Loading...
Logo TinLit
Read Story - Alumni Hati
MENU
About Us  

Petuah, dan Pertemuan Tak Terduga

 

Libur semester datang juga. Cindy baru saja meletakkan koper di pojok kamar ketika suara klakson mobil membuyarkan keheningan siang.

 

Mama yang sedang menyiram bunga langsung berseru, “Cindy, buka pagar! Kak Steven datang!”

 

Cindy berlari kecil ke halaman. Seorang pria tinggi dengan sweater rajut abu-abu dan kacamata bundar keluar dari mobil sambil tersenyum lebar.

 

> “Halo, Mademoiselle!” sapa Steven dengan logat yang agak dibuat-buat.

 

 

 

Cindy langsung memeluk kakaknya. “Kak Steven! Kamu kurusan! Paris nyiksa kamu, ya?”

 

> “Paris nggak nyiksa. Dompet yang tersiksa,” jawab Steven sambil mengangkat koper.

 

 

 

 

---

 

Sore Hari – Ruang Tamu

 

Keluarga itu berkumpul di sofa. Steven duduk santai dengan teh dan kue buatan Mama. Cindy mengamati kakaknya yang kini terlihat lebih dewasa, tenang, dan entah kenapa… siap menginterogasi.

 

> “Jadi,” kata Steven, menatap Cindy penuh makna. “Mama bilang kamu sekarang pacaran?”

 

 

 

Cindy menyembunyikan wajah di balik bantal. “Mama cepu banget.”

 

Mama menyahut dari dapur. “Pacaran bukan hal tabu, asal kamu bertanggung jawab!”

 

Steven mengangguk setuju. “Iya, Cin. Aku cuma mau bilang, cowok itu kadang bisa manis banget di awal. Tapi yang penting bukan yang bisa ngasih bunga, tapi yang tahu cara berdamai waktu kamu marah, dan mau tetap ada waktu kamu susah.”

 

Cindy diam. Matanya melembut. “Kak, dia bukan cowok yang sempurna… tapi dia nggak pernah pura-pura jadi orang lain. Tapi kita kan masih muda, bisa aja putus di tengah jalan gak ada yang tahu"

 

Steven tersenyum kecil. “Bagus. Tapi boleh dong aku kenalan?”

 

> “Besok,” kata Mama dengan semangat. “Steven temenin Mama belanja pagi, terus Cindy bantu masak. Siangnya kita undang dia makan siang di rumah!”

 

 

 

Steven tertawa. “Oke. Aku siap jadi juri.”

 

 

---

 

Hari Berikutnya – Makan Siang di Rumah Cindy

 

Makanan sudah tersaji rapi di meja. Ayam panggang, sup krim, salad, dan jus segar—Mama benar-benar all out.

 

Lalu bel rumah berbunyi.

 

Cindy berlari membukakan pintu. Christian muncul dengan senyum kalem, membawa sekotak pie dari bakery favorit Mama.

 

> “Permisi, Tante.,” sapa Christian sopan.

 

 

 

Steven, yang sedang menyesap air putih, menoleh. Tatapannya langsung berubah.

 

Christian melangkah masuk dan berdiri di hadapannya.

 

> “Christian Nathanael,” ucapnya sambil mengulurkan tangan.

 

 

 

Steven menyipitkan mata. “Tunggu… Christian Nathanael… Saint Vianney?”

 

Christian mengangguk pelan. “Iya, Kak. Dulu aku angkatan 2009.”

 

Steven tertawa pelan, tercengang.

 

> “Gila. Jadi kamu anak basket yang dulu sering bolos latihan karena katanya ‘lebih suka baca di taman’ itu?!”

 

 

 

Cindy menatap keduanya, bingung. “Hah? Kalian kenal?”

 

Christian menggaruk tengkuk. “Kak Steven dulu Ketua OSIS, Cin. Dia yang pernah hukum aku nyapu lapangan karena telat upacara. Nah sekarang aku ikutin gaya dia. "

 

Steven menghela napas dramatis. “Karma ya, Cin. Cowok yang dulu gue omelin sekarang jadi pacar adik gue.”

 

Cindy menutup wajahnya.

 

Mama tertawa. “Dunia itu bulat, Nak. Jangan suka marahin orang, nanti bisa jadi mantu!”

 

Steven geleng-geleng. “Tenang, Ma. Aku belum nyerahin sertifikat restu. Tes selanjutnya: ngobrol empat mata. Kamu siap, Chris?”

 

Christian mengangguk tenang. “Siap, Kak.”

 

Interogasi, Kenangan, dan Fakta Mengejutkan

 

Setelah makan siang selesai dan Mama sibuk di dapur, Steven memberi isyarat ke Christian.

 

> “Yuk, bro. Ngopi bentar di teras. Cowok ke cowok.”

 

 

 

Christian mengikuti Steven ke teras belakang rumah. Cindy mencoba menguping dari balik tirai, tapi Mama sudah menyeretnya ke dapur. “Biarin, belajar mandiri,” katanya sambil menyodorkan parutan keju.

 

 

---

 

Teras Belakang – Sore yang Hangat

 

Steven menuangkan dua cangkir kopi, lalu menyender santai di kursi rotan.

 

> “Jadi, Christian. Kamu tahu, aku bukan tipe kakak yang sok melindungi, tapi Cindy itu kadang terlalu baik buat cowok yang gak jelas. Nah, kamu sendiri… tipe yang jelas atau yang muter-muter?”

 

 

 

Christian tersenyum kecil. “Dulu saya yang muter-muter. Tapi sekarang, saya tahu saya mau ke mana.”

 

Steven mengangkat alis. “Dan itu ke arah Cindy?”

 

> “Iya.”

 

 

 

> “Kenapa?”

 

 

 

Christian mengaduk kopinya. Lama dia terdiam sebelum menjawab.

 

> “Karena dia orang pertama yang bikin saya pengin sembuh… bukan hanya dari luka, tapi juga dari rasa ingin sendiri.”

 

 

 

Steven terdiam. Jawaban itu terlalu jujur. Terlalu dalam. Tapi ia belum mau mengalah.

 

> “Dari semua cewek di kampus, kenapa adik gue?”

 

 

 

Christian tersenyum pelan, menatap jauh ke halaman.

 

> “Sebenarnya… ini bukan pertama kalinya saya suka dia.”

 

 

 

Steven melirik tajam. “Maksud lo?”

 

> “Waktu SMA. Kelas dua. Ada acara ulang tahun sekolah, dan satu-satunya alasan saya datang ke acara itu cuma buat nonton vokal grup.”

 

 

 

Steven diam, mulai menyadari arah ceritanya.

 

Christian melanjutkan.

 

> “Ada satu cewek… rambut panjang, suara alto, gak banyak senyum tapi auranya bikin pengin diem nonton terus. Saya gak tahu namanya, cuma tahu dia anak kelas sepuluh. Saya cuma ingat satu hal… dia nyanyi lagu If I Ain’t Got You dan semua orang langsung diam.”

 

 

 

Steven menepuk jidat. “Cindy…”

 

Christian tersenyum. “Waktu itu saya cuma berani minta tolong temen buat cari tahu siapa dia. Tapi sebelum saya bisa kenalan, dia pindah sekolah.”

 

Steven menatapnya dengan ekspresi campur aduk. “Jadi lo suka Cindy sejak SMA?”

 

> “Gak berani bilang suka. Tapi saya ingat dia. Selalu. Dan waktu ketemu lagi di kampus… saya tahu, ini bukan kebetulan.”

 

 

 

Steven mendengus. “Sial. Gue kayak jadi tokoh pendukung di drama kampus.”

 

Christian tertawa kecil. “Tokoh yang punya wewenang untuk ngetes tokoh utama.”

 

Steven mengangguk pelan. Ia berdiri, menepuk bahu Christian.

 

> “Gue belum nyerahin restu kakak. Tapi lo satu-satunya adik kelas yang bikin gue kagum hari ini.”

 

 

 

> “Terima kasih, Kak.”

 

 

 

 

---

 

Dapur – Beberapa Saat Kemudian

 

Cindy menoleh ketika Christian masuk dari arah teras. “Gimana? Disidang?”

 

Christian mendekat dan berbisik di telinganya.

 

> “Aku dinyatakan lulus wawancara tahap satu. Katanya, tahap dua harus lewat suara alto yang bisa bikin semua orang diam.”

 

 

 

Cindy memerah.

 

> “hahhh!!!! Matanya membesar dan mulutnya sedikit tebuka

"Maksudnya? ” Cindy binggung dengan arah percakapan ini

 

 

 

Christian menatapnya dengan lembut.

 

> “Rahasia Pria.”

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Reminisensi Senja Milik Aziza
903      483     1     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
TO DO LIST CALON MANTU
1480      679     2     
Romance
Hubungan Seno dan Diadjeng hampir diujung tanduk. Ketika Seno mengajak Diadjeng memasuki jenjang yang lebih serius, Ibu Diadjeng berusaha meminta Seno menuruti prasyarat sebagai calon mantunya. Dengan segala usaha yang Seno miliki, ia berusaha menenuhi prasyarat dari Ibu Diadjeng. Kecuali satu prasyarat yang tidak ia penuhi, melepaskan Diadjeng bersama pria lain.
Pahitnya Beda Faith
467      336     1     
Short Story
Aku belum pernah jatuh cinta. Lalu, aku berdo\'a. Kemudian do\'aku dijawab. Namun, kami beda keyakinan. Apa yang harus aku lakukan?
Pensil HB dan Sepatu Sekolah
53      51     0     
Short Story
Prosa pendek tentang cinta pertama
Ending
5205      1355     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Dialog Tanpa Kata
16290      4323     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
Just For You
5966      1979     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
Malu malu cinta diam diam
507      372     0     
Short Story
Melihatmu dari jauhpun sudah membuatku puas. karena aku menyukaimu dalam diam dan mencintaimu dalam doaku
Cecilia
490      268     3     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
Dear Kamu
3708      1208     6     
Inspirational
Kamu adalah pengganggu. Turbulensi dalam ketenangan. Pembuat onar dalam kedamaian. Meski begitu, kamu adalah yang paling dirindukan. Dan saat kamu pergi, kamulah yang akhirnya yang paling aku kenang. Dear kamu, siapapun kamu. Terimalah teriakanku ini. Aku kangen, tahu!