Penjaga memberikan instruksi kepada semua tamu undangan yang berkumpul dihalaman untuk segera memasuki mansion dan menuju aula dimana pelelangan akan diadakan. Sebuah mansion yang sangat besar yang mampu menampung begitu banyak orang terpandang di inggris, begitu juga dengan Alice dan pelayanya. Tak lama berselang terdengar suara dari balik tirai di atas panggung
“untuk seluruh tamu undangan yang terhormat, yang telah hadir di tempat ini untuk mengikuti acara pelelangan yang akan dilaksanakan, saya ucapkan terimakasih. Tanpa perlu berlama- lama acara pelelangan pada hari ini, saya buka!”.
“Prok.. prok.. prok.. prok” suara gemuruh dari tepuk tangan para tamu yang memenuhi aula mansion diikuti dengan ditariknya tirai di atas panggung.
“Pertama izinkan saya untuk memperkenalkan diri, saya adalah Baron of Bagot. Saya yang akan menjadi Auctioneer, untuk seluruh tamu yang akan menawar Lot, dan jangan lupa untuk mempersiapkan Paddle kalian.”. melihat kearah assistant
“Assistant bawa Lot pertama masuk!!” kata Baron.
Assistant berjalan mendekati Baron dengan membawa Lot pertama yang masih ditutupi oleh kain hitam.
“Lot pertama yang akan dilelang adalah sebuah perhiasan yang berasal dari india, perhiasan yang hanya bisa dipakai oleh perempuan. Sebuah perhiasan yang memiliki kutukan untuk bangsawan pria atau para raja yang menggunakanya. Ini dia berlian Koh-i Noor yang memiliki arti gunung cahaya ! harga di buka mulai dari 5s! silahkan berikan bid tertinggi kalian.”
““10s” “15s !” “£2!” suara dari tamu yang melakukan penawaran harga.
Shilling dilambangkan dengan (s), Pounds dilambangkan dengan (£), dan Penny dilambangkan dengan (p).
Auctioneer adalah pembawa acara dalam sebuah pelelangan. Lot adalah objek yang akan dilelang. Paddle adalah sebuah papan kayu yang digunakan ketika menawar barang, dan Bid adalah proses penawaran barang.
“Hai pergilah selidiki tempat ini, aku masih merasakan ada sesuatu yang janggal disini” kata Alice kepada si pelayan.
“YES, MY LADY !” balas si pelayan.
Pelayan mulai mengelilingi mansion untuk mencari informasi tentang pelelangan yang sedang diadakan. Apakah ada hubunganya dengan perdagangan manusia seperti apa yang dikatakan Alice saat di perjalanan.
Sementara itu di aula tempat pelelangan berlangsung..
“Apa yang orang sepertimu lakukan di tempat ini? apa kau juga mencurigai acara pelelangan ini ?” tanya seorang pria tua berambut putih dengan mantel cokelat panjang.
“Diamlah ! kau tidak berhak menanyakan apapun kepadaku !” jawab Alice
“Kau tak perlu menjawabnya, aku yakin tujuanmu ketempat ini untuk menyelidiki kemungkinan adanya hubungan pelelangan ini dengan organisasi yang melakukan perdagangan manusia beberapa bulan lalu, dan pasti karena itulah kau kemari atas perintah dari ratu bukan ?”
“lalu apa yang Scotland Yard lakukan di tempat ini ?” tanya Alice tanpa menjawab pertanyaan si pria tua.
“Kau tidak berhak untuk menanya....”
“Lupakan, aku tidak butuh jawaban darimu” potong Alice
“Argggh!! Kauuuuu!” kata pria tua
Tiba- tiba ada seorang pria yang datang dari kerumunan menghampiri Alice dan si pria tua yang sedang bicara.
“Tuan Alden!’ kata pria tersebut.memanggil si pria tua.
“Ada apa? apa kau sudah mendapatkan informasi mengenai tempat ini ?” tanya si pria tua.
“Sebelumnya maaf menganggu perbincangan anda tuan, ada hal yang harus aku sampaikan .......” berbisik pada Alden
“kalau begitu cepat selidiki ruangan tersebut!” kata Alden
“Baik tuan! Tapi sebelum itu, siapa sebenarnya orang yang bersama anda ini, apakah dia anggota dari Scotland Yard juga ?” tanya si pria kepada Alden.
“Bukan, dia adalah bangsawan inggris dengan gelar Countess dan juga menjadi salah satu orang kepercayaan ratu, Alice the Queen’s Watchdog!” kata Alden
“Aaaaaaaapa ?” dengan ekspresi tidak percaya dan menatap Alice
“Maafkan saya, saya sudah lancang memotong pembicaraan anda dengan tuan Alden, dan izinkan saya untuk memperkenalkan diri, nama saya Dean salah satu anggota dari Scotland Yard dan juga bawahan dari tuan Alden.” Sambil membungkukan badan dihadapan Alice.
Dean pria dengan rambut lurus berwarna hitam, memakai topeng yang merupakan syarat untuk memasuki tempat ini, dan menggunakan mantel panjang berwarna cokelat sama seperti yang digunakan oleh Alden.
Di era ini, memanggil atau berbicara dengan seseorang yang belum dikenalkan secara formal adalah hal yang tidak sopan. Dalam sebuah perkenalan bangsawan dari kelas yang lebih rendah dikenalkan kepada kelas yang lebih tinggi.
“Ya tak apa, untuk kali ini aku maafkan, setidaknya kau lebih tau tatakrama dibandingkan dengan atasanmu itu.” Dengan nada menyindir Alden,
Tiba- tiba Dean langsung memegang tangan Alice dan membuat Alice terkejut.
“Waaaah senangnya, ini pertama kalinya aku bisa berbicara langsung dengan bangsawan dengan gelar tinggi seperti Countess.” dengan ekspresi yang ceria. “tapi, seingatku bukankah Countess adalah gelar yang diberikan untuk bangsawan wanita ?” sambil menatap Alice “Apa jangan- jangan kau adalah seorang waniii...?” sambil melepaskan genggaman tangan Alice
Duke adalah gelar tertinggi dari lima gelar kebangsawanan Inggris, gelar wanita untuk Duke adalah Duchess. Di urutan kedua yaitu Marquess untuk laki- laki dan gelar wanitanya yaitu Marchioness. Earl atau Count menempati urutan ketiga, dan gelar wanitanya disebut Countess. Keempat yaitu Viscount dan gelar wanitanya disebut Viscountess, dan terakhir Baron dan gelar wanitanya disebut Baroness.
“...............................” Alice hanya diam dengan wajah yang memerah sambil menatap Dean.
“Maafkan aku, Maafkan aku, Maafkan aku...” mengucap berulang kali sambil membungkukan badanya didepan Alice
“Hentikan ocehanmu, kau cerewet sekali untuk seorang bawahan” kata Alice
Dean yang masih tidak percaya terus memandangi Alice yang memiliki rambut pendek dengan warna kecoklatan dan bola mata berwarna biru seperti sapphire yang sangat cocok dengan pakaian yang sedang ia gunakan. Rompi hitam yang dilapisi dengan mantel yang warna yang sama, dengan bawahan celana panjang yang ujungnya dimasukan kedalam sepatu boots hitam panjang dengan hak tinggi, serta sepasang piercing ditelinganya.
Dean terus memandangi Alice kemudian berkata “Cantiknya!” dengan spontan
“Jauhkan pikiran mesum mu tentang diriku dasar bawahan kurang ajar!” wajah Alice pun memerah karena ucapan Dean itu.
“Maafkan aku, Maafkan aku, Maafkan aku, aku tidak bermaksud demikian.” Ucap Dean.
“Dean!! Hentikan ocehanmu, cepat pergi lakukan tugasmu!” ucap Alden.
“Ba.. Baik tuan !” Dean bergegas meninggalkan aula tempat pelelangan berlangsung dan berkata kepada Alice “Sampai bertemu lagi nyonya.”.
***
Sementara itu dibagian lain mansion, si pelayan menyelidiki sebuah ruangan yang didalamnya terdapat sebuah pintu rahasia yang berada dibalik tirai berwarna merah.
“Sebelum aku melaporkanya ke Alice, lebih baik aku pastikan terlebih dahulu pintu pintu ini menuju kemana.” ucap pelayan dalam hati.
Diapun memasuki pintu tersebut yang mana terdapat sebuah tangga yang mengarah turun kebawah. Sepertinya tangga tersebut membawa si pelayan menuju ruang bawah tanah. Diapun pergi menelusuri tempat tersebut, melewati lorong yang hanya diterangi oleh cahaya dari lilin yang menempel di tembok dan sudutnya.
“tuk.. tuk.. tuk“ suara langkah kaki si pelayan yang sedang menelusuri lorong tersebut. Sampai akhirnya dia menemukan sebuah pintu diruang bawah tanah, si pelayan mendekati pintu tersebut dan menempelkan kupingnya dipintu itu.
Tiba- tiba seseorang datang menghampiri si pelayan dan berkata “ Hai, apa yang kau lakukan disana ?” yang ternyata dia adalah orang yang bertugas menjaga pintu tersebut.
“Tidak, aku hanya sedang berkeliling di mansion dan tanpa sengaja aku sudah berada ditempat ini.” Jawab si pelayan
“Bagaimana bisa ? sedangkan pintu diruangan atas dijaga oleh petugas” dengan meninggikan suaranya.
“Oh maksudmu, dua orang yang berada didepan pintu ya? Aku hanya sedikit membantu mereka untuk beristirahat. Karena kelihatanya mereka lelah.” Jawab pelayan sambil tersenyum.
Tiba- tiba penjaga tersebut berlari kearah pelayan tersebut dan berusaha menyerangnya. Namun, si pelayan dengan cekatan berhasil melumpuhkan si penjaga “buughh” memukul perutnya hingga tak sadarkan diri.
“Lebih baik kau beristirahat seperti yang lainya.” Kata si pelayan
Sementara itu, Dean tiba disebuah pintu yang didepanya terdapat dua orang penjaga yang tidak sadarkan diri. Ternyata hal yang disampaikan Dean kepada Alden adalah mengenai ruangan ini, dimana dari banyak ruangan di mansion ini, hanya ruangan ini lah yang dijaga. Namun, Dean penasaran apa yang telah terjadi dengan kedua penjaga yang taksadarkan diri ini. Dean pun membuka pintu dan memasuki ruangan tersebut.
“Aneh, ruangan kosong seperti ini sampai dijaga oleh dua orang.” Sambil melihat- lihat ruangan tersebut. Sampai pada akhirnya Dean tidak sengaja menyentuh tirai merah diruangan tersebut dan merasakan ada sesuatu dibaliknya. “Sreek..” suara Dean yang menyibakan tirai.
Dean mencoba melihar apa yang ada dibalik tirai “Pintu? Untuk apa ada pintu disini? dan sepertinya pintu ini sengaja disembunyikan.”
Kembali keruang bawah tanah setelah si pelayan berhasil melumpuhkan salah seorang penjaga, dia pun mecoba membuka pintu tersebut, namun pintunya terkunci. Tiba- tiba dia melihat kearah penjaga yang tak sadarkan diri dan mulai memeriksa tubuh penjaga tersebut untuk mencari kuncinya.
“Wahwah kalau Alice melihat ini pasti dia akan merasa jijik padaku.” Si pelayan berhasil menemukan kunci yang tergantung di pinggang si penjaga, dan segera membuka dengan mendorong pintu tersebut. “Krieeeet”. Ternyata di dalam ruangan tersebut terdapat sekumpulan wanita dengan keadaan mata, mulut, tangan dan kaki yang diikat kain.
Tidak berselang lama, Dean pun tiba di ruang bawah tanah dan mendapati seorang penjaga yang tidak sadarkan diri, dan disana Dean melihat ada sebuah ruangan dengan posisi pintu yang terbuka kemudian menghampiri ruangan tersebut. Kemudian Dean melihat ada seorang pria yang berpakaian serba hitam dan mengenakan topeng di wajahnya.
@Madesy tunggu update berikutnya, makasih udah mampir
Comment on chapter BEGINNING