Bill berlari menghampiri tempat itu, Bill mendapati Queen Liels yang tertidur di dalam naungannya di lapisi oleh sebuah sihir pelindung. Pelindung itu sangatlah kuat, saat Bill menyentuhnya, Bill langsung terpental dan mengenai Austine yang berjarak 5 m dari teman-temannya.
"Apa itu..Queen Liels?" tanya Austine pada Bill yang sekarang sudah ada di depannya. Bill mengangguk. Ketika Bill melihat kalung Queen Liels yang bersinar, Bill baru ingat bahwa kalung itu akan menyelamatkan pasangannya jika sesuatu terjadi pada mereka. Bill memikirkan sesuatu.
"Austine, bisa kau membantuku?" ujar Bill menatap Austine lamat-lamat.
"Apa?" tanya Austine heran apa yang bisa dibantu olehnya.
"Austine, aku ingin kau mengeluarkan alat panahmu sekarang juga dan.." belum sempat Bill melanjutkan perkataannya Austine sudah bertanya lagi.
"Apa Bill?" Austine menatap Bill yang akan melanjutkan perkataannya.
"Arahkan busur panahmu pada Jay, bunuh dia!" Austine terlonjak kaget.
"Kau gila!! Membunuh Jay?! Itu sangat mustahil Bill!" Austine benar-benar tidak habis pikir apa yang sebenarnya Bill pikirkan.
Bill menempatkan kedua telapak tangannya di bahu Austine, dan berkata sangat tenang untuk meyakinkannya.
"Jay akan baik-baik saja, hanya dengan itu Queen Liels bisa terbangun dari tidurnya dan memecahkan pelindung itu dengan kemampuannya sendiri, kumohon..Aku akan menutup matamu dengan telapak tanganku, kau hanya tinggal mengarahkan panah itu ke arah Jay," pinta Bill.
"Tapi...."
"Austine! tidak ada waktu lagi, kau lihat pintu itu? pintu itu akan tertutup 15 detik lagi, jika kita terlambat, kita akan terjebak di tempat ini untuk selamanya dan..Queen Liels akan mati, Ok?"
Bill menampakkan wajah memohonnya pada Austine. Austine mengangguk ragu.
"Siap?" Austine mulai memfokuskan sasarannya pada Jay. Tangannya bergemetar, takut Jay akan terluka. Bill menggenggam erat bahu Austine, meyakinkannya untuk tenang.
Austine merasakan keraguan di dalam hatinya, tapi Bill terus menutupi wajahnya dan menggenggam bahunya erat. Itu cukup membuat Austine percaya diri. Walau dalam kadaan mata tertutup Bill yakin panah itu tidak akan mlesat. Hitungan detik kelima, panah itu akan diluncurkan.
"1..2..3..4..5"
"JAY!!!!" pekik Cella dan Carrol secara bersamaan.
Panah itu meluncur tepat pada sasaran. Pelindung itu musnah seketika, Queen Liels terbangun untuk melidungi Jay. Tubuh Austine bergemetar hebat, dia tidak bisa melihatnya sekarang. Bill menangkup kepala Austine untuk menenangkannya.
"Kau bak-baik saja?" Queen Liels berbicara. Jay mengangguk pelan.
Queen Liels terlihat sama mudanya seperti Bill, wajahnya mempesona dengan bola matanya yang berwarna biru kehitaman, juga rambutnya yang berwarna hitam, membuatnya terlihat sangat cantik.
Setelah semuanya berakhir. Bill menbuka mata Austine. Austine membuka matanya perlahan dan langsung menghampiri Jay yang ternyata baik-baik saja.
"Jay! Kau tak apa?" tanya Austine yng sangat khawatir panahnya akan melukai Jay.
"Kau hampir saja membuatku mati tau! Untung saja aku selamat, kalau tidak, mungkin kau akan di penjara ketika sampai di london nanti," ujar Jay yang dianggap sangat berlebihan oleh Carrol dan Cella.
Austine menghela nafas lega. Griscella melontarkan senyumannya kepada Austine, Austine yang menyadari Cella tersenyum padanya, langsung memeluk temannya itu.
"Kau hebat Austine," ucap Cella membalas pelukan temannya itu.
Bill membungkukkan badannya menandakan rasa hormatnya pada Queen Liels.
"Terima kasih Bill, kau telah menyelamatkanku" Liels memberikan senyum terbaiknya pada Bill.
"Aku tidak akan bisa menemukanmu jika tidak ada mereka," Bill menoleh kearah empat temannya yang sedang berbincang bersama.
"Siapa mereka Bill? Dan.. mengapa lelaki tadi mempunyai kalung yang sama denganku?" tanya Liels pada Bill.
"Kau bisa lihat sendiri Queen, mereka adalah keturunan dunia ini. Jay, dia pemilik kalung itu dan.. perempuan yang tadi memanah adalah anak dari bibi Gabriella, dan juga Griscella anak dari raja Rovin,"
"Sungguh mengejutkan. Bill, aku ingin bicara dengan mereka," ujar Liels dengan mata yang berbinar. Bill menggeleng cepat.
"Tidak sekarang Queen, sebentar lagi pintunya akan terkunci, kita harus segera keluar dari sini." Tutur Bill yang sejak tadi memerhatikan waktu yang berjalan di pintu tersebut.
"Baiklah," Liels mendesah pelan. Bill berlari menghampiri Jay dan teman-temannya, untuk membri tahu bahwa mereka harus segera keluar dari tempat itu.
"Jay! Carrol! Austine! Cella! kita harus segera keluar dari sini, sekarang juga! waktu kita tinggal 3 detik lagi, cepat sebelum pintu itu terkunci." Ujar Bill dengan nada yang sedikit panik.
Mereka bergegas untuk keluar dari ruangan itu. Carrol menempati posisi orang terakhir yang keluar dari tempat itu. Setelah berhasil keluar dari tempat itu, mereka menghela nafas lega. Pintu itu terkunci lagi.
"Mmm..apa kau Queen Liels yang selama ini dicari oleh Bill?" tanya Cella spontan, sejak tadi tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya banyak hal pada Liels.
"Ya, Aku Queen Liels, senang bisa bertemu denganmu.. putri Griscella," Griscella tertawa masam.
"Putri? Maaf, aku bukan putri seperti yang kau maksud. Aku hanya manusia biasa," Ujar Cella tersenyum kecil. Queen Liels tersenyum manis kepada Cella.
"Aku akan mengantar kalian keluar dari tempat ini, tapi sebelum itu, aku ingin mengajak kalian singgah di istanaku, apa kalian mau menerima tawaranku?"
"Dengan senang hati Queen," ujar Carrol menyunggingkan senyumnya. Pandangan mereka saling bertemu satu sama lain Carrol merasa pernah melihat Liels sebelumnya, tapi ia ragu. ' siapa lelaki ini? Sering kali dia muncul di mimpiku satu bulan terakhir ini,' batin Liels setelah melihat wajah Carrol dengan jelas. Bill berdeham menyadarkan mereka.
"Aa.., kalau begitu pejamkan mata kalian,"
Mereka mulai memejamkan matanya masing-masing. 5 detik kemudian sampailah mereka di istana yang sangat luas dan megah. Istana Aleoveen.
"Buka mata kalian." ujar Queen Liels.