Loading...
Logo TinLit
Read Story - If Sarcasm is A Human Being
MENU
About Us  

Aku membaca daftar yang ku dapat pagi ini. Jarang sekali aku hanya mendapat tiga tempat yang harus ku datangi dalam sehari. Aku melihat waktu yang tertera di sana.

Oh! 10 menit lagi aku harus tiba di area perkotaan. Dengan itu, aku segera meluncur ke lokasi.

 

Di sebuah rumah, aku melihat seorang anak tengah mengepel lantai. Sementara itu, ibunya duduk di atas kasur sambil mengamati.

“Yang di sana belum kena,” tunjuk ibunya pada kolong meja. Kemudian anaknya berjongkok mendorong kain pel ke arah yang diperintahkan ibunya.

“Kalau ibu mengepel hasilnya kotor sekali..” cerita ibunya.

Aku merasakan aura yang lain menguar dari tubuh anaknya. Ia sedang kesal dan berpikir bahwa ibunya bermaksud mengatakan bahwa hasil bersih-bersihnya tidak sebaik yang dilakukan ibunya. Lantas aku membisikan sebuah kalimat.

“Kalau begitu besok-besok ibu saja yang mengepel ya?” ujar sang anak.

Aku tersenyum kemudian pergi meninggalkan rumah itu.

 

Berselang lima menit kemudian, aku melihat suami istri yang sedang makan siang di rumah mereka yang tampak sangat sederhana. Namun itu terlihat kontras dengan cincin emas yang melingkar di jari manis sang istri dan kalung emas berliontin hati yang terpasang di lehernya.

“Nanti aku bantu.” Sang istri berkata sambil mengunyah tempe goreng. Aku tidak tahu apa yang sedang dibicarakan, sepertinya aku terlambat tiba di sini. Namun secara natural, aku terpikirkan sesuatu, lantas ku bisikan pada sang suami.

“Tak usah. Kau di rumah saja menghabiskan uang-uang yang aku berikan.”

Ku rasa sudah cukup, karena kemudian sang istri bungkam.

 

Kunjungan terakhir berjarak tiga jam lamanya. Lumayan, aku bisa bersantai cukup lama di rumah sembari menunggu sore hari. Jarang sekali aku mendapat banyak waktu luang seperti ini. Biasanya jadwalku penuh untuk mengunjungi satu tempat, mengamati percakapan beberapa orang, lalu mengerjakan tugasku, dan kembali berpindah ke tempat lainnya. Pekerjaanku baru akan sepi menjelang larut malam, saat dimana orang-orang mulai beranjak tidur.

Kali ini aku datang ke sebuah kantor. Lebih tepatnya ruangan direktur yang bertubuh tambun. Aku diam menunggu sesuatu yang mungkin terjadi, tetapi laki-laki dengan nametag bertuliskan “Mr. Radian” itu hanya fokus pada laptopnya. Hm.. Sepertinya aku akan berhenti lebih lama di sini.

Pintu diketuk, lalu masuklah seorang perempuan berusia sekitar 25 tahun dengan kemeja dan rok hitam selutut. Laki-laki yang tampak obesitas di perutnya ini menghempaskan tubuhnya ke kursi, lantas menyandarkan punggung sepenuhnya sehingga sandaran kursi itu tampak sangat condong ke belakang. Ia melipat kedua lengannya di dada.

“Selamat pagi, mbak,” sapa Mr. Radian dengan senyum. Mantap sekali. Aku berani bersumpah, tumbuhan lamtoro pun tahu jika ini sudah sore lewat adaptasi niktinasinya yang membuat daun-daunnya menguncup.

“Maafkan saya baru datang, pak.” Karyawan perempuan itu menunduk dalam.

“Oh tidak apa-apa kok. Sudah biasa ‘kan telat seperti ini?”  Ugh! Sadis sekali. Ya Tuhan, aku tidak mengajarkan laki-laki ini apa yang harus diucapkan tapi ia sudah mengucap dengan sendirinya.

Perempuan itu tampak ingin menangis. “Maaf pak, ada sedikit masalah pribadi tadi.”

Mr. Radian mengangguk-angguk. “Masalahnya bukan itu, Lin. Kau melakukan kesalahan dalam menuliskan alamat perusahaan yang akan bermitra dengan kita. Berkas yang kau kirim minggu lalu tidak sampai hingga seminggu. Tadi pagi, perusahaan itu menelepon, mereka membatalkan kerjasamanya dengan kita.”

Aku merasakan aura Mr. Radian kembali sabar saat menerangkan permasalahannya. Ya, setidaknya ia tidak langsung menggampar perempuan itu karena menghilangkan proyek kerjasama dengan mitranya yang bernilai ratusan juta.

Perempuan itu akhirnya mendongak. Raut wajahnya dipenuhi rasa bersalah. “Benarkah? Aku tidak tahu,” ujarnya.

Mr. Radian bernapas menahan emosinya. Di sinilah waktuku untuk bertugas.

“Lin, aku memaklumi jika kau punya masalah pribadi. Maka dari itu, beristirahat saja ya di rumah,” ucap Mr. Radian mengikuti bisikan naluriku.

“Maksud bapak, saya dipecat??” Lina—perempuan itu—menatap tak percaya.

Mr. Radian mengangguk sembari tersenyum. “Silakan kemas barang-barangmu, Lin. Senang bekerjasama denganmu,” tambahnya. Lina mohon izin untuk pamit. Air mata bercucuran dari pelupuk matanya. Sekilas, aku merasa kasihan, tetapi apa itu kasihan? Bukankah aku hanya mengerjakan tugas? Aku tidak bisa memiliki perasaan seperti ini.

Di dalam ruangan Mr. Radian pun membereskan barang-barangnya lalu keluar ruangan. Aku mengikuti laki-laki itu menyusuri jalan. Aku tidak benar-benar tahu apa yang sedang ku lakukan, hanya penasaran saja.  Lagi pula, waktuku sedang senggang. Kapan lagi aku bisa berjalan-jalan santai seperti ini? Barangkali Mr. Radian sedang menuju kedai kopi atau tempat hiburan lainnya.

“Kenapa kau terus mengikutiku?!” Aku terlonjak saat Mr. Radian tiba-tiba berbalik badan dan membentakku. Eh, tunggu! Dia membentakku?

“Kau bicara denganku?” tanyaku sambil melambaikan telapak tangan di depan wajahnya.

“Tentu saja! Memang siapa lagi yang ada di sini?!” sungutnya. Aku menoleh ke belakang dan benar, tidak ada siapapun lagi selain aku dan dirinya. Wah, ini hebat. Selama aku tinggal di dunia, tidak ada satu pun yang menyadari kehadiranku.

“O-oh, iya," ucapku terbata, tak ingin menegaskan kembali pertanyaan mengapa ia bisa melihatku. Biar saja, ini istimewa karena aku sangat jarang bisa mendapatkan perhatian dari target-targetku.

“Hei, aku tanya kenapa kau mengikutiku?” tanyanya lagi, membuatku bingung jawaban apa yang sesuai untuk skenario ini. Aku tidak pandai membuat skenario sendiri, kecuali jika itu sudah perintah dari atas.

“Memangnya tidak boleh kalau aku—”

“Tidak boleh! Pergi kau!” bentaknya. Aku terlonjak lagi. Tak ku sangka, pertama kali diperhatikan, aku justru dicampakkan secepat ini. Ah.. ini menyakitkan.

“Kalau begitu aku minta maaf. Aku akan pergi, tapi aku tidak bisa mencegah jika anggota koloniku yang lain kembali mendatangimu…“

“Koloni apa?”

“…asal kau tahu, bukan kami yang mendatangimu tapi kau yang membutuhkan kami.” Mr. Radian memandangku bingung. “Ini untukmu. Aku pergi,” ucapku seraya melampirkan sebuah amplop merah ke tangannya.

Aku pergi saat itu juga, meninggalkan laki-laki itu yang memandangku heran. Saat bayanganku tak lagi terlihat olehnya, aku tahu ia mulai membuka amplop merah itu. Akhirnya, seseorang membaca suratku.



 

---

Namaku Sarkas. Sarkasme atau sarkastik sama saja. Namun aku lebih suka dipanggil Sar, setidaknya itu sedikit menutupi identitasku yang ditakdirkan tidak begitu baik.

Aku banyak dibenci orang, aku membuat mereka sakit hati, tapi ketahuilah bahwa aku adalah ‘orang’ yang paling jujur. Aku membantu mereka yang tidak bisa mengungkapkan emosinya untuk sedikit menyalurkan emosi itu dengan balutan kata-kata manis yang ku bisikan di telinga mereka. Bukankah pekerjaanku terlihat mulia? Ya, hitung-hitung mencegah para manusia dari stres akibat memendam kekesalannya.

Sang pencipta menurunkan aku di era millennial. Ini adalah periode waktu dimana aku menemukan banyak manusia sibuk—sibuk sendiri mungkin juga. Aku melihat banyak tuntutan dari interaksi manusia satu sama lain. Mereka menjadi mudah terpancing emosi.

Tahun kesepuluh aku tinggal di era millennial, aku sadar dunia ini sedang berisi manusia yang gemar sekali menyindir. Baik sindiran secara langsung maupun melalui sosial media yang tumbuh berjamur menjadi ladang buku harian mereka. Sama sepertimu yang sedang membaca ini. Jangan berkelit, aku sudah menemanimu cukup lama.

 

Apa kau tersinggung? Kalau kau tersinggung, berarti tugasku berhasil.

Sarkas juga boleh berlaku sarkastik, bukan?

---

 

Aku terkekeh melihatnya begitu khusuk membaca isi suratku. Ya, inilah akhirnya. Dengan terungkapnya identitasku, maka berakhir pula masa hidupku saat ini. Tetapi, jangan lupa bahwa koloni Sarkas akan tetap ada di sekelilingmu.


-The end. 

Tags: Fantasy

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 1 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Secret World
3537      1249     6     
Romance
Rain's Town Academy. Sebuah sekolah di kawasan Rain's Town kota yang tak begitu dikenal. Hanya beberapa penduduk lokal, dan sedikit pindahan dari luar kota yang mau bersekolah disana. Membosankan. Tidak menarik. Dan beberapa pembullyan muncul disekolah yang tak begitu digemari. Hanya ada hela nafas, dan kehidupan monoton para siswa kota hujan. Namun bagaimana jika keadaan itu berputar denga...
Mars
1187      643     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Jikan no Masuku: Hogosha
4013      1408     2     
Mystery
Jikan no Masuku: Hogosha (The Mask of Time: The Guardian) Pada awalnya Yuua hanya berniat kalau dirinya datang ke sebuah sekolah asrama untuk menyembuhkan diri atas penawaran sepupunya, Shin. Dia tidak tahu alasan lain si sepupu walau dirinya sedikit curiga di awal. Meski begitu ia ingin menunjukkan pada Shin, bahwa dirinya bisa lebih berani untuk bersosialisasi dan bertemu banyak orang kede...
Noterratus
2556      1040     4     
Mystery
Azalea menemukan seluruh warga sekolahnya membeku di acara pesta. Semua orang tidak bergerak di tempatnya, kecuali satu sosok berwarna hitam di tengah-tengah pesta. Azalea menyimpulkan bahwa sosok itu adalah penyebabnya. Sebelum Azalea terlihat oleh sosok itu, dia lebih dulu ditarik oleh temannya. Krissan adalah orang yang sama seperti Azalea. Mereka sama-sama tidak berada pada pesta itu. Berbeka...
Crystal Dimension
322      224     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
HAMPA
416      288     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Under The Darkness
58      55     2     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
Nyanyian Laut Biru
2244      826     9     
Fantasy
Sulit dipercaya, dongeng masa kecil dan mitos dimasyarakat semua menjadi kenyataan dihadapannya. Lonato ingin mengingkarinya tapi ia jelas melihatnya. Ya… mahluk itu, mahluk laut yang terlihat berbeda wujudnya, tidak sama dengan yang ia dengar selama ini. Mahluk yang hampir membunuh harapannya untuk hidup namun hanya ia satu-satunya yang bisa menyelamatkan mahluk penghuni laut. Pertentangan ...
Tyaz Gamma
1488      929     1     
Fantasy
"Sekadar informasi untukmu. Kau ... tidak berada di duniamu," gadis itu berkata datar. Lelaki itu termenung sejenak, merasa kalimat itu familier di telinganya. Dia mengangkat kepala, tampak antusias setelah beberapa ide melesat di kepalanya. "Bagaimana caraku untuk kembali ke duniaku? Aku akan melakukan apa saja," ujarnya bersungguh-sungguh, tidak ada keraguan yang nampak di manik kelabunya...
Mic Drop
791      474     4     
Fan Fiction
Serana hanya ingin pulang. Namun, suara masa lalu terus menerus memanggilnya, dan tujuh hati yang hancur menunggu untuk disatukan. Dalam perjalanan mencari mic yang hilang, ia menemukan makna kehilangan, harapan, dan juga dirinya sendiri. #bangtansonyeondan #bts #micdrop #fanfiction #fiction #fiksipenggemar #fantasy