Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kisah di Langit Bandung
MENU
About Us  

            Sepulang dari Tangkuban Perahu, mereka berdua memilih mengistirahatkan diri di penginapan. Nanti malam, ada agenda yang akan mereka tuntaskan. Agenda yang menjadi penghabisan waktu mereka. Agenda yang akan menjadi akhir cerita, yang tentunya selalu dikenang mesra.

            Jam menunjukan pukul setengah lima sore. Dan ponsel milik Bayu, bergetar mesra. Pesan masuk, dari seseorang yang akan menjadi cerita bagi hidupnya. Gadis yang sempat ia miliki, namun harus ia lepaskan karena sebuah benteng yang membentang begitu tinggi.

Andra:
Ayo, pergi sekarang. Katanya mau maghriban disana?

            Dan dengan cepat, Bayu mengetik sebuah balasan.

Bayu:
Aku sudah siap. Ketemu di lobby, ya.

Andra:
Oke.

            Dengan celana jeans serta kemeja biru tua polos, serta lengan yang tergulung maskulin, dihias oleh jam tangan hitam yang bertengger mesra di pergelangan tangan; Bayu memutuskan tuk melangkah dengan percaya diri.

            Melangkah, menemui sosok gadis yang selamanya memiliki ruang tersendiri di hatinya. Meski hanya sebagai mantan. Meski tak ditakdirkan bersama.

**

            Disinilah mereka berada.

            Di alun-alun kota Bandung, yang sudah padat merayap dengan kerumunan manusia dengan beragam aktivitas yang mereka miliki.

            “Alhamdulillah, jalanan lancar. Aku kira bakal macet berat,” ucap Bayu, menghela nafas lega, usai memarkirkan motornya.

            “Iya. Nggak sampai setengah jam, udah sampai...”

            “Mungkin karena naik motor. Coba kalau naik mobil, pasti kejebak macet lebih lama...”

            Andra tertawa. “Kamu pembalap. Naik motornya ngebut!”

            “Tapi kamu tetep aman, kan?” goda Bayu.

            “Iya, sih...”

            “Percaya sama aku. Aku akan bawa kamu dalam kondisi aman dan selamat. Meski harus kebut-kebutan.”

            “Jangan, ah. Bahaya, tau.”

            “Aku tau batasnya. Aku tau, kapan harus ngebut, kapan harus pelan.”

            “Oh...” Andra mengangkat bahunya.

            “Kenapa? Ada yang salah?”

            “Nggak sih... Dikit heran aja..”

            “Soal apa?”

            Mereka berjalan berdampingan, dengan kaki mereka yang mulai menyentuh rumput sintetis. Tidak lupa melepas dulu alas kaki yang mereka kenakan, supaya rumput sintetisnya tetap awet dan terjaga baik.

            “Kamu tau batas dalam berkendara. Tapi kamu nggak tau batasan dalam menjalin hubungan,” ucap Andra gamblang.

            Deg. “Maksud kamu?”          

            “Kamu udah punya tunangan.. Tapi kamu masih aja memperlakukan aku dengan cara istimewa. Padahal kamu tau sendiri, kalau cara ini, justru bikin aku makin susah untuk move on dari kamu...”

            Keduanya terdiam sesaat. Memang benar, Andra dilema. Antara bahagia, namun juga luka. Bahagia, karena ia bisa menikmati beberapa hari ini, bersama lelaki yang masih bersarang di dalam hatinya. Namun luka, tatkala ia sadar, bahwa laki-laki ini bukanlah miliknya.

            “Aku hanya mencoba menjalin persahabatan, Ndra..”

            “Nggak ada persahabatan yang murni, dalam hubungan seorang laki-laki dan perempuan. Apalagi, kalau salah satunya masih menyimpan rasa...”

            Dari awal, Bayu sudah salah. Memutuskan tuk pergi bersama Andra dalam sebuah petualangan, adalah kesalahan yang amat fatal. Namun baik Bayu maupun Andra, berusaha mengabaikan. Keduanya sama-sama terlena.

            “Makanya, aku membuat limit waktu untuk kita. Malam ini, adalah malam terakhir milik kita, Bay. Supaya besok-besok, kita bukan lagi ‘siapa-siapa’.” Dengan sesak, Andra mengeluarkan kata-kata pamungkasnya. Besok, kita bukan lagi siapa-siapa.

            “Kita pernah bersama beberapa tahun, Ndra... Apa nggak terlalu kejam, jika esok, kita ‘bukan lagi siapa-siapa’?” tanya Bayu, seolah keberatan dengan pernyataan gadis di sampingnya.

            “Kejam. Tapi demi kita..”

            “Kita? Kamu, kali,” kata Bayu gamblang. “Aku nggak menginginkan kita untuk menjadi ‘bukan siapa-siapa’. Aku ingin kita tetap berteman.”

            “Tapi aku nggak bisa. Karena nanti, banyak pihak yang tersakiti,” sahut Andra cepat.

            “Siapa?”

            “Tunangan kamu...”

            Bayu menyipitkan mata. “Ayu? Ayu nggak akan kenapa-kenapa. Kan aku dan kamu hanya berteman. Ketika aku sudah menikah nanti, kita murni teman. Aku nggak akan pergi berdua dengan kamu, aku nggak akan hubungi kamu kecuali jika berada dalam sebuah kepentingan. Aku a—“

            “Aku. Aku yang tersakiti,” potong Andra cepat.

            Deg.

            “Puas?!”

            Dan pengakuan Andra, justru makin membuat Bayu kebingungan. Mengapa malah Andra yang tersakiti? Mengapa semua jadi rumit begini.

            “Ndra!” panggil Bayu, mengejar Andra yang mulai mempercepat langkahnya.

            Tiba-tiba, suara adzan menggema. Adzan yang berasal dari Masjid Agung kota Bandung, yang berada di area alun-alun tersebut. Masjid besar nan megah, serta selalu ramai jamaah tatkala sholat. Keindahan yang sungguh tiada bandingannya. 

            “Udah adzan. Kamu sholat dulu, gih,” kata Andra, yang berhenti dari langkah cepatnya.

            “Iya. Ayo, temenin,” ajak Bayu.

            Andra menghela nafas, kemudian mengangguk pelan.

**

            Di area alun-alun kota Bandung, terdapat masjid megah atau yang di sebut sebagai masjid raya Bandung. Masjid yang menjadi kebanggan kota Bandung, dan menambah keindahan alun-alun kota Bandung.

            “Megah banget masjidnya,” kata Andra, berdecak kagum, tatkala memandang masjid tersebut dari jarak dekat.

            Bayu mengangguk. “Megah, memang.. Masjid ini memiliki kisah sejarah yang cukup panjang, serta sudah beberapa kali mengalami proses renovasi, loh.. Sejak pertama didirikan pada tahun 1812, sampai perombakan terakhir pada tahun 2001 yang lalu.”

            “Oh, ya? Kupikir, masjid ini memang sudah megah dari awal...”

            “Pada saat awal didirikan, dulunya masjid ini bercorak khas Sunda dengan atap limas besar bersusun tiga tinggi menjulang dan mayarakat menyebutnya dengan sebutan bale nyungcung. Namun setelah dilakukan renovasi, atap masjid diganti menjadi satu kubah besar dan kubah kecil di sisi kanan dan kirinya.”

            “Bale nyungcung?” tanya Andra, bingung.

\           “Iya. Sebutan itu terlontar karena bentuk atapnya yang runcing, dalam bahasa Sunda disebut nyungcung.”

            “Oh...”

            Ruangan dalam Masjid terdiri atas dua bagian, yaitu ruang dalam bagian depan dan ruang sholat utama. Jika ada kegiatan seperti pengajian atau pernikahan biasanya dilakukan di ruang sholat bagian depan. Bahkan ada saja warga yang lebih memilih untuk sholat di ruang bagian depan, walaupun ada ruang sholat utama.

            Selain memiliki lapangan alun-alun yang menjadi favorit warga untuk bermain atau berfoto, Masjid Raya Bandung memiliki menara yang bisa dinaiki oleh pengunjung. Dari atas menara, pengunjung bisa menikmati kota Bandung dari ketinggian 81 meter

            “Aku wudhu dulu, terus lanjut sholat,” kata Bayu.

            “Oke.”

            Setelah Bayu berlalu, Andra terdiam mengamati arsitektur bangunan masjid megah ini. Ia ternganga, seluruh bagian masjid ini begitu rupawan tuk dilihat mata dan dirasa jiwa.

            Tempat yang menenangkan, bagi jiwa yang mencari sebuah ketenangan.  Dan disinipun, gadis itu menemukannya.

**

            Selesai menunaikan sholatnya, lelaki berkulit sawo matang tersebut segera berjalan kearah semula, dimana ia berpisah dengan gadisnya. Di halaman masjid, ia mencari sosok Andra. Namun dalam berkali-kali tolehan, ia tak kunjung menemukannya.

            Dan tak butuh waktu lama, gadis bernama Andra yang ia cari, sudah muncul di sampingnya, dengan poni yang sedikit basah.

            “Kamu darimana?” tanya Bayu.

            Andra menunjuk ke suatu arah, “Dari sana. Tempat wudhu.”

            “Ngapain? Kamu wudhu?”

            “Iya.”

            Bayu mengerutkan kening. “Memangnya kamu sholat?”

            “Enggak.”

            “Terus?”

            Andra menghela nafas. “Emangnya membersihkan diri hanya untuk orang yang mau sholat?”

            “Ya.. Enggak, sih..” Bayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Berarti, kamu wudhu... Eh, maksudnya.. Berarti, kamu membersihkan diri, di tempat wudhu?”

            “Iya.”

            “Bareng orang-orang yang lagi wudhu?”

            “Iya. Kenapa, sih? Jangan rasis, deh!”

            “Eh, eh, nggak. Nggak ada yang rasis... Cuma bingung aja... Ka—“

            “Bingung soal apa?”  tanya Andra sedikit kesal. “Memang salah, kalau aku belajar?”

            Deg.

            Belajar? Apa yang sedang Andra pelajari? Apa ia berusaha belajar tahap awal dari sebuah ibadah? Apa ia belajar tuk melakukan wudhu? Apa ia belajar untuk memperdalam agama yang lelaki ini peluk?

            Entahlah. Jutaan pertanyaan berkecamuk di pikiran lelaki itu. Namun ia memilih bungkam. Ia takut salah jika bertanya, apalagi menyangkut kepercayaan masing-masing manusia.

            Toh, semua agama mengajarkan kebaikan, kan?

            “Aku pengen ke menara... Katanya, bisa lihat kota Bandung dari atas sana, ya?” tanya Andra, menunjuk menara yang kini sudah sepi tak berpenghuni.

            “Bisa. Sayangnya, pintu menara hanya dibuka hingga pukul lima sore. Jadi, kita terlambat..” balas Bayu.

            “Yah...”

            “Lain waktu, ya...”

            Andra mengangguk. Lain waktu, tanpa kamu, batinnya, memperjelas segala situasi yang akan mereka hadapi. Menyadari kenyataan bahwa esok, bukan milik mereka lagi.

            Tak apa, mereka masih memiliki beberapa jam untuk bersama.

**

            Selanjutnya, mereka kembali berjalan di area alun-alun. Kali ini, mereka memilih tuk mengisi perut dengan aneka kuliner yang ada. Mereka menikmati jagung bakar, serta sosis bakar, dengan wedang bandrek yang menyapa hangat tubuh mereka.

            “Kenapa perbedaan itu ada?” tanya Andra, sembari menerawang langit.

            Bayu tau kemana arah pembicaraan ini. Perbedaan yang Andra maksud, adalah perbedaan agama yang mereka berdua alami.

            “Perbedaan tercipta agar manusia terus belajar untuk saling menghormati, menghargai, dan toleransi,” balas Bayu, realistis.

            “Yakin?”

            “Iya..”

            Andra tersenyum miris. “Tapi kenapa ya... Meski sudah toleransi, nyatanya perbedaan itu tidak bisa disatukan?”

            Deg.

            Seperti mereka. Sudah saling menghargai dan saling ada satu sama lain, serta berusaha tetap bertahan dalam perbedaan yang mengekang. Nyatanya, sama saja, tak ada yang bisa memberikan solusi, selain perpisahan.

            “Karena perbedaan ada, bukan untuk menyatukan. Tapi untuk memberi ruang, agar ada sebuah keberagaman,” kata Bayu, lagi.

            Dan berkat jawaban Bayu, Andra menunduk. “Berarti, kita memang nggak bisa bersatu, ya?”

            “Sulit. Kecuali jika alam berbuat sesuatu, untuk mempersatukan kita...”

            Benar, mungkin, mereka ada, bukan tuk bersatu, tetapi tuk memberi ruang agar mereka bisa belajar tentang arti perbedaan.

            Bahwa sesuatu yang nyaman, belum tentu akan dipersatukan.

            Namun sesuatu yang nyata, pasti akan berakhir indah.

            Dan mereka pun tau, bahwa kebersamaan mereka, adalah fana. Dan bukan nyata. Hanya fatamorgana.

            Mereka,

            Bukan untuk bersama.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Lovesick
451      330     3     
Short Story
By Khancerous Why would you love someone else when you can’t even love yourself?
Code: Scarlet
25386      4944     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
Caraphernelia
997      524     0     
Romance
Ada banyak hal yang dirasakan ketika menjadi mahasiswa populer di kampus, salah satunya memiliki relasi yang banyak. Namun, dibalik semua benefit tersebut ada juga efek negatif yaitu seluruh pandangan mahasiswa terfokus kepadanya. Barra, mahasiswa sastra Indonesia yang berhasil menyematkan gelar tersebut di kehidupan kampusnya. Sebenarnya, ada rasa menyesal di hidupnya k...
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
487      347     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
Catatan Takdirku
1102      685     6     
Humor
Seorang pemuda yang menjaladi hidupnya dengan santai, terlalu santai. Mengira semuanya akan baik-baik saja, ia mengambil keputusan sembarangan, tanpa pertimbangan dan rencana. sampai suatu hari dirinya terbangun di masa depan ketika dia sudah dewasa. Ternyata masa depan yang ia kira akan baik-baik saja hanya dengan menjalaninya berbeda jauh dari dugaannya. Ia terbangun sebegai pengamen. Dan i...
Menuntut Rasa
488      370     3     
Short Story
Ini ceritaku bersama teman hidupku, Nadia. Kukira aku paham semuanya. Kukira aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku jauh dari itu.
Gareng si Kucing Jalanan
10670      3428     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...
Sisi Lain Tentang Cinta
786      441     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Flower With(out) Butterfly
434      301     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
Iskanje
5528      1506     2     
Action
Dera adalah seorang mahasiswa pindahan dari Jakarta. Entah takdir atau kebetulan, ia beberapa kali bertemu dengan Arif, seorang Komandan Resimen Mahasiswa Kutara Manawa. Dera yang begitu mengagumi sosok lelaki yang berwibawa pada akhirnya jatuh cinta pada Arif. Ia pun menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Pada mulanya, ia masuk menwa untuk mencari sesuatu. Pencariannya menemui jalan buntu, tetapi ia...