1 minggu kemudian, Raja Pundhistira menerima surat dari Danadyaksa bahwa dia diundang untuk bermain permainan dadu. Raja Pundhistira tidak menolak undangan itu jadi dia menyuruh saudara, Ratu Agniya dan Putri Kandini untuk bersiap diri menuju Kerajaan Ataram.
Kandini menaiki kereta yang berbeda dengan Ratu Agniya sedangkan Raja Pundhistira dan yang lain menaiki kuda. Kandini menikmati perjalanan itu dan ingin segera bertemu keluarga barunya tapi tiba-tiba hatinya merasa tidak enak tanpa sebab.
Tak lama kemudian, mereka sampai di kerajaan Ataram. Kandini disambut hangat oleh Raja Darashtra dan Ratu Gauri. Para Pandish, Ratu Agniya dan Kandini dipandu ke ruang tempat bermain permainan dadu. Tempat itu berbentuk panggung bundar yang dikelilingi oleh kursi untuk para pangeran dan perdana mentri. Raja Darashtra tidak mengijinkan untuk wanita duduk di kursi khusus pangeran jadi Para Ratu dan Putri hanya berada ruangan yang sudah disediakan.
Sebelum memasuki ruangan, Kandini bertemu dengan Laksmi dan mengajak ke ruangannya.
" Hei... sedang apa kau kemari? Kamu kan bukan keturunan bangsawan jadi sebaiknya kau pergi dari kerajaanku!" dengan nada sombong.
" Siapa kau?" Tanya Kandini.
" Kau tidak tahu aku? Perkenalkan aku adalah Laksmi, putri dari Pangeran Danadyaksa yang perkasa."
" Jadi kita saudara?"
" Apa? Saudara? Maaf, aku tidak bisa menjadi saudara atau teman dari anak nelayan. Oh lihat! Sepertinya kau dipanggil oleh ibu angkatmu jadi selamat tinggal, anak nelayan." Laksmi menyuruh Kandini pergi. Kandini merasa marah karena dilecehkan oleh Laksmi.
Permainan dadu dimulai, Raja Pundhsitira melawan Paman Sahkini. Dadu milik Paman Sahkini memiliki sihir yaitu jika pelempar dadu itu ingin angka yang diinginkan, maka dadu itu muncul angka yang diinginkan pelempar dadu tersebut, jadi Paman Sahkini bersiasat untuk curang.
" Yang mulia, apakah kau ingin mendengarkan peraturan dari permainan ini?" Tanya Paman Sahkini.
" Tidak usah, paman. Aku sudah mengerti." Jawab Raja Pundhistira.
" Baiklah, aku disini menggantikan Pangeran Danadyaksa jadi izinkan aku untuk memanggil Pangeran Danadyaksa untuk membantu menggerakan pion-pion itu." Pangeran Danadyaksa pun naik ke panggung itu. " Pangeran Danadyaksa, benda apa yang harus kau pertaruhkan?" lanjut Paman Sahkini.
" Aku bertaruh dengan hartaku, desa pemberian ayahku kepadaku dan juga aku akan menjadi pelayanmu jika aku kalah." Jawab Pangeran Danadyaksa.
" Bagaimana dengan Yang Mulia Pundhistira?"
" Aku bertaruh dengan kerajaanku, Kerajaan Nagasta dan diriku akan menjadi pelayanmu jika aku kalah." Syarat dari permainan sudah dipenuhi, mereka pun memulai permainan yang disaksikan oleh keluarga istana itu.
Permainan sedang berjalan, pion Raja Pundhistira mulai sampai di garis akhir. Paman Sahkini pun mulai mencurangi Raja Pundhistira dan akhirnya Paman Sahkini pun menang. Pangeran Danadyaksa pun mempermalukan Raja Pundhistira dan merusak kursi Raja Pundistira. Dia sangat menyesal atas kekalahan sedangkan Arnaka, Bimadara, Nismara dan Sadina pun marah dan menyesal. Ratu Agniya dan Kandini yang diberitahu oleh pelayan pun kaget mendengarnya.
Paman Sahkini pun merayu Raja Pundhistira untuk bermain lagi, Raja Pundhistira pun menyetujuinya. Kali ini Raja Kara dijadikan taruhan Pangeran Dandyaksa, jika dia kalah maka saudara yang dipertaruhkan akan dijadikan pelayan Raja Pundhistira begitu pun sebaliknya. Arnaka dijadikan taruhan Raja Pundhistira tapi Raja Pundhistira kalah dalam permainan tersebut.
Pangeran Danadyaksa masih kurang puas dan mencoba memancing Raja Pundhistira untuk bermain permainan itu lagi. Dikarna dijadikan taruhan Pangeran Danadyaksa sedangkan Bimadara dijadikan taruhan Raja Pundhistira tapi Raja Pundhistira kalah ketiga kalinya.
Selanjutnya, Astama dijadikan taruhan Pangeran Danadyaksa sedangkan Nismara dijadikan taruhan Raja Pundhistira dan lagi-lagi Raja Pundhistira kalah keempat kalinya. Dia tidak mau bermain lagi dan tak ingin kehilangan saudaranya lagi tapi niat jahat Paman Sahkini dan Pangeran Danadyaksa masih bisa lolos.
Kursan, adik Pangeran Danadyaksa dijadikan taruhan Pangeran Danadyaksa sedangkan Sadina dijadikan taruhan Raja Pundhistira. Sekali lagi, Raja Pundhistira kalah kelima kalinya. Raja Pundhistira tidak ingin melanjutkannya lagi tapi Pangeran Danadyaksa mengancam jika Raja Pundhistira tidak mau melanjutkan maka Ratu Agniya dan Kandini akan menjadi pelayan setianya juga. Raja Pundhistira tidak bisa berbuat apa-apa jadi dia melanjutkannya.
" Yang mulia atau aku bisa panggil pelayan setiaku, aku ingin mempertaruhkan putri kebangganku, Laksmi. Dia memiliki keahlian bisa bertarung, jika aku kalah dia bisa menjadi pelayannya. Tolong panggilkan dia!" Tak lama kemudian, Laksmi pun masuk ke ruangan tersebut.
" Aku mempertaruhkan putri baruku, Kandini. Dia pernah mengalahkan Raksasa Digdaya sendirian. Tolong panggilkan dia!" Raja Pundhistira masih menyesal.
Pelayan itu memanggil Kandini yang sedang bersama Ratu Agniya. Sebenarnya Kandini masih takut yang sedang dialami ayah-ayahnya, dengan terpaksa dia pun bangun dari tempat duduknya dan berjalan keluar tapi tiba-tiba Ratu Agniya memegang tangan Kandini.
" Kandini, sebaiknya kau tidak usah kesana, biar aku yang berbicara dengan ayahmu untuk mengentikan permainan itu." Kata Ratu Agniya.
" Tidak ibu, aku berjanji untuk mematuhi perintah orang tuaku, sekarang Raja Pundhistira adalah ayahku jadi aku harus mematuhinya." Ratu Agniya pun melepas tangan Kandini dan Kandini pun mulai berjalan keluar.
Setelah memasuki ruangan bermain permainan dadu, Kandini melihat Raja Pundhistira yang sedang berlutut di depan meja sedangkan ayahnya yang lain berlutut di bawah kursinya. Hati Kandini hancur dan kaget setalah melihat itu, dia pun melihat Pangeran Danadyaksa dan Laksmi tersenyum karena mereka sudah menang. Kandini pun berdiri di sebelah Raja Pundhistira dan Laksmi berdiri disebelah Pangeran Danadyaksa.
Gambar dibawah adalah Laksmi