<manwol> hyung sedang di mana?
<manwol> kalau di luar, jangan balik ke kantor.
<hajoon> masih makan di tempat bibi areum.
<hajoon> biar kutebak, pasti ada yang berkemah di pelataran.
<manwol> iya, kami jadi susah keluar >_<
<manwol> johwa sedang cari tumpangan dari staf.
<hajoon> kabari aku begitu kalian keluar gedung.
“Sudah kubilang, hari ini pasti banyak penggemar yang mulai bermalam.” Hajoon lanjut mengaduk mi instannya yang mengembang. Namun, kabar dari Manwol jadi pengingat juga kalau dia tak bisa berlama-lama.
“Bawa ini bersamamu besok.” Dari samping, Bibi Areum menaruh container berisi kimchi. “Sampaikan salamku pada Gaeul.”
“Terima kasih, Bi. Gaeul pasti senang bisa makan ini selepas tugas militer.” Diambilnya sedikit kimchi untuk menambah cita rasa kuah. “Mungkin kunjungan ini jadi yang terakhir juga sebelum aku sibuk persiapan comeback.”
Bibi Areum menempati kursi kosong di sampingnya. “Benar kalian siap kembali ke panggung hiburan tanpa Yulyeon?”
Mendengar nama itu membuat luka dalam hati Hajoon berdenyut. “Satu mini album lagi dan kami bisa memutuskan lanjut kontrak atau pindah agensi.”
“Hmm, ternyata sudah hampir sepuluh tahun sejak kalian pindah ke Seoul.” Satu dekade yang melayang penuh kejutan. “Lalu, apa kamu sudah mendengar berita terbaru dari para penggemar?”
Hajoon mengangguk cepat. “Sebagian dari mereka nekat berkemah di depan gedung kantor demi menyambut Gaeul. Padahal agensi sudah mengingatkan—”
“Bukan, bukan tentang kepulangan Gaeul,” tepis perempuan itu yang membuat Hajoon berhenti mengunyah. “Sekitar dua hari lalu, ada empat siswi sekolah menengah yang makan siang di sini. Mereka terlihat serius membicarakan sesuatu. Lalu saat mengantar pesanan, aku tak sengaja mendengar percakapannya.”
“Apa yang mereka diskusikan tentangku dan teman-teman?”
Sekali lagi, Bibi Areum menukas, “Bukan tentang grupmu. Lebih tepatnya sosok yang selama ini dianggap sebagai pemimpin mereka, Nona Ungnyeo.”
Kali ini, Hajoon terbatuk-batuk gara-gara tersedak mi dan kimchi. Diteguknya air sampai habis. Nona Ungnyeo. Sebuah nama alias yang sekonyong-konyong meredamkan pikirannya yang berkecamuk untuk kemudian membangkitkan deretan kenangan memilukan.
“Hajoon-ah, apa kamu masih mencarinya?”
Hajoon tahu siapa yang Bibi Areum maksud. Dia juga mengerti kenapa perempuan itu membahasnya. Beberapa tahun lalu, di lantai dua convenience store ini, dia bertemu sosok yang selama ini disebut sebagai Nona Ungnyeo.
Pada perjumpaan itu pula Hajoon tanpa sengaja mengetahui identitas di balik gadis muda bertopeng beruang tersebut.
“Tidak, Bi. Kabar terakhir yang kudengar, dia pulang ke tempat ayahnya.” Mi instan yang disantapnya terasa hambar. “Apa yang membuat mereka membahas Nona Ungnyeo?”
“Aku tak tahu pasti, tapi kudengar mereka sedang mencari keberadaannya. Mungkin berkaitan dengan comeback grupmu.”
Rencana comeback grupnya, CALYTRIX, santer diprediksi jauh sebelum Gaeul menyelesaikan wajib militer. Memang bukan hal aneh, sebagian besar boy group di Korea Selatan akan merilis lagu bahkan album setelah selesai mengabdi pada negara.
Namun, kenapa para penggemarnya mencari Nona Ungnyeo?
“Ponselmu berbunyi.” Bibi Areum menunjuk saku jaketnya. “Aku ke bawah dulu. Sepertinya anak magang di kasir butuh bantuan.”
Nama Manwol muncul di layar kala Hajoon mengecek ponsel. Ketika menerima panggilan, sang penelepon tanpa basa-basi berkata,
“Hyung, susul kami di belakang toko. Kita harus ke apartemen CEO Jun sekarang.”
*
Gaeul adalah anggota keempat sekaligus terakhir dari CALYTRIX yang menuntaskan wajib militer. Kepulangannya disambut suka cita dari ketiga rekannya. Momen tersebut pun diabadikan kamera staf untuk konten media sosial dan vlog mereka.
“Kamu yakin siap menemui penggemar di depan gedung?” tanya Hajoon pada Gaeul saat mereka berempat masuk mini bus. “Maaf aku perlu memastikan buat berjaga-jaga kalau ada yang melakukan sesuatu yang kurang menyenangkan.”
“Jujur, aku cemas, tapi,” Gaeul menatapi ketiga rekannya lekat-lekat, “kerinduanku pada kalian mampu mengalahkan segalanya.”
Hajoon hanya geleng-geleng kepala sementara Manwol pura-pura muntah dan Johwa memasang ekspresi jijik. Meski begitu, Hajoon selaku leader punya tanggung jawab untuk memastikan Gaeul dapat beraktivitas tanpa distraksi tekanan publik dan penggemar.
Pasalnya, Hajoon yakin kepulangan Gaeul akan memicu portal berita membahas kematian anggota kelima mereka: Kim Yulyeon.
*
Pelataran gedung agensi Music High Entertainment dipadati Starry Flowers, sebutan bagi fandom CALYTRIX. Mereka melesak ke baris terdepan; tak memedulikan wartawan yang bersiap sejak pagi hari.
Namun, ada satu hal yang sama-sama mereka lakukan: mengatur kamera ke jalan setapak yang akan dilalui keempat anggota grup tersebut.
Setelah menanti cukup lama, mini bus yang membawa CALYTRIX tiba di tujuan. Sorakan yang ditingkahi fanchant makin keras terdengar. Hajoon memindai kerumunan dan area yang dilaluinya sebelum seorang bodyguard membukakan pintu mobil.
Kilatan flash kamera serta-merta menyambut Hajoon, disusul teriakan histeris dari berbagai arah. Matanya memindai wajah para awak media sekaligus penggemar, lalu memperhatikan banner dan lighstick yang mencuat di antara kepala mereka.
Kemudian, Hajoon menoleh ke belakang; mengecek ketiga rekannya. Saat sudah berdiri di masing-masing posisi, dia memberikan aba-aba untuk memulai salam perkenalan.
“Bloom and shine! Halo, kami dari CALYTRIX!”
Kalimat singkat itu tak diragukan lagi mengundang ledakan pekikan yang memekakan telinga. Sebelum mengikuti para bodyguard yang sudah berjaga di sekitar untuk masuk ke gedung, Hajoon mengecek kerumunan yang menyambut mereka.
Pada satu titik, matanya menangkap sebuah banner yang timbul tenggelam di baris belakang. Sebuah karton bergambar beruang dengan tulisan:
Nona Ungnyeo, kami menunggumu!
***