"Jay!!Austine!!"
Carrol dan Griscella datang dari sudut kiri mereka. Austine yang melihat kedatangan Cella langsung berlari ke arah Cella dan menghambur kedalam pelukan Cella.
"Cell, kukira kita tidak akan bertemu lagi.." ujar Austine masih dalam keadaan memeluk Cella. Jay dan Carrol hanya saling membenturkan bahunya saling tersenyum lega.
Selang beberapa detik, mereka membisu ketika melihat Bill yang sedang memerhatikan mereka, Austine melirik ke arah Cella, berisyarat untuk memberi penjelasan tentang Bill.
"Ok Jay, Austine, namanya Bill, dia yang sudah membantu aku dan Carrol menelusuri labirin ini untuk mencari kalian."
"Ah..jadi begitu, hai perkenalkan namaku Austine," Austine mengulurkan tangannya pada Bill dan Bill menerima uluran tangan Austine dengan tersenyum.
"Aku Bill Claustine," Ketika Austine mendengar nama belakang pria itu Claustine, Austine berseru bangga.
"Waah..nama kita hampir mirip. Austine, Claustine.." Bill hanya terkekeh, dan Cella malah menjitak kepala Austine.
Bill Claustine. Sejak pertama bertemu, pandangannya tak pernah terlepas dari Austine. Bill merasa bahwa Austine adalah seseorang yang selama ini ia cari, tapi ia segera menutupi prasangkanya.
"Carrol, Cell.., tadi aku dan Jay mengalami sesuatu yang sangat menegangkan bakal hampir membuat kami kehabisan nafas," Austine mulai bercerita hal yang terjadi sebelum kedatangan mereka. Carrol dan Cella menyimak cerita Austine dengan seksama. Hingga pada akhir kalimat Carrol yang melanjutkannya.
"dan..Austine menembakkan anak panahnya ke beruang raksasa itu, seketika itu juga, beruang raksasa itu musnah, hilang entah kemana," tutur Carrol.
Cerita itu berhasil membuat Jay dan Griscella terperangah. Dan menimbulkan prasangka di dalam hati Bill muncul kembali. 'Austine bisa memanah? Monster itu musnah setelah Austine meluncurkan busur panahnya? Apakah mungkin dia..' semua itu memenuhi pikiran Bill.
"Ada satu lagi hal aneh yang terjadi.." raut wajah mereka semua berubah menjadi serius.
"Kalung Jay...kalung Jay bersinar,"
Cella benar-benar terkejut mendengar hal yang terjadi pada kedua temannya itu, begitu juga dengan Carrol. Bill merasa sangat penasaran dengan hal itu.
"Boleh kulihat kalungnya?" Bill membuka mulutnya penasaran akan kalung tersebut. Jay merogoh sakunya untuk mengambil kalung itu. Lalu memberikannya kepada Bill.
Belum sampai Bill mengambilnya, kalung itu bersinar lagi, sangat silau. 'itu..itu kalung yang sama persis dimiliki oleh Queen Liels, dan orang ini mempunyainya? Sebenarnya siapa mereka semua? datang dari London, tapi memiliki hal yang seharusnya tak dimiliki oleh manusia fana,' batin Bill heran.
"Bill, ini kalungnya, bukankah tadi kau ingin melihatnya?" Cella menyodorkan kalung itu pada Bill, Bill menggeleng, urung ingin meminjamnya, karena Bill tau kalung itu tidak akan bisa berada di tangannya.
"Maaf, tidak jadi, aku tidak bisa memegangnya,"
Perkataan Bill membuat mereka semaki heran. Sebenarnya apa yang diketahui oleh Bill? Dan mengapa Bill bisa berperawakan seperti orang istana?. Itu yang sebenarnya mereka tanyakan selama ini.
"Sorry Bill, tapi bolehkah aku bertanya? Siapa yang sedang kau cari di tempat seperti ini? Dan sebenarnya tempat apa ini? Bisakah kami keluar dari sini? Bagaimana caranya?,"
Cella menjitak kepala Jay karena pertanyaannya yang bertubi-tubi. Tapi Bill mengerti akan hal itu, karena Bill juga ingin mengeluarkan semua yang ada di benaknya kepada mereka, tapi Bill belum ada keberanian untuk mengutarakannya.
"Aku paham, kalian heran sekali bukan? perawakanku yang seperti orang dari istana, dan juga tentang labirin ini? Aku akan menjelaskan semuanya pada kalian,"
Mereka memilih posisi untuk duduk walau hanya dengan beralaskan semen. Mereka membenarkan posisinya menyimak perkataan Bill, menatap Bill lamat-lamat.
"Aku Bill Claustine memang berasal dari sebuah istana, kerajaan Aleoveen. Dan aku kesini untuk mencari Queen Liels yang sudah menghilang selama dua bulan, labirin ini sudah berdiri sangat lama, labirin ini dibuat oleh ratu kami yang telah wafat, tapi setelah di salah gunakan oleh penyihir jahat, labirin ini menjadi labirin yang penuh dengan kebohongan,"
"kebohongan?" Austine tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Bill tentang kebohongan.
"Ya, labirin ini suatu saat akan berubah-rubah menjadi sebuah tempat yang asing, semua yang kalian lihat adalah semu, tidak nyata. Kalian akan menyadarinya setelah kalian menyaksikannya sendiri. Lalu..., Aku tidak tahu pasti tentang hal ini, dunia kalian dan dunia kami adalah dua dunia yang sangat berbeda, mencari jalan keluar dari labirin ini sangatlah sulit, aku tidak tahu pasti apa kalian bisa keluar atau tidak dari labirin ini.., tapi setelah aku mengamati kalian.., kurasa kalian akan bisa melewatinya," tutur Bill.
Bill mulai mengutarakan pikirannya tentang mereka. Carrol, Jay, Cella maupun Austine, hanya diam menyimak Bill dengan amat sangat serius. Tapi kalimat Bill yang terakhir tadi mengingatkan mereka akan hal yang baru-baru ini terjadi, mereka terbang dalam fikiran mereka masing-masing. Mereka berfikir tentang Jay yang mempunyai kalung yang bersinar, Austine yang amat sangat pandai dalam memanah, bahkan memusnahkan monster. Itu semua memenuhi fikiran mereka.
"Boleh aku bertanya pada kalian?" ucap Bill mengaburkan lamunan mereka.
"Silahkan Bill, apapun yang kau tanyakan, kami akan menjawabnya," ujar Carrol. Bill menelan ludah, siap untuk melontarkan pertanyaan yang selama ini telah ia pendam.
"Siapa kalian sebenarnya?" pertanyaan itu semakin membuat mereka heran. 'siapa kalian?' apa maksud dari pertanyaan Bill yang sebenarnya?, itu yang terbenak di otak mereka setelah mengetahui pertanyaan Bill yang sangat mengherankan.
"Kami hanya orang biasa Bill.." sahut Cella sangat heran dengan pertanyaan Bill.
"Kalian memang berfikiran seperti itu, tapi.. apa kalian tidak pernah menyadari sesuatu yang aneh dari diri kalian?, kalung Jay yang bersinar, Austine yang memusnahkan monster hanya dengan busur panahnya, apa kalian tidak berfikir akan hal itu?" ujar Bill menggebu-gebu.
Mereka kembali tenggelam dalam fikiran masing-masing. Jay merasa sangat jengkel dengan perkataan Bill, karena menurut Jay hal itu tidak lebih penting daripada mencari jalan keluar. Jay bangkit dari duduknya.
"Ok friends, Bill. Aku tau itu sangat aneh. Tapi, sekarang yang terpenting adalah memikirkan jalan bagaimana kita bisa keluar dari labirin ini, kita pikirkan masalah itu nanti," ucap Jay dengan nada santai tapi terdengar sangat tegas.
"Ok, aku tau siapa yang dapat membantu kalian, untuk keluar dari tempat ini," ucap Bill.
"Siapa itu? Beritau pada kami," ucap Jay.
"Hanya satu orang yang dapat membantu kalian, yaitu.. Queen Liels, dan kalin harus mencarinya, aku akan membantu kalian," Mereka berempat mengangguk setuju.
"Baik, sekarang dimana kita harus mencarinya?"
Bill menggelengkan kepalanya. Tidak tahu bagaimana caranya menemukan Queen Liels, karena Bill sudah kurang lebih satu bulan mencari Queen Liels, itu semua hanya sia-sia, Queen Liels tak kunjung terlihat atau bahkan memunculkan batang hidungnya di Istana Aleoveen.
"Kenapa Bill? Kenapa kau menggeleng?" tanya Carrol.
"Aku tidak tau bagaimana lagi aku harus mencari Queen Liels," ucapnya terdengar pasrah.
Mendengar jawaban seperti itu dari Bill, mereka merasa sedikit ragu untuk bisa menemukan Queen Liels tapi Jay meyakinkan mereka untuk tetap pada tujuan. Mencari Queen Liels.
"Aku tidak ingin dengar keluhan siapapun, tujuan kita adalah mencari wanita itu dan..apapun caranya, bagaimanapun caranya kita harus tetap menemukannya." Ujar Jay penuh keyakinan.
Keyakinan Jay itu membuat ketiga temannya juga Bill, menjadi percaya diri dan tambah semangat untuk menjalankan misinya bersama teman barunya, misi mencari Queen Liels.
"Ok! Apapun yang terjadi kita harus tetap mencari Queen Liels, keep fight!!" seru Cella lantang disertai anggukan Carrol dan Austine juga senyuman kecil yang terukir di wajah Bill,
' Ini pertama kalinya aku bekerja sama dengan manusia biasa, dan..keyakinan mereka juga pendirian mereka yang kuat, membuatku salut dengan mereka, syukurlah..' batin Bill.