Teka-teki tentang rencana pergusuran itu akhirnya terpecahkan. Saat ini keluarga Kina sedang merencanakan taktik untuk mengagalkan Walikota Baron. Rencana ini perlu dipikirkan matang-matang dan menggunakan kekuatan yang bisa mereka lakukan.
“Jadi, apa yang akan kita lakukan?” tanya Kina.
Arvensis berdiri dan menyingkirkan barang-barang untuk membuka papan tulis besar yang selama ini tidak pernah terpakai. Dia lalu membuka laci meja yang ada di bawah papan tulis. Tiga buah spidol berwarna hitam, merah, dan biru itu sudah berada di atas meja.
“Silakan siapa yang mau mulai.” Arvensis menyerahkan diskusi ini kepada ketiga orang di depannya.
“Aku akan memimpin diskusi ini.” Kina berdiri dan mengambil ketiga buah spidol. Dia lalu mulai menggambar peta kota kecil mereka.
Rumah keluarga Kina ada berada di bagian barat, di depannya ada rumah tetangganya yang berjualan makanan ringan, pada sisi timur terdapat pasar, bagian tenggara ada rumah Tante Daisy dan jalanan perbukitan yang sering mereka lewati. Pada bagian perbatasan kota terdapat sawah-sawah yang masih menjadi salah satu mata pencaharian yang terbanyak di Kota Alkroma.
“Kalau tujuan mereka adalah untuk mencari tanaman obat, tentu kita harus berjaga dari depan.” Kina melingkari bagian persawahan yang ditanami pohon-pohon tebu. “Bu, apa ada ramuan untuk menumbuhkan akar pohon secara cepat?”
“Ada, tapi kita perlu membuatnya dengan sempurna.” Pinan menjawab cepat. Dia ingat pernah membaca ramuan itu.
“Oke. Kita bisa menggunakannya untuk pepohonan tebu ini.” Kina menuliskan rencana pertama di papan tulis.
“Kak, tapi kita nggak tahu nanti rencana apa yang akan mereka bawa.” Gyn gelisah memikirkan rencana Walikota Baron.
“Tenang. Kita bisa minta tolong kepada teman-teman Yonel.” Kina berkata dengan harapan penuh. Dia percaya ketiga anak laki-laki itu akan membantu mereka. Kedua anak dari gerombolan itu sudah memahami masalah mereka, hanya tinggal Horien yang tidak tahu apa-apa.
“Kakak yakin mereka akan menolong.”
Kina tersenyum dengan lebar. “Tentu saja. Memangnya kita berdua tadi bisa keluar karena siapa? Kita perlu mengetahui rencana mereka. Setelah itu kita susun lagi semua rencana dengan baik. Oke kita balik merencanakan ini. Kedua, kita perlu bantuan Tante Daisy untuk menggerakkan akar tanaman. Ketiga, membuat peluru dari serbuk bunga. Keempat, kita berikan mereka buah berry yang sudah dioleskan dengan tanaman belladonna. Kelima, kita buat asap dari pembakaran cengkeh. Bagaimana?”
Pinan menyentuh gelang ajaibnya dengan ragu. Dia tidak pernah berpikiran akan menggunakan tanaman obat dalam kejahatan. Ini jelas menyalahi aturannya. Arvensis yang mengetahuinya langsung mengambil alih.
“Ayah dan ibu tidak pernah menggunakan tanaman obat sebagai bahan untuk melakukan kejahatan. Apalagi tanaman belladonna itu tidak mudah ditemukan di tempat kita sekarang ini.”
Kina berpikir, sepertinya dia pernah melihat tanaman itu tapi … dia lupa ada di mana. “Emm … aku bisa mencarinya, Yah. Besok aku akan membawakannya kepada ayah dan ibu. Bagaimana? Apa kalian tetap tidak akan setuju?” Jantung Kalila berdebar-debar. Dia takut kedua orang tuanya tidak menginginkan jalan ini.
“Bu, ini adalah jalan satu-satunya untuk kita agar bisa mempertahankan kota ini. Kalau gagal, kita akan kehilangan seluruh tanaman obat yang udah kalian besarkan.” Gyn berusaha membujuk ibunya. Gyn paham kalau ibunya sedang memikirkan prinsip yang mereka pegang saat ini.
“Baiklah. Untuk kali ini ibu akan menuruti permintaan kalian. Ibu harap semuanya akan segera berakhir.”
***
“Kakak emang tahu tanaman belladonna itu ada di mana?” tanya Gyn ketika mereka berjalan di lorong kelas.
“Tahu.” Kina melangkah dengan cepat. “Tanaman itu ada di ruang rahasia keluarga Baron. Tempat yang kakak lihat kemarin. Tanaman itu memiliki peri tumbuhan merah. Itu bukan tanaman biasa.”
“Bukan tanaman biasa gimana kak? Kakak tahu dari mana?” Gyn penasaran. Dia tidak pernah membaca tanaman itu sebelumnya. Tidak ada buku yang mengenalkan tanaman itu.
“Aku pernah membaca sekilas sejarah tentang tanaman itu. Tanaman itu dulunya dipakai para penyihir untuk membuat orang-orang berhalusinasi. Kita bisa mencampurkannya dengan daun datura untuk membuat efeknya semakin lama.”
“Kakak gila. Gimana kalau mereka mati?” Gyn terkejut dengan rencana kakaknya, pantas saja ibunya berpikir panjang.
“Mereka tidak akan mati. Kita tidak akan menggunakan banyak buahnya. Hanya setengahnya saja. Mereka hanya akan terkena halusinasi.” Kina menghentikan langkahnya ketika bertemu dengan Yonel, Grafen, dan Horien. “Ke halaman belakang,” ucapnya.
Ketiga anak laki-laki itu sedang berada di depan mereka. Kina, Gyn, Yonel, dan Grafen saling berpandangan. Mereka tidk mengatakan apa pun karena masih mengingat kejadian semalam. Rahasia besar itu belum berani mereka bahas karena menyangkut keluarga besar orang berpengaruh di kota mereka.
“Kenapa aku merasa ada yang disembunyikan di sini?” Horien menengahi. Dia dari semalam bingung dengan kedua sahabatnya yang kembali tanpa mengatakan apa pun. Bahkan untuk menikmati pesta semalam saja tidak.
“Kamu belum tahu?” Kina bertanya dengan serius. Horien akhirnya memahami situasinya. Wajahnya berubah mengikuti Kina. “Kami butuh bantuan kalian untuk mencegah pergusuran di kota kami,” ujar Kalila tepat pada poinnya.
“Kenapa kita harus membantu? Bukankah—“ Yonel menyenggol lengan sahabatnya untuk diam.
“Aku akan menceritakannya kepadamu nanti.” Yonel berkata dengan tegas. Dia beralih menatap Kina. “Apa yang kamu butuhkan?”
Kina menatap Gyn dan mereka berdua mengangguk secara bersamaan. Proyek ini akan berlangsung lebih lama dan membutuhkan kerja sama tim yang kuat. Kina tidak bisa mundur lagi. Keberlangsungan kotanya berada di tangannya.