Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Ghost's Recipe
MENU
About Us  

 Alice membuka lemari es, mengeluarkan daging yang sudah dicincang, wortel serta kubis dan juga tahu yang baru saja ia beli pagi-pagi tadi.

 Untungnya harga daging tidak terlalu mahal, Arwah lelaki itu juga menyuruhnya untuk meminta tolong pada penjual daging mencincang daging yang ia beli. Karena pisau yang Alice miliki di rumah terlalu kecil dan tidak bisa digunakan untuk mencincang.

 Sebelum pergi ke pasar, ia sudah memasak nasi terlebih dahulu. Ia akan menggunakan penanak nasi untuk memasak sukiyaki sayuran ini. Namanya begitu aneh, tidak mirip makanan Indonesia, tapi arwah lelaki itu menjamin kelezatan dari makanan yang akan mereka masak hari ini.

 Alice menambahkan kecap asin ke dalam adonan daging, lalu membuka bungkusan lada, tanpa mengira-ngira, ia memasukkan sebungkus lada dengan dalih bahwa isinya terlalu sedikit.

 Mengetahui hal itu, arwah lelaki itu hanya bisa menggeleng.

 “Lain kali, coba tanya aku dahulu.”

 “Tidak apa-apa, lada sedikit lebih banyak juga tidak masalah.”

 Arwah lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, “Itu sebuah masalah, lada terlalu banyak akan membuat rasa pedas di tenggorokkan berbeda dengan rasa pedas dari cabai.”

 Alice tak memperdulikan ucapan arwah itu. Selanjutnya ia merebus air di dalam penanak nasi dan menunggunya mendidih.

 Gadis itu mengupas kubis satu-persatu, memotong pangkal bagian kubis yang keras. Ia juga memotong motong wortel dengan ukuran tebal. Setelah air di penanak nasi mendidih, ia segera merebus kubis serta wortel, mengaduknya perlahan di dalam air agar seluruh permukaan kubis terendam dan cepat matang.

 Kubis yang sudah melemah ia tiriskan ke atas piring, lalu mematikan penanak nasi.

 Daging yang sudah di cincang ia letakkan di atas kubis, lalu membungkusnya hingga daging tidak terlihat. Ia melakukannya sampai semua daging dan kubis habis.

 Arwah lelaki itu menyuruhnya agar tidak membuang kuah rebusan sayur tadi, kemudian menekan tombol masak lagi. Alice memasukkan satu persatu kubis ke dalam agar tidak terbuka, menyusunnya secara merata pada bagian bawah penanak nasi.

 “Tambahkan sedikit kaldu bubuk di dalamnya agar kuah memiliki rasa yang lebih nikmat.” ujar arwah lelaki itu.

 Alice menakarnya sedikit dengan menggunakan sendok, se-ujung sendok dan memasukkannya ke dalam kuah. Lantas tinggal menunggu daging mendidih dan makanan sudah bisa dimakan.

 “Dan hampir selesai. Wah, baru kali ini aku mencoba memasak daging ayam dengan cara seperti ini. Kalau tidak dengan arahanmu, mungkin makanan ini akan gosong dan sia-sia sudah uang yang kuhabiskan.” Alice menggengam ujung dapurnya.

 “Aneh sekali, kenapa, ya?”

 “Aku memang aneh. Menyesal pun tidak bisa, kita memiliki perjanjian.” Alice menunjuk pintu kulkas yang ditempeli berbagai macam resep serta surat perjanjian mereka.

 “Bukan. Ituloh, paman yang kau temui kemarin. Kapan dia menghilang?”

 “Harusnya sudah hampir satu bulan. Aku ingat saat itu ada kecelakaan di depan rumah induk semang. Dua kejadian sekaligus, ia memberiku nasi kepal, dan kecelakaan itu. Ada orang yang bagian belakang kepalanya di pukul hingga retak parah.” Alice memperagakan apa yang terjadi malam itu.

 Arwah lelaki itu hanya diam, ia menggigit bibirnya perlahan. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu.

 “Bukankah itu aneh? Aku rasa tidak pernah bertemu dengan paman itu sebelumnya, bahkan setelah menjadi arwah pun, itu adalah pertemuan pertama kami. Namun, ia malah memelototiku seolah bola matanya sewaktu-waktu bisa keluar dari matanya.”

 Alice mengerutkan dahinya heran. Kemarin malam ia ingin bertanya lebih banyak kepada paman. Tapi eskpresi paman benar-benar berubah, dan akhirnya Alice kehilangan kesempatan untuk bertanya pada paman itu.

 “Aku rasa, paman mungkin tau kenapa kau meninggal?” Alice menatap arwah lelaki itu lekat-lekat.

 “Ah!” Arwah lelaki itu balas menatap Alice, tatapannya sarat dengan banyak arti.

 “Itu artinya, kita harus bertanya kepada paman itu apa yang terjadi. Tapi, kau tidak boleh ikut.”

 “Kenapa?!” nada suara lelaki itu naik, ia menatap Alice dingin.

 “Paman tidak akan bisa bercerita kalau kau ada di sana. Pada akhirnya kita tidak akan bisa mendapatkan informasi apapun. Serahkan ini padaku, setelah mendapatkan jawabannya aku pasti akan memberitahumu. Malam ini, kau tidak boleh menunggu, berjalan, mendekatiku di minimarket. Tunggulah di rumah, sampai aku pulang. Kau bisa berjanji?” Alice mengacungkan jari kelingkingnya.

 Arwah lelaki itu berpikir lama-lama. Alice benar, kalau ia berada di sana, paman hanya akan bungkam. Arwah lelaki itu menautkan jari kelingkingnya, membuat janji kedua yang nyaris sulit untuk ia tepati. Lelaki itu sudah memikirkan rencana untuk bertengger di pohon ataupun atap minimarket kalau ia bisa.

 Penanak nasi mengeluarkan bau harum, suara click terdengar yang artinya sudah matang. Alice membuka tutup penanak nasi dan berharap makanan kali ini sama enaknya dengan makanan yang sebelumnya.

 Karena ada tambahan lada, sebuah aroma masakan bisa jadi berbeda. Ada sedikit rasa pedas di hidung saat Alice lagi-lagi mencoba menghirup aroma kuah masakannya.

 “Lada, salah satu bumbu masakan yang bisa menggantikan cabai, namun memiliki rasa pedas yang berbeda. Kalau melihat penggunaan ladamu, masakan itu pastinya lebih pedas daripada menggunakan setengah kilogram cabai merai.” Arwah lelaki it uterus menyinffunf kesalahan Alice saat menuangkan lada sesuka hatinya.

 Darimana ia tau kalau lada hanya boleh dimasukkan sedikit? Padahal satu bungkus lada saja isinya hanya sedikit.

 Alice mengambil beberapa sayur di dalam, menuangkannya pada mangkuk kecil. Ia juga menyiapkan sepiring nasi.

 Pagi itu, lagi-lagi kelas di tunda. Karena itu ia bisa menikmati waktunya lebih banyak lagi. Pergi ke pasar lebih siang, memasak lebih siang pula.

 Waktu menunjukkan pukul Sembilan pagi, waktu yang pas untuk sarapan pagi.

 Uap panas terus membumbung tinggi, mengikuti arah matahari yang datang dari jendela di dapur.

 “Selamat makan.” Ia memotong kubis dengan isian daging dan tahu menjadi empat bagian. Ia memakan bagian pertama dengan kuah, rasanya sangat segar.

 Sayur yang dimasak sampai empuk dengan isian daging yang padat dan juga ada tahu yang lembut di dalamnya. Kuah kaldu itu pun terasa pas dengan sayur wortel penambah warna di dalamnya.

 Saat ia mau mencoba memasukkan bawang goreng, Arwah lelaki itu menghentikannya dengan alasan tidak semua sup cocok dengan bawang goreng. Dan itu seratus persen benar, lebih baik menggunakan daun putih cincang saat merebus sup.

 Mata Alice membesar. “Enak! Ugh-“ ia terbatuk-batuk “Sedikit pedas dan rasanya nyelekit di tenggorokkan.”

 Arwah lelaki itu memutar bola matanya seolah mengatakan bahwa ia sudah memperingati Alice sebelumnya.

 Namun, di luar dari rasa panas yang ia dapat dari lada, Sup itu luar biasa. Lain kali mungkin ia akan memasaknya lagi.

 Arwah lelaki itu duduk di sebelahnya. “Memasak itu membuat cita rasa yang baru, bukan hanya rasa yang dirindukan namun juga rasa yang belum pernah ada.”

 Alice mengangguk setuju. “Aku tidak tau kalau memasak akan menjadi semudah ini. Beberapa bulan yang lalu saat mencoba memasak, aku hampir menghancurkan seisi dapur di kamar loteng ini. Di penampungan anak pun tidak pernah diajari dasar-dasar memasak karena bibi pengurus yang akan selalu berada di dapur.” celoteh Alice dengan mulut penuh nasi.

 “Kalau diingat-ingat, sepertinya aku juga rindu dengan masakan ibuku. Entah kenapa, masakan ibu seolah memiliki seni yang tertanam di pikiran serta hati. Saat pergi jauh, yang paling dirindukan adalah masakan seorang ibu. Tapi saat berada di rumah, kita malah pergi membeli makanan di luar.” Arwah lelaki itu tertawa mengingat masa lalunya.

 “Jika disamakan, artinya masakan ibu itu sama dengan masakan bibi pengurus, ya. Aku juga terkadang rindu dengan masakan sederhana buatan bibi, terkadang kami membuat kue juga. Kue yang bisa dimasak dengan mudah menggunakan kukusan.” Alice mengingat kue buatan bibi pengurus yang selalu mereka tunggu-tunggu di setiap hari minggunya. Biasanya kue itu akan dimakan bersama saat sudah matang dan sisanya akan diberikan pada penampungan lainnya.

 “Masa-masa yang indah.”

 “Ah! Aku ada ide!” Alice bangkit dari tempatnya duduk. Ia mengambil sepiring nasi lagi. Meletakkannya di atas meja, ia ingat betul bibi tetangganya selalu melakukan ini saat paman berkepala botak itu datang memakan ayam mentega milik bibi.

 Alice menancapkan sumpit kayu yang pernah ia dapatkan saat membeli makanan di awal-awal kedatangannya di rumah loteng ini.

 “Silahkan di makan.” ucap Alice lagi sambil membungkukkan tubuhnya.

 Arwah lelaki itu hanya memiringkan kepalanya heran. “Untukku?” tanyanya.

 “Iya, kau tau? Saat hari-hari tertentu, rumah bibi tetangga sebelah akan dipenuhi dengan arwah gentayangan yang air liurnya mereka terus menetes. Katanya ayam mentega milik bibi itu sangat enak. Dan aku ingat bibi itu akan menusuk nasinya dengan dua sumpit lalu berkata ‘silahkan dimakan’”

 “Dan itu yang kau lakukan sekarang untukku?”

 Alice mengangguk. “Kau merindukan masakan ibumu, kan? Meskipun ini hasil masakan kita berdua, mungkin rasanya tidak akan seenak masakan ibumu. Tapi, semoga masakan ini membantumu mengingat kenangan indah dengan ibumu. Dengan begitu, mungkin saja ingatan selama masih hidup tiba-tiba akan kembali.”

 Lagi-lagi senyuman itu yang arwah itu tampilkan. Matanya menatap nasi dengan sendu, lalu menatap kuah yang masih hangat dengan perasaan yang tidak bisa Alice mengerti.

 “Terima kasih, selamat makan.” Arwah lelaki itu menarik piring itu dari Alice. Memakannya dengan perasaan bahagia yang membuncah di dalam hatinya.

 Meskipun sudah menyendok beberapa kali, nasi di dalam piring tetap sama, tidak berkurang sedikit-pun.

 “Enak, memang rasanya enak. Namun pedas, ini bisa menjadi makanan paling mematikan di dunia.” Arwah lelaki itu berdehem beberapa kali, ia juga menggerakkan kerah bajunya, memegangi tenggorokannya yang tiba-tiba gatal karena lada di masakan Alice.

 Kali ini, gantian Alice yang tidak bisa berhenti tertawa. Keduanya terbatuk-batuk karena lada yang terlalu banyak.

 “Rasanya ada yang aneh dengan perutku...” Alice hanya bisa berbaring setelah makan. Ia merasa mual, perutnya juga sakit, pernapasannya menjadi sedikit sesak.

 Akibat mengira bahwa yang terjadi pada tubuhnya adalah gejala sakit perut biasa, Alice memutuskan hanya tidur-tiduran di kasurnya. Tapi berbaring pun tidak membuatnya merasa lebih baik, kepalanya bahkan lebih pusing daripada yang seharusnya.

 “Apakah bertambah buruk?”

 Alice mengangguk, ia memegangi perutnya yang semakin lama semakin sakit. “Rasanya seperti mau muntah.”

 “Kurasa ada yang salah denganmu, lebih baik pergi mencari dokter untuk meminta obat. Di dekat sini seharusnya ada rumah sakit yang bisa dikunjungi.” Arwah lelaki itu benar-benar khawatir, kini ia duduk di dekat Alice. Lelaki itu menaruh tangannya di dahi Alice, mengecek suhu tubuh gadis itu.

 Ada rasa dingin yang menyengat saat keduanya tidak sengaja bersentuhan. Napas Alice semakin memburu, jantungnya juga berdebar terlalu kencang sampai ia harus menekan dadanya. Perasaan sakit yang tiba-tiba ini tidak mungkin terjadi karena ia sakit, ia yakin itu.

 “Tidak demam, suhu tubuhmu seharusnya normal. Apa yang salah...” Seketika itu juga arwah lelaki itu terdiam. Ia melihat ke dapur, sisa sup yang masih ada di penanak nasi. Satu hal melintas di otaknya.

 Seolah tau apa yang dipikirkan lelaki itu, Alice hanya tersenyum canggung, “Tidak mungkin,kan?”

 “Bukan alergi lada tentunya, tapi karena mengkomsumsi lada terlalu banyak. Sepertinya ada yang salah dengan lambungmu setelah memakan lada. Sebaiknya kita pergi ke dokter, kalau tidak akan semakin gawat.”

 Alice mengerutkan dahinya, uangnya masih cukup. Tapi, bukankah pergi ke rumah sakit akan menghabiskan banyak uang? Ia tidak akan bisa makan nanti dan harus terus menahan rasa lapar yang berkepanjangan kalau langsung menghabiskan banyak uang sekaligus.

 “Uang? Masalahmu di uang?”

 Alice tidak bisa membantah itu, gaji yang baru saja ia dapat beberapa hari akan raib dalam satu hari.

 “Kalau kau menahan rasa sakit itu, yang akan datang hanyalah sebuah bencana. Dengarkan kata-kataku, kita bisa mulai memasak telur ataupun tahu atau lauk-lauk yang murah. Kita bisa berhemat, percayalah padaku. Aku akan berusaha mencari lauk yang paling murah untuk dimasak. Setidaknya kau tidak akan kelaparan.” ucap Arwah lelaki itu dengan raut wajah khawatir.

 Alice menggigiti bibirnya, arwah lelaki itu benar. Alice tak akan bisa menahan rasa sakit itu lebih lama lagi.

 Gadis itu bangkit dari posisinya dengan susah payah, ia harus pergi bekerja nantinya karena itu ia harus segera sembuh dengan pergi ke rumah sakit. Alice merogoh tas ransel miliknya, merogoh dan mulai mencari dompetnya.

 Arwah lelaki itu tidak bisa membantu memapahnya berjalan, sentuhan kecil bisa terjadi diantara arwah gentayangan dengan manusia. Tapi tidak sampai bisa membantu, memapah ataupun menggendong. Ada batasan diantara hidup dan kematian yang memisahkan sentuhan fisik.

 Saat sampai di bawah, Induk semang duduk dengan tenang di meja informasi buatannya dengan menyeruput teh.

 Melihat Alice yang berjalan tergopoh-gopoh malah menaikkan rasa penasaran induk semang.

 “Ada apa? Kau tidak apa-apa nak?”

 Alice berhenti, masih berusaha menjawab. “Sepertinya salah makan, aku harus pergi ke rumah sakit bi. Rasa sakitnya terlalu dahsyat sampai aku sulit berjalan pula.” Tangan Alice menggengam erat ujung meja informasi, mencoba menahan rasa sakit yang datang secara beruntun.

 Induk semang segera meletakkan cangkir tehnya, berjalan keluar dari meja informasi sambil membawa tas tenteng yang entah datang darimana.

 “Bibi bisa menemanimu, kau bisa berjalan? Lebih baik kita naik taksi.”

 “Tidak- tidak perlu bi, aku bisa berjalan-“ Alice menekan perutnya yang tidak bekerja sama saat ini.

 “Aduh, jangan menolak. Bibi yang akan membayar biaya taksinya!” Induk semang berlari ke depan, memberhentikan sembarang mobil kosong dan segera memapah Alice masuk ke dalam mobil.

 Banyak pikiran yang tiba-tiba merasuki otaknya secara mendadak. Di dalam mobil pun, Alice tak henti-hentinya terus meraung-raung dalam hati. Di dalam mobil, supir tak dikenal, induk semang serta arwah lelaki itu ikut-ikutan andil.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bintang Sang Penjaga Cahaya
72      65     2     
Inspirational
Orang bilang, dia si penopang kehidupan. Orang bilang, dia si bahu yang kuat. Orang bilang, dialah pilar kokoh untuk rumah kecilnya. Bukan kah itu terdengar berlebihan walau nyatanya dia memanglah simbol kekuatan?
Paragraf Patah Hati
5861      1903     2     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
Te Amo
453      309     4     
Short Story
Kita pernah saling merasakan titik jenuh, namun percayalah bahwa aku memperjuangkanmu agar harapan kita menjadi nyata. Satu untuk selamanya, cukup kamu untuk saya. Kita hadapi bersama-sama karena aku mencintaimu. Te Amo.
Renata Keyla
6752      1565     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
After School
3213      1340     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
How to Love
1384      587     3     
Romance
Namanya Rasya Anggita. Sosok cewek berisik yang selalu penasaran dengan yang namanya jatuh cinta. Suatu hari, dia bertemu cowok aneh yang mengintip pasangan baru di sekolahnya. Tanpa pikir panjang, dia menuduh cowok itu juga sama dengannya. Sama-sama belum pernah jatuh cinta, dan mungkin kalau keduanya bekerja sama. Mereka akan mengalami yang namanya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tapi ter...
Tentang Hati Yang Mengerti Arti Kembali
808      508     5     
Romance
Seperti kebanyakan orang Tesalonika Dahayu Ivory yakin bahwa cinta pertama tidak akan berhasil Apalagi jika cinta pertamanya adalah kakak dari sahabatnya sendiri Timotius Ravendra Dewandaru adalah cinta pertama sekaligus pematah hatinya Ndaru adalah alasan bagi Ayu untuk pergi sejauh mungkin dan mengubah arah langkahnya Namun seolah takdir sedang bermain padanya setelah sepuluh tahun berlalu A...
Ketos pilihan
768      533     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?
Sebuah Musim Panas di Istanbul
411      297     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Teman Berakhir (Pacar) Musuhan
752      460     0     
Romance
Bencana! Ini benar-benar bencana sebagaimana invasi alien ke bumi. Selvi, ya Selvi, sepupu Meka yang centil dan sok imut itu akan tinggal di rumahnya? OH NO! Nyebelin banget sih! Mendengar berita itu Albi sobat kecil Meka malah senyum-senyum senang. Kacau nih! Pokoknya Selvi tidak boleh tinggal lama di rumahnya. Berbagai upaya buat mengusir Selvi pun dilakukan. Kira-kira sukses nggak ya, usa...