“Alice..! Alice...! Ali..”
“Berisik !!” jawab Alice dengan jengkel
“Apa kamu tidak merasa bosan ? kita tidak memiliki apapun untuk dikerjakan akhir- akhir ini” melihat ke arah Alice yang sedang membaca surat kabar.
Seorang bangsawan remaja dengan bola mata berwarna biru layaknya sapphire, kulit pucat kemerahan, bergaya rambut pendek dengan bagian depan yang sedikit panjang disisir kearah kanan yang terkadang menutupi mata kanan nya, dan dengan warna rambut hitam kecokelatan membuatnya menjadi bangsawan yang elegan.
Sambil terus membaca surat kabar harian seakan ada yang sedang dia cari di surat kabar tersebut. Sesekali dia menanggapi keluhan seorang pelayan yang berbicara denganya.
“Lebih baik lakukan tugasmu sebagai seorang pelayan, buatkan aku breakfast tea!, dari pada terus mengeluh tidak karuan.” sambil tetap fokus memperhatikan surat kabar yang dia baca.
“Tiga tahun telah berlalu sejak tragedi di ulang tahunku yang ke-13. Hari dimana nyawa kedua orangtuaku dan semua yang kumiliki diambil begitu saja didepan kedua mataku. Semenjak kejadian itu, sekarang aku selalu bersamanya. Ya, dialah orang yang berjanji kepadaku disaat aku sudah tidak peduli dengan yang namanya kematian, dan kini dia menjadi seorang pelayan, tapi kenyataanya dia adalah iblis, iblis yang cerewet lebih tepatnya. Lucu bukan?
Kami berdua berhasil membangun kembali mansion yang sudah hancur dilahap oleh api pada malam itu. Beberapa kerabat ayah dan ibuku terkadang mengunjungiku dan mengucapkan turut berduka atas kejadian yang menimpa keluargaku. Akan tetapi, entah mengapa aku tidak dapat melihat kebaikan dalam hati mereka, ekspresi sedih mereka, air mata, dan ucapan manis merekapun itu terlihat palsu bagiku.
Aku juga mendapatkan surat dari kerajaan yang dimana surat itu langsung ditulis oleh sang ratu. Dalam suratnya dia menulis bahwa aku diminta untuk menlanjutkan pekerjaan yang selama ini dikerjakan oleh ayahku, yaitu sebagai utusan kerajaan. Dan akupun menerima tawaran tersebut, bukan berarti aku ingin benar- benar menjadi utusan kerajaan. Aku berfikir ini bisa menjadi batu loncatan untuk mencapai tujuanku.”
**
“Ayolah! Bukan pekerjaan seperti itu yang kumaksud, maksudku adalah pekerjaan yang seperti ini dan itu” menjelaskan dengan menggunakan gerakan tangan.
“ ... ” Alice tidak bicara sepatah katapun.
Seperti seorang yang sedang kalah bertaruh, akhirnya si pelayan melakukan apa yang majikanya inginkan.
“Huuuuuuuuuft, baiklah tuan mudaku yang cantik, secangkir breakfast tea akan segara datang” *menghela nafas, dan dengan nada sedikit terpaksa diapun keluar dari ruangan Alice yang berada di lantai 2 kemudian menuju ke dapur yang letaknya di lantai satu.
Tidak lama berselang setelah si pelayan keluar ruangan. Raut wajah Alice tiba- tiba berubah setelah melihat sesuatu yang ada di surat kabar. Wajah yang tadinya tak menunjukan ekspresi apapun kini terlihat seperti seorang yang menemukan apa yang sedang ia cari. Alice beranjak dari kursi dan mejanya menuju keluar ruangan. Beberapa saat kemudian, tiba- tiba si pelayan masuk sambil membawa breakfast tea yang diminta oleh Alice sebelumnya.
“Alice, maaf membuatmu menunggu tapi, sepertinya kita keha....” dipotong oleh Alice
“Cepat persiapkan kereta kuda!, kita punya hal yang harus dikerjakan” berjalan mengambil teh diatas platter yang sedang dibawa oleh si pelayan dan meminumnya.
“Uhuuk.. uhuk, pahit! “ sambil menatap si pelayan.
“Ya, karena kita keha....” dipotong lagi oleh Alice.
“Aku tidak punya waktu untuk mendengar ocehanmu, Cepat siapkan kereta kudanya !”
“Kereta kuda? untuk apa? apakah kita akan pergi kesuatu tempat untuk melakukan ini dan itu ?” sambil menatap Alice yang beranjak keluar ruangan.
“Pakailah, pakaian yang mencerminkan kau adalah seorang bangsawan, walaupun kenyataanya hanya seorang iblis berkostum pelayan” dengan nada mengejek sambil berjalan keluar ruangan.
Pelayan pun segera menyiapkan kereta kuda seperti yang diminta oleh Alice, merekapun akhirnya berangkat menuju suatu tempat. Dimana, tempat tersebut muncul dalam surat kabar yang dibaca oleh Alice pagi tadi. Dengan pelayan sebagai kusir kereta kuda tersebut, dan Alice yang berada dibagian dalam tubuh kereta. Mereka sesekali melakukan pembicaraan lewat bagian kecil yang mirip jendela, namun tanpa dilapisi kaca yang berada di belakang kursi kusir.
“Hai, apa sebenarnya yang akan kita lakukan ?” tanya pelayan dengan nada penasaran.
“Kita akan pergi kesebuah tempat pelelangan” sambil memejamkan matanya.
“Waaaah ! apa kau sedang mencari sebuah barang antik ? tunggu, tapi orang sepertimu sepertinya tidak akan tertarik dengan hal seperti itu.... hmmmmm apa ini ada hubunganya dengan melakukan ini dan itu?”
“Berhentilah berkata ini dan itu, karena terdengar seperti kita akan melakukan se.. se...tu.. ” gugup dengan wajah yang memerah karena membayangkan sebuah adegan dewasa.
“Sepertinya kau sudah dewasa ya sekarang tuan, aku jadi terharu mendengarnya” sambil meledek Alice.
“Cerewet! Lebih baik kau fokus mengendarai keretanya, aku tidak ingin kereta ini terbalik dan membuat tubuhku yang halus ini jadi penuh luka” dengan nada menyombongkan diri dan balas meledek si pelayan sambil melirik melalui jendela kecil.
Apapun yang akan Alice dan dirinya lakukan hari ini, pastilah hal yang akan membawa mereka kepada situasi yang menarik pikir si pelayan.
“Hai Alice, apakah ini ada hubunganya dengan perintah yang di berikan oleh ... untuk mu?” bertanya dengan nada serius.
“Lebih tepatnya tujuan kita pergi ke pelelangan tersebut adalah untuk menyelidiki kemungkinan adanya keterkaitan suatu organisasi yang melakukan perdagangan manusia, dengan pelelangan yang diadakan hari ini. Kasus ini sempat menghilang sekitar empat bulan yang lalu, dan terdengar kabar bahwa organisasi tersebut telah dibubarkan dan adapula yang mengatakan bahwa mereka sudah berpindah negara. Tapi aku berfikir adanya kemungkinan bahwa berita tersebut adalah bohong” menjawab pertanyaan si pelayan dengan serius sambil memikirkan sesuatu.
“Sudah kuduga ini akan menjadi kasus yang menarik, tapi apakah kita bisa masuk dengan mudah ketempat seperti itu jika memang pelelangan tersebut berkaitan dengan organisasi yang melakukan perdagangan manusia?”
“Kalau soal itu aku serahkan kepadamu” jawab Alice
“Itulah yang aku suka dari seorang an..., hei tunggu ! apa maksudnya kepadaku ?” dengan nada terkejut.
“Berhentilah mengoceh ! kau membuat kupingku sakit” kata Alice dengan nada dingin.
Kereta kudapun akhirnya berhenti di depan sebuah mansion mewah milik salah seorang bangsawan. Di halaman mansion yang luas serta memiliki taman yang mengelilinginya, terlihat banyak orang yang sudah berkumpul dengan menggunakan pakaian dan perhiasan mewah, serta topeng yang bertujuan untuk menutupi wajah asli mereka. Namun, topeng tersebut takan bisa menutupi identitas mereka sepenuhnya. Yang pada dasarnya adalah orang- orang dari kelas atas dengan berbagai latar belakang. Sementara itu, ketika Alice dan si pelayan yang hendak menuju kehalaman tempat para tamu berkumpul mereka didatangi oleh orang yang tidak dikenal.
“Hai, kalian berdua, apa yang kalian lakukan? Sebentar lagi acaranya akan dimulai, pakailah topeng kalian!” bicara kepada Alice dan si pelayan.
“Cih.. menyusahkan saja!” kata Alice dengan berbisik.
“Tenang saja” kata si pelayan kepada Alice.
“Apa kalian lupa membawa topengnya ? itu adalah salah satu syarat dan bukti kalau kalian adalah tamu terpilih untuk mengikuti pelelangan hari ini! atau jangan- jangan kalian tidak memilikinya?” petugas membentak Alice dan si pelayan.
“Tenang saja tuan, kami memiliki topeng seperti yang lainya, lagi pula mana mungkin kami melupakan hal penting seperti itu” sambil menunjukan topengnya kepada si penjanga.
“Kau...” terkejut dengan apa yang dilakukan oleh si pelayan.
“Ini topengmu tuan” memberikan topeng satunya kepada Alice sambil membisikan sesuatu.
“Kau tidak perlu kagum dengan apa yang aku lakukan” kata si pelayan mengejek Alice.
“Cepatlah masuk! Sebentar lagi pintu gerbang akan ditutup!” kata si penjaga.
“Baik !” kata Alice dan si pelayan.
@Madesy tunggu update berikutnya, makasih udah mampir
Comment on chapter BEGINNING