Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Ghost's Recipe
MENU
About Us  

 Setelah melewati area pertokoan, Alice mengambil jalan ke arah kanan. Tinggal berjalan beberapa blok lagi, ia akan menemukan tempatnya tinggal. Jalan diantaranya amat berbeda dengan area pertokoan yang selalu ramai. Lorong yang lebih kecil biasanya jarang disertai lampu penerangan saat malam hari. Jalanan hanya tersorot penerangan dari lampu rumah-rumah warga sekitar. Jika sudah jam 12 malam, kebanyakan lampu akan mati dan menyisakan kegelapan.

 Alice selalu membawa serta senter kecil yang bisa ia gunakan. Kakinya terus melangkah tanpa takut. Awalnya memang menakutkan untuk pulang malam, apalagi ia diharuskan pulang saat malam hari. Tapi, setelah tinggal selama satu tahun, rasa takut itu lenyap berganti dengan kelelahan yang ia rasakan.

 Lorong yang gelap dan dingin malah membuatnya mengantuk.

 Bahkan malam belum mencapai jam 12 malam, tapi banyak rumah yang sudah mematikan lampu mereka.

 Alice bisa terdengar samar-samar suara ribut di dekat sana. Ia hanya perlu berbelok untuk mencapai tempatnya tinggal. Setelah satu rumah lagi, suara itu semakin dekat. Seperti suara pukulan serta rintihan.

 “Sialan, mati kau!” seru seseorang.

 Napas Alice memburu, ia segera menempelkan tubuhnya pada dinding lorong. Kemudian melirik sedikit apa yang terjadi di sana.

 Karena gelap, Alice tidak bisa melihat apa yang orang itu pukul. Tapi suaranya terdengar berat, ia yakin itu adalah seorang lelaki. Alice mengambil senter dari kantung tasnya, kemudian mengenggam sebuah ponsel di tangan yang satunya.

 Ia mengeluarkan ponselnya, meredupkan cahaya yang terpantul. Hal pertama yang ia lakukan bukanlah menelepon polisi, namun memasuki aplikasi musik.

 Ia menekan tombol senternya, kemudian menyorot orang itu. Lelaki itu Nampak agak tua, wajahnya tidak terlalu jelas karena masker serta topi yang ia kenakan. Di bawahnya adalah seseorang yang sudah menggulung tubuhnya erat-erat. Tangannya yang sudah terluka terus memegangi kepalanya, tapi tidak berguna, darah terus mengucur deras dari kepalanya yang sudah terluka parah. Alice tidak bisa memastikan apakah lelaki itu sudah meninggal atau tidak.

 Setelah merasa cukup mendapatkan informasi, Alice memperkeras speaker ponselnya dan memutar suara sirine mobil polisi yang sudah ia persiapkan.

 Ia tidak pernah menduga hal seperti ini bisa terjadi di depan rumah susun yang ia tinggali. Lampu di rumah susun sudah hampir dimatikan. Sepertinya induk semang sengaja meredupkannya karena mendengar suara aneh dari luar.

 “Sial!” gumam lelaki itu. Ia segera meraih tas ransel yang ada di dekat tubuh lelaki itu lalu berlari pergi.

 Alice bernapas lega. Tiba-tiba ia teringat untuk menelepon polisi serta ambulance. Ia langsung berlari melewati orang yang sedang meringkukkan tubuhnya itu. Lalu menggedor kuat pintu sambil terus meneriakkan induk semang.

 Setelah induk semang memastikan orang yang menggedor pintu adalah Alice. Mereka bergegas menghidupkan lampu pada teras rumah susun. Karena luas rumah susun yang cukup lebar, lampu teras bisa menerangi tubuh orang itu.

 Alice kembali, ia mencoba menyentuh orang itu perlahan. Tidak ada jawaban.

 Sementara induk semang yang terus mondar-mandir di sana. Alice segera menaikkan kepala orang itu perlahan. Ia mengenakan kaos berlengan pendek dengan celana jeans yang agak mahal. Wajahnya tidak terlihat jelas karena darah mengalir deras dari dahinya dan hampir menyelimuti seluruh wajahnya.

 “Bibi, kita membutuhkan kain panjang.”

 “Kain? Tunggu sebentar! Kain lap-“ Induk semang berlari masuk ke dalam.

 Alice merubah posisi kepala orang itu. Ia meyakini orang yang dipukuli ini adalah seorang lelaki karena potongan rambutnya yang pendek serta cara berpakaiannya. Alice meletakkan dua jarinya di leher lelaki itu, mencoba mencari suara denyut nadi.

 “Ada!” Alice berteriak senang. “Bangun, kau bisa mendengarkanku?” Alice berusaha menggoyang-goyangkan tubuh lelaki itu.

 Lelaki itu tetap diam. Ia tidak menggerakkan tubuhnya sedikitpun.

 Induk semang muncul dari dalam, ia mengambil kain lap baru. Alice langsung meraihnya, kemudian mengangkat kepala lelaki itu perlahan. Ia menarik kedua ujung kain itu, lalu mengikatkannya dengan erat. Tidak ada bantuan lain yang bisa ia lakukan, seketika itu juga kain berubah menjadi merah. Darah terus menetes tak berhenti.

 Sirine mobil ambulance memekikkan telinganya. Sudah dekat, sudah hampir menghampiri mereka. Ia berharap waktu berhenti agar ambulance lebih cepat tiba. Setidaknya, ia ingin lelaki ini selamat. Kalau tidak, orang-orang akan melarikan diri dari rumah susun milik induk semang karena ketakutan dengan kejadian ini.

----

 Setelah mengeringkan rambutnya, Alice lagi-lagi menatap keluar melalui jendela dari dapurnya. Jendela itu berada tepat di tempat lelaki itu tadinya tergeletak. Di bawah, induk semang masih berada di sana, berbicara dengan beberapa paman berseragam rapi yang baru datang setelah beberapa menit kejadian. Suara ambulan juga sudah menjauh dari rumah induk semang.

 Keadaan rasanya semakin meriah dengan lampu yang ada di atas mobil polisi tetap dibiarkan menyala. Para tetangga yang biasanya jarang keluar malah mulai menampakkan diri mereka. Malam semakin larut, angin semakin berhembus dingin menerjang semua orang di bawah. Meskipun begitu, mereka masih tetap berada di sana seolah tengah berbicara tentang kejadian yang baru saja terjadi.

 “Sangat parah, katanya mereka tidak tau lelaki itu akan bangun lagi atau tidak. Kejadiannya sudah berlangsung lama.” Lelaki berpakaian piyama itu buru-buru naik setelah mendapatkan informasi.

 “Oh, tidak...” Nenek ikut melihat keluar bersama Alice.

 Sekarang kakek yang balik bertanya. “Bagaimana mungkin tidak ada yang keluar mendengar apa yang terjadi?”

 “Dasar kakek tua, kau pasti lupa. Hari ini pembukaan olimpiade. Tentu saja semua orang menontonnya di rumah masing-masing. Belum lagi skor hari ini sangat sengit, hampir saja kalah tapi servis terakhir akhirnya membuatnya seri-“ Paman berkepala botak terus berceloteh. Ia menonton televisi di ruangan milik induk semang satu jam yang lalu.

 Benar, tidak mungkin ada orang yang keluar rumah saat larut malam, semua orang pastinya terus berada di rumah. Belum lagi daerah induk semang tidak terlalu ramai, serta penerangan jalan yang tidak terlalu banyak. Intinya lorong tempat tinggal Alice saat ini benar-benar cocok dijadikan tempat perampokkan.

 “Kalau ia tidak selamat, apakah lelaki itu juga akan bergentayangan?” Alice bergumam kecil.

 Nenek yang ada di sampingnya sudah pasti mendengar pertanyaan itu.

 “Arwah gentayangan... sayang sekali kalau ia harus terus berada di tempatnya meninggal tanpa ingat bagaimana caranya meninggal.”

 “Kalau begitu, nenek dan semua yang ada di ruangan ini tidak ada yang tau alasan kalian meninggal?”

 Nenek hanya menaikkan bahunya, kemudian berjalan perlahan pergi dari sana.

 “Biasanya kenangan tentang bagaimana cara kami meninggal tidak akan pernah teringat dengan jelas. Kami hanya bisa melakukan hal yang biasa kami lakukan. Misalnya aku dan nenek yang bisa pergi ke pasar karena itulah kebiasaan kami saat masih hidup. Atau suamiku yang bisa pergi ke perkantoran tempatnya bekerja, atau gadis berambut pendek itu yang bisa pergi ke sekolah asalnya, adapula paman berkepala botak yang bisa pergi ke area konstruksi separuh jadi yang sudah terbengkalai karena dahulu ia bekerja di sana.” Perempuan berpiyama itu ikut menjawab.

 “Tidak bisa pergi ke tempat lain?”

 Semuanya kompak menggeleng.

 “Hanya berada di sini, sekitar sini dan juga tempat yang biasanya di datangi saat masih hidup.” Gadis berambut pendek itu ikut bicara.

 “Lalu kalian ingat kehidupan kalian?” Alice menutup jendela dapur kemudian duduk di ruang tengah bersama arwah gentayangan yang lainnya.

 “Terkadang kalau pergi ke pasar, akan teringat suara penjual, akan teringat orang-orang yang berlalu lalang secara sekelebat ingatan saja.” Nenek ikut menimpali.

 Gadis berambut pendek itu mengangguk setuju. “Benar, terkadang ingat pelajaran yang sudah pernah dipelajari, gerak-gerik guru saat mengajar di depan bahkan suara anak-anak yang berlari di lorong sekolah. Semuanya terasa seperti kenangan yang dirindukan.”

 Paman berkepala botak menyunggingkan senyum bangga. “Kalau aku masih bisa mengingat berapa jumlah batu-bata yang masuk, terkadang ingatan aku memarahi bawahanku yang tidak mampu bekerja. Hari-hari yang menyenangkan.”

 “Menjadi arwah juga menyenangkan. Tidak perlu memikirkan beban duniawi, hanya harus hidup seperti biasanya. Tidak perlu mengikuti bagaimana arus hidup karena sudah tidak hidup. Tapi, ada hal yang tidak menyenangkan juga. Tidak bisa menikmati waktu bersama keluarga lebih lama, tidak bisa ikut serta dalam tumbuh kembang anak, tidak bisa menikmati masa remaja yang harusnya menyenangkan. Ternyata hidup dan mati tetap ada buruk dan baiknya. Iya, kan?” Pria berpakaian piyama itu menatap Alice lekat-lekat sambil tersenyum. Ada guratan halus dimatanya yang menandakan bahwa ia menjelang usia ke 30-nya sebelum meninggal.

 Alice kembali berdiri, ia bergerak menuju kulkas dan mengambil nasi kepal yang sudah mengeras. Meskipun sudah larut, perutnya terus keroncongan. Nasi kepal itu ia dapat semalam, seharusnya nasi kepal itu masih bisa dimakan walaupun sudah melewati tanggal kadarluarsanya.

 Ia membuka bungkus nasi kepal itu, dan langsung menggigitinya. Aroma mayonnaise memenuhi dinding mulutnya, meskipun nasi itu setengah membeku, tetap saja rasanya lebih enak daripada masakannya sendiri.

 “Kalau begitu, kalian semua juga tidak tau alasan kalian meninggal?” tanya Alice dengan mulut penuh makanan.

 Mereka memandangi satu-sama lain dengan ekspresi bingung.

 “Dan juga, kalian bisa berada di rumah induk semang bersama-sama. Apa, kalian juga meninggal di tempat yang sama?”

 Kali ini mereka semua tertunduk, ekspresi mereka tidak bisa dibaca. Raut wajah penasaran, curiga serta bingung terlihat jelas. Kadang sudut bibir mereka naik, lalu tiba-tiba turun. Satu-satunya persamaan mereka hanyalah bekas luka yang ada di tangan, wajah ataupun kaki mereka.

 “Tidak ada yang tau, dan tidak bisa mencari tau.” jawab paman berkepala botak acuh tak acuh. Yang lainnya ikut mengangguk setuju.

 “Bagaimana kalau sudah tau?”

 “Mungkin, semua akan kembali ke alam baka.” ucap pria berpiyama yang tengah memijati istrinya itu.

 “Benar-benar, artinya sudah selesai. Tidak ada beban lagi di dunia ini, kalau sudah begitu, lebih baik kembali ke alam baka.” Kakek mengangguk setuju.

 Untuk kesekian kalinya, malam itu kembali sepi. Alice terus mengunyah makanannya perlahan. Berusaha agar suara mengecapnya tidak menganggu siapapun.

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Difference
9246      2026     2     
Romance
Diana, seseorang yang mempunyai nazar untuk berhijab setelah ada seseorang yang mengimami. Lantas siapakah yang akan mengimami Diana? Dion, pacar Diana yang sedang tinggal di Amerika. Davin, sahabat Diana yang selalu berasama Diana, namun berbeda agama.
Begitulah Cinta?
17666      2655     5     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
NI-NA-NO
1491      693     1     
Romance
Semua orang pasti punya cinta pertama yang susah dilupakan. Pun Gunawan Wibisono alias Nano, yang merasakan kerumitan hati pada Nina yang susah dia lupakan di akhir masa sekolah dasar. Akankah cinta pertama itu ikut tumbuh dewasa? Bisakah Nano menghentikan perasaan yang rumit itu?
fall
4611      1371     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
Ketos in Love
1120      642     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
One Step Closer
2366      990     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
REASON
9426      2284     10     
Romance
Gantari Hassya Kasyara, seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang dokter di New York dan tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki selama dua puluh lima tahun dia hidup di dunia karena masa lalu yang pernah dialaminya. Hingga pada akhirnya ada seorang lelaki yang mampu membuka sedikit demi sedikit pintu hati Hassya. Lelaki yang ditemuinya sangat khawatir dengan kondi...
Unlosing You
465      321     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
Di Paksa Nikah
805      429     0     
Romance
Jafis. Sang Putra Mahkota royal family Leonando. Paras tampan nan rupawan. Pebisnis muda terkemuka. Incaran emak-emak sosialita untuk menjadi menantunya. Hingga jutaan kaum hawa mendambakannya untuk menjadi pendamping hidup. Mereka akan menggoda saat ada kesempatan. Sayangnya. Sang putra mahkota berdarah dingin. Mulut bak belati. Setiap ada keinginan harus segera dituruti. Tak bisa tunggu at...
Pulang Selalu Punya Cerita
989      663     1     
Inspirational
Pulang Selalu Punya Cerita adalah kumpulan kisah tentang manusia-manusia yang mencoba kembalibukan hanya ke tempat, tapi ke rasa. Buku ini membawa pembaca menyusuri lorong-lorong memori, menghadirkan kembali aroma rumah yang pernah hilang, tawa yang sempat pecah lalu mengendap menjadi sepi, serta luka-luka kecil yang masih berdetak diam-diam di dada. Setiap bab dalam buku ini menyajikan fragme...