Minggunya, mereka kembali ke kantor polisi. Kali ini mereka kesana tanpa sepengetahuan polisi. Mereka mendatangi penjara Paman Samir di luar kantor. Aryan bertanya pada penghuni arwah dibalik jendela penjara. Rupa dari arwah itu adalah seorang pria yang dulunya seorang penghuni di penjara Paman Samir.
" Pak, boleh saya tanya, bapak lihat ada seorang pria berhasil kabur tanpa sepengetahuan polisi? Wajahnya seperti ini." Harris menunjukan foto Paman Samir.
" Yah... aku lihat. Aku kira dia sudah dibebaskan karena polisi itu membuka gemboknya tapi polisi itu sengaja menjatuhkan gembok itu dan orang yang kalian cari menyembunyikannya dibalik keranjang. Orang itu mengganti bajunya dan menyamar jadi polisi biasa, Hanya itu." Aryan dan Harris tergelak.
" Terima kasih, pak. Anda sudah menyelamatkan dunia." Aryan dan Harris kembali menemui Mendra.
Mereka menceritakan pada Mendra tentang kaburnya Paman Samir. Mendra, Agni, Bisma, Ricki dan Candra kaget mendengarnya.
" Pasti orang yang membantunya adalah anggota Blackness Order yang kabur dari penangkapan." Kata Mendra.
Tiba-tiba panah dengan bulu hitam putih ditembakan di sebelah kaki Aryan. Panah itu terdapat sepucuk surat.
" Sebaiknya kita datangi dia." Saran Mendra.
" Jangan! Mungkin ini jebakan!" Teriak Aryan
" Jika kita tidak mendatangi dia, dia akan menjadi pemimpin organisasi paling berbahaya di dunia." Aryan menyetujuinya.
Mereka pergi ke kota Lorina minggu pagi. Kota Lorina adalah kota dengan pulau yang terpisah jadi perjalanan mereka sangatlah jauh. Sebelum sampai di Kota Lorina,mereka harus menaiki kereta yang berhenti di kota Banjani dan menyeberang ke Kota Lorina.
Harris trauma dengan perahu karena saat kecil dia pernah terjatuh dari perahu saat berlibur. Dia ketakutan saat menaiki perahu tapi Agni membantunya untuk naik. Mereka menikmati perjalanan dengan perahu kecuali Harris, dia menutup matanya dan memegang pinggir perahu. Aryan tertawa melihat Harris.
Setibanya, mereka langsung menuju hutan Blanda. Penduduk kota Lorina sangatlah ramah. Cara berpakaiannya masih sangat tradisional. Jarak antara pelabuhan dengan hutan Blanda tidak begitu jauh karena Kota Lorina tidak begitu banyak gedung bertingkat.
Hutan Blanda begitu rimbun dan banyak sekali rumput dan tumbuhan. Mereka tak menemui pria yang bernama Samir, akhirnya mereka beristirahat disana. Tak lama kemudian, panah yang berisi surat melesat kearah pohon di sebelah Aryan. Aryan kaget dan langsung memanggil semua. Mendra membuka pesan itu.
" Piramid? Tidak mungkin ada piramid di hutan sebesar ini." Kata Harris.
" Lebih baik kita datangi dia." Nasehat Mendra. Mereka langsung berjalan menyusuri hutan itu.
Mereka berjalan selama 1 jam dan tak menemukan piramid itu. Candra mengeluh karena kecapekan.
" Teman-teman, kita berhenti aja dulu, yuk! Aku cap....." Seseorang menariknya dari belakang.
" Sudahlah Candra, kamu jangan... Loh? Dimana Candra?" Tanya Ricki. Semua menoleh ke belakang dan ternyata Candra hilang.
" Candra hilang! Sebaiknya salah satu dari kita menjaga dari belakang. Agni kau yang menja.... Dimana Agni?" Tanya Mendra.
Candra dan Agni hilang disusul dengan Bisma dan Ricki. Hanya Mendra, Aryan dan Harris yang masih ada disana. Tak lama kemudian, Mendra hilang.
" Dimana mereka semua?" Tanya Harris.
" Mungkin ini perbuatan Paman Samir! Aku tahu kalau ini jebakan. Sebaiknya kita temui dia, Harris!" Mereka pun melanjutkan perjalanannya.