtuh secara perlahan.

Tak akan kutemukan laki-laki sehebat Rangga. Dan tak akan pula kutemukan korelasi yang tepat mengenai sikap lembutnya dan alasan ia pernah meninggalkanku. Seandainya aku tahu alasannya, dinding-dinding itu akan runtuh secepat yang ia bisa.

Mungkin ini jawaban atas kebingunganku selama ini. Mungkin, aku kesal pada diriku sendiri karena terus saja mengingkari perasaanku yang masih tetap sama padanya. Mungkin kemarin aku frustasi karena tak bisa mencari tahu alasan Rangga pergi meninggalkanku. Sebab, baik dulu maupun sekarang, yang kutahu ia adalah laki-laki terbaik yang hanya kutemukan sekali dalam rentan hidupku di dunia.

“Ngomong-ngomong, orang-orang yang kamu maksud itu siapa sih?” tanyaku.

“Orang-orang di kampus, mereka selalu manggil aku jeger,” jawab Rangga.

Je-jeger?”

“Iya, jeger. Setiap aku lewat mereka, mereka manggil gitu ke aku. Aku sih cuek aja, gak peduli.”

“Ga, kamu tau gak arti jeger itu apa?”

“Apa?”

“Preman, orang yang berkuasa di suatu wilayah. Sejak kapan kamu jadi preman Ga?”

“Preman? Kok aku disebut preman? Aku gak per—“

“Kenapa diem?”

“Waktu ospek, aku sempet ribut sama ketua komisi disiplin.”

“HAH?!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dayana_putri

    Mantan oh mantan... Kenapa kau jadi lebih menawan setelah jadi mantan?

    Comment on chapter Bertemu Dengan Masa Lalu
Similar Tags
Rindumu Terbalas, Aisha
491      340     0     
Short Story
Bulan menggantung pada malam yang tak pernah sama. Dihiasi tempelan gemerlap bintang. Harusnya Aisha terus melukis rindu untuk yang dirindunya. Tapi kenapa Aisha terdiam, menutup gerbang kelopak matanya. Air mata Aisha mengerahkan pasukan untuk mendobrak gerbang kelopak mata.
Last Hour of Spring
1422      734     56     
Romance
Kim Hae-Jin, pemuda introvert yang memiliki trauma masa lalu dengan keluarganya tidak sengaja bertemu dengan Song Yoo-Jung, gadis jenius yang berkepribadian sama sepertinya. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. Gadis itu mengidap penyakit yang tak biasa, ALS. Anehnya lagi, ia bertindak seperti orang sehat lainnya. Bahkan gadis itu tidak seperti orang sakit dan memiliki daya juang yang tinggi.
Soulless...
5240      1169     7     
Romance
Apa cintamu datang di saat yang tepat? Pada orang yang tepat? Aku masih sangat, sangat muda waktu aku mengenal yang namanya cinta. Aku masih lembaran kertas putih, Seragamku masih putih abu-abu, dan perlahan, hatiku yang mulanya berwarna putih itu kini juga berubah menjadi abu-abu. Penuh ketidakpastian, penuh pertanyaan tanpa jawaban, keraguan, membuatku berundi pada permainan jetcoaster, ...
Time Travel : Majapahit Empire
44844      4202     9     
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
Run Away
6667      1493     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
RANIA
2083      716     1     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
Perverter FRIGID [Girls Knight #3]
1159      498     1     
Romance
Perverter FIRGID Seri ke tiga Girls Knight Series #3 Keira Sashenka || Logan Hywell "Everything can changed. Everything can be change. I, you, us, even the impossible destiny." Keira Sashenka; Cantik, pintar dan multitalenta. Besar dengan keluarga yang memegang kontrol akan dirinya, Keira sulit melakukan hal yang dia suka sampai di titik dia mulai jenuh. Hidupnya baik-baik saj...
Cinta dan Rahasia
404      301     0     
Short Story
Perasaan tak mudah untuk dipendam. Ketahuilah, manusia yang ‘kuat’ adalah manusia yang mampu mengekspresikan perasaanya. Itu semua wajar. Manusia akan merasakan senang bila mendapatkan kebahagiaan dan sedih bila harus kehilangan.
Koude
3044      1102     3     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
The Hidden Kindness
349      236     2     
Fan Fiction
Baru beberapa hari menjadi pustakawan di sebuah sekolah terkenal di pusat kota, Jungyeon sudah mendapat teror dari 'makhluk asing'. Banyak sekali misteri berbuntut panjang yang meneror sekolah itu ternyata sejak ada siswi yang meninggal secara serius. Bagaimana cara Jungyeon harus menghadapi semua hal yang mengganggu kerja di tempat barunya? Apakah ia harus resign atau bertahan?