Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Ghost's Recipe
MENU
About Us  

 Rupanya satu nasi kepal saja tidak bisa mengenyangkan dirinya. Pukul empat pagi, Alice bangun lebih cepat dari biasanya. Bukan karena ia terbiasa bangun lebih cepat, tapi perutnya terus mengeluarkan suara-suara aneh semalaman. Para arwah gentayangan yang tidak tahan dengan suaranya pun memilih untuk pergi tidur di tempat lain.

 Bahkan paman berkepala botak terus memaki suara perutnya, menyalahkan Alice yang hanya memakan sebuah nasi kepal.

 Tentu saja Alice harus menghemat lebih banyak uang. Satu-satunya yang ia miliki saat ini hanyalah beberapa uang yang diberikan pengurus penitipan anak. Uang itu bahkan sudah terpakai setengahnya untuk membeli barang-barang dapur seperti wajan, membayar uang sewa kepada induk semang serta membayar biaya tak terduga saat perkuliahan.

 Walaupun sudah bekerja di kafe, gaji itu tidak terbilang banyak namun cukup jika ia tidak membeli makanan di luar. Terkadang, ia bisa membawa pulang beberapa kue yang tidak habis terjual. Masalah utamanya ialah Alice tidak bisa merasa kenyang hanya dengan makan kue manis seukuran kepalan jari. Belum lagi nasi kepal yang ia beli selalu habis di minimarket. Sangat sulit menjalani hidup hanya dengan memakan mie instan setiap harinya. Karena terlalu banyak memakan mie instan, wajahnya jadi ikut membengkak.

 Alice mengambil segelas air dan menambahkan sedikit gula di dalam air. ia berharap air gula itu akan membantunya untuk kenyang lebih lama lagi. Alice masih memiliki sisa nasi kepal di dalam kulkas kecil milik induk semang. Induk semang sengaja menaruh kulkas itu dengan alasan ia akan membeli kulkas yang baru. Tentu saja Alice merasa senang dengan kedatangan kulkas yang tiba-tiba. Ia bisa manaruh beberapa butir telur serta daun bawang.

 Kalau Alice memakan nasi kepal itu sekarang, ia akan merasa lapar untuk saat mata pelajaran ke-tiga. Ia harus menahan diri, memakannya tepat saat jam pertama perkuliahannya.

 Paman berkepala botak berdiri di ambang pintu. Ia menatap Alice keheranan.

 “Kau lapar?” paman menurunkan nada suaranya.

 Alice hanya mengangguk, ia mencoba membungkukkan tubuhnya untuk menahan rasa lapar yang menyakitkan.

 “Kau kan bisa membeli makanan yang lebih baik.”

 “Tidak, aku harus menyimpan uangku. Setidaknya, aku tidak ingin kembali ke penitipan anak hanya karena diriku belum mampu menghidupi diriku sendiri.”

 “Uang yang dikeluarkan untuk makanan tidak akan terlalu banyak. Setidaknya memasaklah sendiri.”

 Alice menggeleng. “Aku saja tidak bisa memasak nasi, bagaimana mungkin memasak?”

 “Bocah, kau ini cari mati, ya?” Kali ini paman berkepala botak itu melangkah dengan marah. “Kalaupun kau tidak bisa membeli makanan, cobalah belajar untuk memasak! Bagaimana kau bisa tumbuh kalau setiap harinya hanya memakan nasi kepal kadarluarsa, bahkan mie isntan yang tidak ada gizinya! Manusia itu selama masih hidup, setidaknya harus menikmati hidup mereka sendiri. Bukannya malah menyiksa diri hanya karena membutuhkan uang. Untuk apa kau mencari uang kalau tidak digunakan untuk dirimu sendiri?”

 “Paman, kalau misalnya aku hidup tanpa uang sepeser pun dan hanya mementingkan urusan perut. Aku tidak akan bisa hidup.” Alice meletakkan kembali gelasnya.

 “Meminta tolonglah. Kau bukan anak kecil yang harus diajarkan bagaimana cara berjalan ataupun mengunyah lagi. Setidaknya, kau bisa meminta tolong pada kami.”

 “Memangnya paman bisa memasak?” ujar Alice sambil menyipitkan mata.

 Kali ini, paman membusungkan dadanya seolah ia sudah menantikan pertanyaan itu. Paman dengan percaya diri berjalan ke arah kulkas.

 Paman berkepala botak itu menyunggingkan senyumnya dengan bangga. “Kau harus tau, semua orang selalu memintaku untuk memasak saat di area konstruksi karena-“ tiba-tiba paman malah tidak bisa melanjutkan ucapannya.

 Dibukanya kulkas itu dan mendapati kulkas kosong melompong yang hanya ada tiga butir telur, daun bawang yang hampir membusuk, beberapa bungkus mie isntan serta sebungkus beras yang diikat asal-asalan dengan karet rambut.

 “Apa-apaan ini! hanya ini saja?!” pekik paman.

 Mata Alice berbinar-binar penuh harap. “Bagaimana kalau memasak telur dadar? Telur orak-arik juga sepertinya enak. Paman bisa membuat telur orak-arik kan? Tapi aku tidak punya minyak.”

 “Kau menyuruhku memasak telur orak-arik dengan apa? Minyak rambut? Kalau minyak goreng saja tidak ada, bagaimana aku bisa menyelamatkanmu, hah?” Mata paman memelotot kesal. Bahkan saat hidup dulu ia tidak pernah semiskin ini, setidaknya di kulkas kecilnya selalu ada bahan masakan yang bisa dijadikan lauk pauk.

 Paman mengeluarkan daun bawang yang sudah menguning, tidak segar lagi. Ia bahkan ragu kalau telur itu masih bisa dimakan.

 Paman berkepala botak itu mulai membuka satu persatu lemari yang ada di dalam dapur. Ia menemukan bumbu kaldu jamur, garam dan gula yang belum terbuka bungkusnya.

 Di lemari yang satu lagi, mereka menemukan tiga panci, dua yang lainnya masih baru dan satu sisanya sudah terlihat gosong. Hal itu terjadi karena Alice yang mencoba untuk memasak nasi saat pertama kali.

 Ia tidak berniat membeli penanak nasi karena harganya yang mahal dan takut akan lonjakan harga listrik di kos-kosan milik induk semang. Jadi ia mencoba memasaknya dengan api besar di dalam panci. Masalah utamanya ia tidak tau cara mencuci beras yang benar bahkan tidak mengukur takaran air yang benar untuk takaran beras. Karena itu, air rebusan beras terus meluap sampai membanjiri kompor. Nasi yang dimasak juga terlalu lembek walaupun air belum meluap habis, bahkan bagian bawah nasi berubah menjadi keras dan kehitaman karena api disetel terlalu besar. Tapi Alice tidak tau alasan mengapa ia gagal memasak nasi, pastinya ia tidak ditakdirkan untuk memasak.

 Alice menjauh dari kata memasak, dan kini dihadapi dengan uang menipis dan harus berhemat.

 “Kita bisa memasak nasi di panci, untuk lauknya mungkin sup telur saja.” ucapan paman membangunkan Alice dari lamunannya. “Karena kompormu ada dua, kita bisa melakukannya sekaligus. Sekarang kita hanya harus mencuci berasnya dulu.” lanjut paman.

 Alice mengeluarkan sebungkus beras yang pernah menjadi mimpi buruknya. Mereka mengukur takaran beras dengan gelas plastik. Paman mengambil setengah lebih dari cangkir dan memasukkannya ke dalam panci.

 Selanjutnya paman menaruh panci tersebut di aliran air mengalir, setelah di rasa cukup, keran pun dimatikan. Paman mencuci beras seolah sedang berdoa, ia menangkupkan kedua tangannya. Terus menggosok beras beberapa kali, mengambil beras bagian lain dan menggosoknya lagi. Air yang sudah berubah keruh ia buang. Setidaknya paman melakukan hal yang sama dan mengisi ulang air sampai empat kali.

 “Kalau ingin melihat apakah takaran air itu sudah cukup, letakkan saja jarimu. Jikalau sudah pas di satu ruas jari, maka takaran air sudah pas. Lalu atur api tidak terlalu besar, sedang saja cukup. Dan yang pastinya tutup rapat panci sampai air surut.” ucap paman sambil menerapkannya di depan Alice.

 Sayangnya Alice tidak memiliki tutup panci. Akhirnya paman menggunakan piring kaleng lalu meletakkan gelas berisi air di atasnya agar panci bisa tertutup rapat.

 Sembari menunggu nasi matang, paman segera mengambil panci yang satunya dari lemari dan menuangkan banyak air ke dalamnya. Dan mendidihkannya di atas api kompor.

 Kemudian ia memecahkan telur ke dalam mangkuk dan segera mengocoknya perlahan sampai kuning telur bercampur dengan putih telur.

 Paman berkepala botak itu mulai menambahkan sesendok kaldu serta sejumput garam ke dalam air yang mendidih. Ia mengaduk-aduknya perlahan lalu menuangkan seluruh telur dari dalam mangkok ke dalam panci.

 Telur yang bersatu dengan air di dalam panci mulai memecah seperti pita satin yang teurai. Setelah menuangkan seluruh telur, paman lalu mengambil gunting dan daun bawang yang masih tersisa mengabaikan bagian kuning pada ujung daun itu.

 Mereka berdua menunggu sampai kuah mendidih. Bau nasi matang yang menghangatkan mulai menyebar keluar dari jendela. Uap-uap panas dari dalam panci menghangatkan perasaan Alice.

 Paman benar-benar menikmati kegiataan memasak. Acap kali Alice mendapati paman tersenyum bangga, matanya menatap sendu ke dalam kuah kaldu yang kekuningan itu. Bahkan saat menambahkan garam, tangan paman begerak perlahan seolah sudah tau takaran yang pas untuk makanan, tidak ada keraguan sama sekali.

 Alice tidak pernah menduga paman berkepala botak dengan tato di sebagian tubuhnya itu bisa tersenyum seperti itu. Melihat dari balik punggung paman itu membuatnya merindukan seseorang yang sudah tidak ada.

 Seolah ada seseorang yang bersembunyi diingatannya pernah membelakanginya seperti itu. Perasaan rindu yang membuncah mulai menyelimuti ingatan serta tubuhnya, seperti pelukan hangat yang ia rindukan.

 “Sudah selesai,” ucapan paman memecah keheningan.

 Paman membuka nasi yang sudah matang. Nasi pulen berwarna putih yang indah. Paman langsung menyendokkannya ke dalam piring. Ia menuangkan sebagian sup telur ke dalam mangkuk dan memberikannya pada Alice.

 Alice dengan sigap langsung mengambil keduanya dan meletakkannya di atas meja kecil di ruang tamu. Waktu menunjukkan hampir pukul enam pagi, Alice berhasil menahan lapar selama dua jam dan sekarang air liurnya terus menetes.

 Paman tidak berucap apa-apa, Alice pun memutuskan untuk segera melahap habis sarapannya yang terlalu pagi itu.

 Ia menyendok kuah sup telur, meniupnya perlahan agar tidak terlalu panas. Rasa asin serta segar dari kuah sup itu membuat perutnya bergemuruh lebih keras. Telur yang dimasak dalam kuah sangat lembut, telur itu langsung turun ke tenggorokkan tanpa perlu dikunyah. Ia langsung menyendok nasi dan memasukkannya dalam mulut.

 Nasi itu pulen, tidak terlalu lembek ataupun keras, dimasak dengan pas. Asap panas keluar dari mulutnya. Alice segera mengipasi mulutnya karena panas yang menyengat dinding-dinding mulutnya.

 Ia menyukai makanan hangat seperti ini, mengingatkannya pada kenangan saat masih berada di penampungan anak. Pemilik penampungan anak selalu memasakkan berbagai macam sup hangat serta nasi putih yang bisa dimakan kapan saja. Meskipun ia tidak bisa memakan terlalu banyak karena harus berbagi dengan anak-anak di tempat itu. Tapi ia merasa bersyukur dengan kenangan kecil yang tiba di kepalanya saat memakan makanan yang dimasakkan oleh paman.

 Paman berdiri di ambang pintu dapur, menatap Alice puas.

 “Kalau aku masih hidup, aku pasti akan menikah dan memasakkan menu yang sama untuk anakku.” Paman menghela napas.

 “Paman, apakah pernah menyesal setelah meninggal?” ucap Alice dengan mulut penuh makanan. Kuah di dalam mulutnya hampir muncrat keluar saat ia berbicara.

 “Menyesal dan juga perasaan lega.” Paman berjalan mendekati Alice. Ia memilih duduk di depan Alice. “Menyesal karena tidak bisa menikah dan menikmati hidup, tapi lega karena tidak perlu bekerja mati-matian seumur hidup. Aduh, orang tua seperti aku harus bekerja setiap harinya di tempat konstruksi, lalu pulang untuk mencuci pakaian kotor dan menikmati makanan hangat. Tapi itu membosankan, seharusnya aku menikah sebelum tua. Setidaknya setelah pulang ada istri yang menyambutku, bisa bermain dengan anakku. Tapi uangku saja tidak bisa terbilang cukup untuk biaya hidupku sendiri. Menyedihkan sekali, kan?” Paman tertawa, tapi sorot matanya berubah sedih. Ia hanya menatap kuah telur buatannya sendiri.

 Alice menggeleng. “Tidak, paman keren sekali! Lagipula paman hidup dengan membawa kebahagiaan pada orang lain. Menurutku, memasak untuk orang lain seperti ini saja sudah berarti kebahagiaan bagi yang memakannya. Aku mulai muak dengan nasi kepal dan juga mie instan, aku ingin memakan makanan yang dimakan orang lain juga. Sup telur sederhana, nasi putih serta secangkir air cukup. Paman melakukan banyak hal untukku, benar-benar membahagiakan.”

 Lagi-lagi paman tersenyum, kali ini terlihat kerutan tipis di dekat matanya. “Benarkah? Kau tau? Semua arwah gentayangan yang berada di sini adalah korban kebakaran yang terjadi.”

 Alice meletakkan sendoknya. “Kebakaran?”

 “Iya, lihat punggungku juga penuh dengan luka bakar.”

 “Paman tau? Lalu kenapa paman-“

 “Benar, aneh, kan? Saat aku pertama kali menyadarinya, kukira aku akan langsung menghilang. Tapi itu tidak terjadi, hanya saja aku tak bisa mengatakannya pada arwah gentayangan yang lainnya. Tapi mereka semua berada di sini karena ada beban yang masih ada di dalam hati. Setidaknya mereka harus mencari tau apa yang membuat arwah mereka tertahan di sini.”

 Alice memiringkan kepalanya heran. “Lalu paman sudah mendapatkan alasannya?”

 Paman berkepala botak itu mengangkat tangannya, separuh dari tangannya sudah mulai menghilang, memecah bagaikan butiran salju dan bergerak keluar menuju jendela.

 “Menurutku, hal yang paling kuinginkan sebelum meninggal adalah memasak untuk orang lain. Seperti yang pernah kubayangkan, memasak untuk anakku. Hei, bocah, terima kasih sudah memberikan pengalaman paling berharga sebelum kepergianku yang sepenuhnya.”

 Tanpa sadar, baju tidur milik Alice mulai basah. Penglihatannya menjadi tidak jelas, buram entah karena debu atau air mata, mungkin saja ia mengantuk.

 Paman melihat lagi tangannya yang hampir menghilang sepenuhnya. “Jangan pernah makan makanan instan lagi, itu tidak baik. Setidaknya kau harus menikmati hidupmu, kan? Kata orang-orang hidup hanya sekali karena mereka tidak tau kapan akan pergi. Jadi jangan menyesalinya, nikmati saja. Aku juga akan menikmatinya.” kata paman lagi.

 Ketika seharusnya makanan hangat itu mulai mendingin, Alice sekali lagi menyendok sup telur ke dalam mulutnya, masih hangat, tidak berubah.

 Alice berusaha mati-matian untuk menahan tangisannya. Kini ia tau, apa yang mengganjal di matanya bukanlah debu tapi air mata yang terus menetes.

 “Paman, apakah aku yang membuatmu menghilang?”

 Paman menggeleng, “Tentu tidak, aku sendiri yang menyelesaikan semua bebanku di dunia ini. Rasanya aku akan merindukan ayam mentega milik tetangga di blok kedua. Ayam mentega itu benar-benar enak. Harusnya aku memasakkan ayam mentega untukmu, tapi melihat ke dalam isi kulkasmu saja sudah membuatku kesal sekali...” perlahan-lahan suara paman berkepala botak itu mulai menghilang. Tubuhnya terus berpecah menjadi butiran-butiran kecil. Meskipun pagi sudah menunjukkan jam enam lebih sedikit, masih tersisa bulan yang belum bersembunyi.

 Butiran-butiran kecil itu bergerak menuju bulan, menghilang bagaikan tidak pernah ada di sini dan lenyap secara perlahan.

 “Berbahagialah bocah!” teriakan terakhir itu menggema di dalam ruangan kecil yang bahkan tidak bisa dibilang nyaman. Seolah paman melambaikan tangannya, berbicara seperti itu seolah acuh tak acuh kemudian ia sudah tidak ada di sana lagi.

 Alice langsung bangkit dari posisinya, ia melihat keluar melalui jendela. Gadis itu menghirup udara pagi yang terasa lembab, kabut-kabut masih menyelimuti sekeliling tempat tinggalnya. Kepingan kecil bercahaya itu kemudian bersatu dengan bulan dan tetap berada di antara cahayanya sampai tidak terlihat lagi.

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gadis Kecil Air Tawar
499      358     0     
Short Story
Mulailah berbuat baik terhadap hal-hal di sekelilingmu.
Kafa Almi Xavier (update>KarenaMu)
741      437     3     
Romance
Mengapa cinta bisa membuat seseorang kehilangan akal sehatnya padahal prosesnya sesederhana itu? Hanya berawal dari mata yang mulai terpikat, lalu berakhir pada hati yang perlahan terikat. °°°°##°°°° Berawal dari pesan berantai yang di kirim Syaqila ke seluruh dosen di kampusnya, hingga mengakibatkan hari-harinya menjadi lebih suram, karena seorang dosen tampan bernama Kafa Almi Xavier....
Kepak Sayap yang Hilang
112      105     1     
Short Story
Noe, seorang mahasiswa Sastra Jepang mengagalkan impiannya untuk pergi ke Jepang. Dia tidak dapat meninggalkan adik kembarnya diasuh sendirian oleh neneknya yang sudah renta. Namun, keikhlasan Noe digantikan dengan hal lebih besar yang terjadi pada hidupnya.
CLBK: Cinta Lama Belum Kelar
5329      1623     20     
Romance
Tentang Edrea Lovata, yang masih terjebak cinta untuk Kaviar Putra Liandra, mantan kekasihnya semasa SMA yang masih belum padam. Keduanya dipertemukan kembali sebagai mahasiswa di fakultas yang sama. Satu tahun berlalu dengan begitu berat sejak mereka putus. Tampaknya, Semesta masih enggan untuk berhenti mempermainkan Rea. Kavi memang kembali muncul di hadapannya. Namun, dia tidak sendiri, ada...
The Day That Never Comes
569      339     5     
Romance
Kayra Almira gadis yangg hidupnya penuh perjuangan setelah peristiwa kecelakaan yang mengubah segala yang ada dalam hidupnya , termasuk perubahan dari kekasihnya yang meninggalkannya setelah mengetahui iya berbeda, padahal sebelumnya semasa di SMA Kayra dan kekasihnya begitu indah asmaranya layaknya kisah kasih disekola. Selain itu akibat kecelakaan Kayra membuat papi Kayra shock parah tak bisa ...
Akhir SMA ( Cerita, Cinta, Cita-Cita )
1887      968     1     
Romance
Akhir SMA yang tidak pernah terbayangkan dalam pikiran seorang cewek bernama Shevia Andriana. Di saat masa-masa terakhirnya, dia baru mendapatkan peristiwa yang dapat mengubah hidupnya. Ada banyak cerita terukir indah di ingatan. Ada satu cinta yang memenuhi hatinya. Dan tidak luput jika, cita-cita yang selama ini menjadi tujuannya..
Sekotor itukah Aku
22245      3807     5     
Romance
Dia adalah Zahra Affianisha. Mereka biasa memanggilnya Zahra. Seorang gadis dengan wajah cantik dan fisik yang sempurna ini baru saja menginjakkan kakinya di dunia SMA. Dengan fisik sempurna dan terlahir dari keluarga berada tak jarang membuat orang orang disekeliling nya merasa kagum dan iri di saat yang bersamaan. Apalagi ia terlahir dalam keluarga penganut islam yang kaffah membuat orang semak...
Rasa yang tersapu harap
10406      2204     7     
Romance
Leanandra Kavinta atau yang biasa dipanggil Andra. Gadis receh yang mempunyai sahabat seperjuangan. Selalu bersama setiap ada waktu untuk melakukan kegiatan yang penting maupun tidak penting sama sekali. Darpa Gravila, cowok sederhana, tidak begitu tampan, tidak begitu kaya, dia cuma sekadar cowok baik yang menjaganya setiap sedang bersama. Cowok yang menjadi alasan Andra bertahan diketidakp...
Secret’s
4223      1354     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
AMBUN
461      327     1     
Romance
Pindahnya keluarga Malik ke Padang membuat Ambun menjadi tidak karuan. Tidak ada yang salah dengan Padang. Salahkan saja Heru, laki-laki yang telah mencuri hatinya tanpa pernah tahu rasanya yang begitu menyakitkan. Terlebih dengan adanya ancaman Brayendra yang akan menikahkan Ambun di usia muda jika ketahuan berpacaran selama masa kuliah. Patah hati karena mengetahui bahwa perasaannya ditiku...