Aku merasa sangat emosional saat menggenggam kotak itu. Aku ingin membukanya, namun aku merasa tak sanggup. Selama beberapa saat yang tidak aku sadari, aku hanya menangis seraya menatap makam Ibu dan mengusap lembut kotak itu. Hingga seseorang datang dan mengangkat tubuhku dari tanah. “Kamu ini bukan anak kecil lagi! Kok hujan-hujanan sih? Lihat bajumu! Kotor kan?” omelnya panjang lebar dengan suara lantang. Aku hanya menatap kosong dan tidak tahu siapa yang aku tatap. Dia mengguncangkan tubuhku dengan keras dan berkata dengan lebih lembut,”Sadarkan dirimu Anna! Tante akan sedih jika beliau melihatmu seperti ayam yang baru dipotong. Sadarlah!”
Ketika Ibu disebut, sontak aku langsung sadar dan fokus. Aku melihat sesosok pria muda yang familier, memakai kaus putih yang dilapisi jaket hitam dan celana dasar berwarna hitam. Lalu dia berkata dengan nada yang jahil,”Aku pinjamkan pundak dan dadaku khusus untuk hari ini. Lain kali kau harus bayar.” Lalu dia memelukku seraya memayungiku. Aku merasakan kehangatan di tubuhku yang mulai menggigil, di saat itulah aku benar-benar sadar bahwa aku telah basah kuyup. “Dean, terimakasih telah mebuatku merasa lebih baik.” ucapku setelah merasa cukup tenang. “Kembali kasih. Ini sudah tugasku sebagai sahabat terbaik yang pernah kau miliki. Haha!” jawabnya sambil tertawa. Ucapannya membuatku bisa tersenyum simpul.
“Sebaiknya kita pulang sekarang, sebelum hujan kembali deras.” ajaknya. “Baiklah, aku akan berpamitan kepada Ibu terlebih dahulu.” jawabku. “Aku juga akan berpamitan kepada Tante.” kata Dean. Kami menunduk. Kemudian Dean berkata dan melihatku dengan tatapan tegas,”Biarkan aku yang berbicara, karena kau pasti akan menangis lagi”. Aku pun mengangguk. Dean lalu melanjutkannya, “Tante, kami akan pulang dulu hari ini, lain kali kami akan datang. Sebenarnya aku bisa datang kapan saja. Namun, yang jadi masalah adalah jadwal Anna yang super sIbuk. Anna sekarang sudah mandiri dan sudah tidak ceroboh lagi, Tante tidak perlu khawatir lagi. Selain itu, Aku akan selalu menjaga Anna. Aku harap Tante percaya padaku. Dan aku ingin mengucapkan terima kasih untuk setiap hal yang tante lakukan untukku dan Anna, dan aku mohon maaf atas segala kesalahan yang aku dan Anna lakukan selama ini. Kami menyayangi Tante. Semoga tante selalu diberi kedamaian. Aamiin.”
Aku benar-benar bersyukur Dean ada di sampingku dan mampu mengucapkan semua yang selama ini ingin kukatakan kepada Ibu. Dean melingkarkan tangannya di bahuku. Lalu kami bangkit dan berjalan keluar dari pemakaman. Pak Tono sudah menunggu kami dengan raut wajah yang gelisah. Setelah kami mendekat, Pak Tono membukakan pintu untuk kami. Kemudian kami menuju rumah.
Sesampainya di rumah, kami disuguhkan teh manis hangat oleh Pak Tono –keluargaku tidak pernah memiliki asisten rumah tangga, karena Ibu selalu ingin merawat dan mengurus keluarga kecil kami secara utuh–. Tidak lama kemudian, Dean pamit untuk mandi di rumahnya –yang terletak di samping rumahku–. Aku juga mandi dengan air hangat dengan nyaman. Setelah selesai mandi aku memutuskan untuk membuka kotak peninggalan Ibu. Di dalam kotak itu terdapat sepucuk surat dan sebuah kalung dengan liontin bintang. Aku membaca surat itu sambil bersandar di salah satu pilar di rumah.
Surat itu bertuliskan.......