Pernah lupa servis motor atau mobil?
Awalnya sih masih bisa jalan.
Lalu, mulai muncul tanda-tanda:
– suara mesin kasar,
– gas terasa berat,
– boros bensin,
– akhirnya mogok di tengah jalan saat lagi butuh-butuhnya.
Kita tahu kalau kendaraan butuh servis berkala.
Tapi kenapa kita tidak melakukan hal yang sama untuk diri kita sendiri?
Kenapa Kita Perlu “Servis Berkala” Mental?
Karena seperti mesin, pikiran dan emosi juga mengalami keausan.
Setiap hari, kita mengolah stres, mengatur ekspektasi, menghadapi tekanan sosial, dan mencoba terlihat “baik-baik saja.”
Tanpa sadar, kita menumpuk beban-beban kecil:
Percakapan menyakitkan yang belum selesai
Target kerja yang meleset
Komentar nyinyir di medsos
Rasa bersalah yang tidak kita proses
Kecewa kecil yang dibiarkan jadi tumpukan luka
Lama-lama, mental kita jadi “penuh” dan berat.
Sama seperti mesin yang butuh pelumas, jiwa kita pun butuh diservis secara berkala sebelum rusak.
“Jadwal Diri” Itu Bukan Egois, Tapi Perlu
Coba pikirkan ini:
– Kamu punya jadwal kerja.
– Kamu punya jadwal setor tugas.
– Kamu punya jadwal belanja mingguan.
Tapi... apa kamu punya jadwal untuk merawat diri sendiri?
Kebanyakan dari kita merawat orang lain lebih dulu: orang tua, anak, pasangan, atasan, rekan kerja.
Kita siap mengatur waktu untuk semua orang,
tapi lupa mengatur waktu untuk istirahat, rileks, menulis jurnal, atau sekadar mendengarkan isi hati.
Padahal, merawat diri bukan tambahan tapi kebutuhan.
Mental yang Teratur Dirawat, Lebih Tangguh Menghadapi Dunia
Orang yang rutin mengecek dirinya, biasanya:
Lebih cepat mengenali tanda-tanda burnout
Lebih jujur pada emosinya
Lebih ringan menghadapi kritik atau tekanan
Lebih tenang mengambil keputusan
Lebih tahan banting dalam jangka panjang
Ini bukan soal jadi “hebat secara instan.”
Tapi soal membangun ketahanan dalam diam.
Dan itu hanya mungkin jika kita bertemu diri kita secara rutin.
Cerita: Dita dan Kalender yang Penuh Tapi Kosong
Dita, 28 tahun. Ia bangga karena jadwalnya padat.
Setiap minggu, kalender digitalnya warna-warni—meeting, deadline, acara komunitas, nge-gym, belajar bahasa asing, dan sebagainya.
Tapi suatu malam, ia duduk dan merasa… kosong.
“Kok aku capek ya, padahal semua yang kulakukan hal-hal yang bagus?”
“Kenapa rasanya kayak… nggak kenal diri sendiri lagi?”
Setelah ngobrol dengan mentor, Dita dikasih satu saran:
“Coba mulai minggu depan, kasih ruang 30 menit seminggu—hanya untuk ngobrol sama dirimu sendiri. Terserah mau journaling, duduk diam, nonton, atau cuma tarik napas.”
Dita awalnya ngerasa aneh. Tapi setelah satu bulan, dia bilang:
“Itu 30 menit paling penting di hidupku. Karena itu waktunya aku berhenti jadi ‘Dita yang harus begini dan begitu’... dan jadi Dita yang cuma ingin didengar.”
Jadwal Diri: Bukan Tentang Banyaknya Waktu, Tapi Kualitasnya
Kamu tidak perlu punya waktu 2 jam setiap hari untuk bisa merawat diri.
Yang kamu butuhkan hanya waktu yang ditetapkan secara sadar.
Coba jadwalkan:
Aktivitas
Frekuensi
Durasi
Journaling 2x - seminggu - 15 menit
Jalan kaki tanpa HP - 1x seminggu - 30 menit
Digital detox -1x tiap minggu -1 jam
Refleksi pribadi (check-in) - Setiap malam - 5 menit
Quality time dengan diri - Mingguan - 1 jam
Konsistensi lebih penting daripada durasi.
Karena 15 menit yang penuh kesadaran lebih menyembuhkan daripada 2 jam yang dipenuhi distraksi.
Apa yang Bisa Dilakukan Saat “Jadwal Servis Diri”?
Berikut beberapa aktivitas sederhana untuk servis berkala:
Cek emosi: Apa yang sering muncul minggu ini? Marah? Cemas? Lelah?
Tinjau ulang energi: Apa yang membuat semangatmu naik? Apa yang bikin turun?
Bersih-bersih isi kepala: Tulis apa pun yang numpuk di pikiran tanpa filter
Self-talk sehat: Apa kalimat lembut yang perlu kamu dengar dari dirimu sendiri?
Periksa ulang ekspektasi: Apakah kamu sedang memaksa terlalu banyak pada diri sendiri?
Tantangan: “Tapi Aku Sibuk…”
Kalimat “aku sibuk” adalah musuh utama dari jadwal perawatan diri.
Tapi coba jujur:
Apakah kamu benar-benar tidak punya waktu?
Atau kamu merasa waktu untuk diri sendiri itu tidak sepenting untuk orang lain?
Menyisihkan waktu untuk servis mental bukan soal waktu luang.
Ini soal prioritas.
Karena kalau kamu rusak, apa yang kamu perjuangkan bisa ikut ambruk.
Tips Menjadwalkan “Servis Diri”
Gunakan reminder digital: Jadikan waktu merawat diri sebagai agenda penting, bukan opsional
Temukan ritual pribadi: Misal, journaling tiap Jumat malam sambil nyalain lilin aromaterapi
Tetapkan “jam sunyi”: Misal, setiap Minggu pukul 08.00–09.00 adalah waktu untuk diam dan mendengarkan diri
Pasang penanda visual: Tempel sticky note di laptop: “Sudah servis isi kepala minggu ini?”
Penutup: Bertemu Diri, Secara Teratur
Kita bertemu banyak orang setiap hari.
Kita menjawab pesan, menghadiri rapat, mendengarkan cerita orang lain.
Tapi, siapa yang rutin mendengarkan dirimu sendiri?
Kapan kamu benar-benar hadir untukmu?
Mungkin sudah waktunya kamu masukkan dirimu sendiri dalam agenda hidupmu.
Bukan hanya sebagai pemeran figuran, tapi sebagai tokoh utama.
Jadwal servis mental bukan soal meluangkan waktu—
Tapi soal menyadari bahwa kamu berhak mendapatkannya.
“Diri ini seperti kendaraan yang harus dibawa jauh. Tapi kalau tak pernah dijadwalkan untuk dirawat, maka jangan heran kalau suatu hari ia mogok di tengah ambisi.”
Hari ini, yuk… buka kalendermu.
Sisipkan satu slot.
Tulis:
Waktu untukku. Untuk servis isi kepala. Untuk pulih. Untuk kenal lagi dengan diriku sendiri.