Beberapa hari kemudian, liburan hampir selesai. Aryan harus sudah mulai masuk sekolah. Aryan menceritakan petualangannya pada keluarga dan memberitahu tentang indra keenamnya. Keluarga Aryan sangat bangga kepadanya.
Siangnya, Aryan menerima pesan dari Inspektur Andi kepolisian. Pesan itu berisi tentang hal yang ganjal dari Paman Sahir. Aryan segera ke kantor polisi. Sebelum pergi, Aryan memberitahu kepada Harris dan dia ikut ke kantor polisi.
Di Kantor Polisi, Aryan menemui Inspektur yang bernama Andi itu menjelaskan apa yang ganjal dari Paman Sahir.
“ Sebenarnya Aryan, Paman Sahir yang tidak membunuh temanmu Tania.” Kata Inspektur Andi.
“ Kenapa bisa?” Tanya Aryan.
“ Karena pistol yang digunakan untuk membunuh Tania tidak sama dengan pistol yang dibawah Paman Sahir.” Tiba-tiba polisi masuk di ruangan yang ditempati Inspektur Andi dan Aryan.
“ Pak, kami sudah tes peluru itu dan ternyata peluru itu dijual di toko khusus senjata di jalan Bamking. Kami sudah membawa pemilik toko itu.”
“ Bawa kemari orang itu.” Kata Inspektur Andi. Pemilik toko itu adalah seorang pria muda berkumis.
Pria itu menjelaskan bahwa memang ada yang membeli peluru itu dan masih ingat wajahnya. Inspektur Andi menunjukan foto Paman Sahir
“ Iya, seperti itu orangnya tapi gigi pria itu berbeda dengan yang di foto ini. Giginya tidak rata dan matanya coklat.”
“ Apa anda tahu namanya?” Tanya Aryan.
“ Tidak, nak. Aku tidak begitu suka menanyai nama tapi orang itu pernah bercerita kalau dia punya saudara kembar.”
Aryan semakin bingung karena orang yang membunuh Tania bukan Paman Sahir.
Inspektur Andi mengintrogasi pada Paman Sahir dan dia menjawab bahwa Paman Sahir memiliki adik kembar yang bernama Samir tapi dia sudah berbulan-bulan tidak bertemu semenjak membunuh Tania.
Inspektur Andi langsung melihat identitas di komputer polisi tapi tidak menemukan file bernama Samir. Polisi juga mencari kartu keluarga Paman Sahir dan ternyata benar Paman Sahir punya saudara kembar bernama Samir itu. Aryan, Harris dan Inspektur Andi pergi ke rumah Paman Samir yang terletak di bukit kota Packeham.
Jarak antara rumah Paman Samir dengan kantor polisi sangatlah jauh. Rumahnya sangat indah dan besar. Paman Samir memiliki kandang sapi dan ayam di sebelah rumahnya. Inspektur Andi mengetuk rumah Paman Samir dan munculah pria tua tapi tidak beruban dibalik pintu tersebut.
“ Permisi pak, Apakah anda Samir, adik dari Sahir?” Tanya Inspektur Andi
“ Iya benar, Ada keperluan apa?”
“ Maaf pak, anda kami tahan karena melakukan pembunuhan.” Polisi itu membrogol Paman Samir dan membawanya ke dalam mobil.
Sebelum pergi, Aryan dan Harris melihat dalam rumah itu dan ternyata isinya penuh sekali lambang dan foto Blackness Order. Di dinding depan rumahnya pun ada lambang Blackness Order. Inspektur Andi heran melihat seisi rumah terdapat sekali lambang yang asing baginya.
“ Hei Aryan, Harris, Itu lambang apa? Di setiap kasusku, banyak sekali lambang itu.” Tanya Inspektur Andi dengan penuh keheranan.
“ Itu lambang Blackness Order, Pak Inspektur Andi.”
“ Blackness Order? Apa itu?”
“ Itu organisasi yang sangat berbahaya dan sangat rahasia. Mereka melakukan banyak sekali hal illegal.”
“ Tunggu.. aku pernah mendengarnya. Kami menamainya The Shadow karena organisasi itu meleset dari penglihatan polisi. Sebaiknya kita langsung bawa Samir ke kantor polisi” Aryan dan Harris masuk ke mobil bersama Inspektur Andi.
Mobil polisi yang membawa Paman Samir telah tiba di Kantor Polisi. Paman Samir mengintrogasi di ruang khusus introgasi. Aryan dan Harris hanya melihat Inspektur Andi mengintrogasi Paman Samir di balik kaca 1 arah. Aryan melihat wajah Paman Samir yang tidak bersalah.
Inspektur Andi selesai mengintrogasi dan keluar dari ruangan itu dan menuju ruang sebelahnya. Hati Aryan dari tadi dipenuhi bertanya-tanya pun mulai memudar.
“ Bagaimana introgasinya? Apa dia mengaku salah?” Tanya Aryan.
“ Entahlah, dia memang mengaku salah tapi setelah aku melihatnya, wajahnya tidak menampakan bahwa dia menyesal. Aku takut dia ada apa-apa tapi aku tetap memenjarakannya.” Jawab Inspektur.
Inspektur Andi itu pun kembali ke ruang introgasi untuk menangkap Paman Samir dibantu dengan 2 polisi.
Hari mulai malam, saatnya Aryan dan Harris untuk pulang. Mereka pulang dengan berjalan. Wajah Aryan dipenuhi rasa curiga tapi Harris mengagetkannya.
“ Hei… Kamu kok murung aja? Ada apa?”
“ Ha… aku tidak apa-apa.”
“ Masa sih… Ceritakan aja, kan aku sahabatmu.”
“ Apa kamu melihat wajah Paman Samir saat diintrogasi?”
“ Emangnya kenapa?”
“ Wajahnya tidak menampakkan rasa menyesal. Aku lihat saat Inspektur Andi masuk di ruangan kita tadi, wajahnya jadi datar. Aku takut ada apanya.”
“ Tenang, besok kita bisa meminta tolong Inspektur Andi untuk mengintrogasi lagi.” Aryan mengangguk.
Malamnya, Aryan tidak bisa tidur karena dia dipenuhi rasa tidak enak dihati. Dia mencoba menutup matanya dan menenangkan hatinya, akhirnya Aryan bisa tertidur.
Matahari mulai meninggi, Waktunya Aryan pergi sekolah. Saat jam istirahat, Aryan menerima pesan dari Inspektur Andi bahwa Paman Samir telah kabur dari penjara. Hati Aryan terkejut seperti bom yang dijatuhkan di kota Hirosima dan Nagasaki. Aryan ingin datang ke kantor polisi tapi sekolah tidak menginjinkan Aryan untuk keluar. Aryan mengirim pesan kepada Inspektur Andi bahwa Aryan akan pergi ke kantor polisi setelah pulang dari sekolah sore nanti.
Sepulang sekolah, Aryan dan Harris langsung pergi ke kantor polisi. Aryan melihat penjara yang ditempati Paman Samir tapi anehnya tidak ada lubang untuk keluar disana. Penjara itu masih diselidiki penyebab dari kaburnya Paman Samir. Inspektur Andi menyuruh Aryan dan Harris untuk tidak mengikuti Inspektur Andi karena Mereka sebagai saksi sudah selesai.
Mereka pulang dengan kecewa yang tidak perbolehkan ikut untuk penyelidikan Inspektur Andi.
“ Bisa-bisanya dia menyuruh kita untuk tidak membantunya menyelesaikan kasus itu. Itu kan kasusku juga, berhak donk kalau aku juga menuntaskannya.” Dengan nada kesal.
“ Sudahlah Aryan…. Mungkin kita menganggu investigasinya. Tapi tunggu Aryan aku tadi melihat pintu penjara itu sedikit aneh.”
“ Aneh maksudmu?” Tanya Aryan.
“ Iya aneh. Gembok di penjara itu terjatuh jauh di bawah keranjang. Aneh yang kumaksud adalah kenapa bisa gembok itu ada di keranjang? Keranjangnya kan jauh dari pintu dan gemboknya tidak begitu rusak.” Dengan rasa kebingungan.
“ Benarkah? Sekarang gembok itu dimana? Apa kau bawa?”
“ Iya aku bawa.” Harris memberikan gembok itu pada Aryan. Aryan membolak-balikan gembok itu.
“ Benar tidak rusak, mungkin ada seseorang dari Blackness Order atau kenalan dari Paman Samir menyamar jadi polisi dan mengeluarkan Paman Samir dengan cuma-cuma. Sebaiknya kita cari Paman Samir dan memberitahu kepada Mendra.” Harris menyetujuinya.
Mereka langsung pergi ke rumah Mendra untuk menemuinya. Mereka menceritakan semuanya dan meminta tolong kepada Mendra. Mendra menyetujuinya, Mendra memanggil Agni, Bisma, Ricki dan Candra untuk berkumpul merencanakan cara mencari Paman Samir