Kina dan Gyn pulang terlambat. Kedua orang tua mereka sudah berada di rumah. Gyn dan Kina saling berpandangan dan hanya bisa menunduk ketika kedua orang tuanya duduk di kursi tengah.
“Jadi kalian tadi habis dari mana?” tanya Arvensis membuka percakapan.
“Dari—“
Kina mencegah adiknya berbicara. Dia maju ke depan dengan tegak dan menjawab pertanyaan kedua ayahnya. “Kami dari pesta ulang tahun temannya Gyn, Yah.”
“Lalu kalian mendapatkan apa?” Arvensi menatap anaknya dengan dalam. Pria itu mengintimidasi anak pertamanya.
“Kami—“ Kali ini Gyn yang mengehntikan kakaknya berbicara dan dia mengambil pilihan untuk jujur. Saat ini semuanya harus bergabung menjadi satu. Mereka tidak akan bisa merencakan semuanya sendiri. Mereka membutuhkan kedua orang tua untuk memuluskan rencana.
“Kami menemukan fakta yang bagus.” Gyn berjalan ke depan. “Kami dari keluarga Baron dan ayah ibu harus tahu apa yang kami temukan.”
“Kalian melakukan apa?” Pinan bertanya dengan tidak percaya. Bagaimana bisa kedua anaknya merencanakan sesuatu ketika mereka lengah. Padahal mereka berdua juga sedang memikirkan cara lain untuk mempertahankan rumah mereka.
“Aku mengajak Gyn untuk mencari informasi di pesta ulang tahun Yonel. Tepat seperti yang aku tebak Yah, Bu. Mereka memang bertujuan untuk mencari tanaman obat yang di dalamnya terdapat penjaga peri.”
“Bagaimana bisa?” Pinan lalu menarik Kina untuk duduk. Dia juga memberi kode kepada Gyn untuk duduk.
Saat inilah sebuah gabungan teka-teki akan dipecahkan. Kina mempersilakan adiknya yang menemukan informasi penting terlebih dahulu baru dirinya yang berbicara.
“Jadi, tepat seperti yang ditebak oleh kakak. Mereka memang akan berkumpul saat ulang tahun Yonel tiba. Keluarga mereka tertarik dengan tanaman obat dan sihir di dalamnya. Mereka sengaja mencari tanaman obat ke segala penjuru dunia untuk menemukan satu tanaman yang memiliki inti hitam. Tanaman obat hitam ini sebagai lambang dari kekuatan. Kemungkinan mereka ingin menguasai kehidupan. Mungkin juga yang mereka cari selama ini adalah obat keabadian.” Gyn menyampaikan informasi yang dia dengar tadi bersama dengan Yonel. “Mereka telah menemukan tanaman obat kita. Bukan tidak mungkin mereka akan lebih keras terhadap kita.”
“Bagaimana mereka bisa tahu tanaman obat ajaib ini?” Pinan berpikir dengan keras. Setidaknya susah untuk orang biasa bisa memahami bahkan bisa mengetahui keberadaan tanaman ajaib itu.
“Aku tidak tahu kenapa mereka bisa tahu, Ma. Tapi yang jelas mereka terhubung dalam satu keluarga besar. Setidaknya itu yang aku tahu.” Gyn mengakhiri ceritanya. Dia telah menceritakan segala informasi yang dia dapat. Sekarang giliran dari Kina yang berbicara.
“Aku menemukan sebuah ruangan yang seperti laboratorium. Ruangan itu terhindar dari cahaya. Tanaman di dalamnya beragam, bahkan tidak semua tanaman itu kita miliki. Bisa dibilang tanaman yang ada di sana adalah tanaman obat yang langka. Tidak hanya berisi peri tanaman yang berwarna putih, hijau, dan kuning. Mereka bahkan memiliki banyak varian berwarna biru dan ungu.”
“Mereka tidak mungkin sampai di Kota Alchemist kan, Ven?” tanya Pinan dengan curiga.
“Dari cara mereka bertindak sepertinya tidak.” Arvensis menjawab dengan kesimpulan yang bisa dia pikirkan.
Gyn dan Kina yang mendengar percakapan orang tuanya hanya bisa melirik satu sama lain. Mereka tidak mengetahui kota tersebut. Apalagi terdengar seperti kota dalam dongeng.
“Kalau gitu, apa rencana kalian setelah ini?” Pinan kembali membawa topik yang penting.
“Sebenarnya kita belum memikirkan apa pun karena kita tidak tahu cara mereka bertindak akan bagaimana. Tapi … Aku pikir sasaran mereka adalah tanaman obat. Jadi … mereka akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya.”
“Kita bisa membuat jebakan untuk mereka. Kita bisa membuat ramuan dari tanaman obat untuk mengusir mereka. Seperti yang dicontohkan kakak tadi. Kakak membuat serbuk sari dengan campuran serbuk putih di ulat untuk membuat mereka tidak bisa melihat. Tentunya mendapatkan efek gatal-gatal.” Gyn menjelaskan dengan puas. Dia teringat dengan pertemuannya dengan satpam yang gatal-gatal di badan.
Pinan bersedekap dada dan menatap kedua anaknya dengan datar. “Ini alasan kenapa ibu nggak mau ngasih tahu ke kalian. Kalian pasti melakukan hal yang salah dengan ramuannya.”
“Hehe.” Kina tertawa dengan kaku. Lagipula dia hanya belajar dari buku perpustakaan yang pernah Gyn jelaskan padanya. Ada untungnya memiliki adik yang suka membaca buku.
“Tapi kita butuh ramuan yang lebih hebat. Kalian ingat salah satu gulungan dengan aksara-aksara itu?” Kina dan Gyn mengangguk. “Salah satunya adalah ramuan untuk membuat hal-hal berbahaya.”
Kina dan Gyn tidak percaya mereka memiliki ramuan seperti itu. Mereka lebih terkejut lagi ketika mengingat bahwa ada banyak aksara di dalamnya. “Ayah dan ibu bisa membaca isinya?”
“Bisa.” Kina dan Gyn membuka lebar mulutnya ketika ayahnya membenarkan pertanyaan Kina.
“Kami bisa karena kami pakai ini.” Pinan menunjuk gelangnya.
“Owala,” ucap kedua anak itu kecewa.