Setelah terbongkarnya rahasia hubungan keluarga antara Kina dan Gyn, Gyn menjadi pusat perhatian. Orang-orang di kelasnya tidak menyangka bahwa dirinya adalah adik dari salah satu orang yang memiliki pengaruh di sekolah. Mereka mulai memperbaiki hubungan sosialnya dengan Gyn. Banyak yang mendekatinya untuk dekat dengan kakaknya. Gyn menjadi kagok dengan semua perhatian itu, apalagi semua orang tidak memiliki niat tulus mendekatinya.
Meskipun begitu, Gyn tetap bersyukur karena identitasnya bisa membuat dirinya tidak diperlakukan berbeda lagi. Yonel, Grafen, dan Horien bahkan tidak menganggunya lagi. Mereka seolah tidak pernah mengenal dirinya.
“Kak!” Gyn memanggil Gyn ketika perempuan itu sedang mengelompokkan tanaman obat yang sudah kering.
Saat ini mereka sedang berada di gudang dengan tampilan biasanya karena Kina menolak gelang itu. Tapi dia berusaha menjadi anak yang baik sekarang. Dia sudah rajin membantu orang tuanya entah ikut menyiram tanaman di pagi atau sore hari atau seperti saat ini. Dia menawarkan diri untuk mengurus gudang.
“Heemm.” Kina menjawab dengan tangan dan matanya yang sibuk mengurus tanaman obat.
“Aku berterima kasih banget kakak udah bantuin aku, tapi jujur saja ternyata mendapatkan perhatian tidak enak.” Gyn cemberut di tempatnya. Dia hanya duduk di atas meja sambil memegang plastik. Bagiannya kali ini hanya melepaskan satu persatu plastik yang terikat menjadi satu.
Kina lalu menatap adiknya. Otaknya masih memikirkan gabungan dosis yang sesuai. “Awalnya memang terasa begitu, setelahnya juga akan terbiasa.”
Kina mengambil beberapa irisan jeruk kering di samping duduk Gyn dan memasukkannya ke dalam wadah. Perempuan itu kembali menyibukkan dirinya untuk menyocokkan resep yang ada.
Resep yang dibuat oleh kedua orang tuanya ini adalah resep obat biasa yang bisa dikonsumsi oleh banyak orang. Untuk resep dengan gulungan yang pernah Kina lihat di dalam gudang ajaib itu berbeda. Ramuan-ramuan itu hanya digunakan secara khusus untuk kondisi khusus, bahkan ramuan yang tertulis di dalamnya adalah ramuan yang tidak boleh sembarangan dibuat.
“Gyn.” Kina menoleh menatap adiknya. “Menurut kamu ramuan yang ada di gudang ajaib itu isinya apa aja? Apa ada terjemahannya?” tanya Kina penasaran.
Gyn menatap kakaknya sambil menyipitkan matanya, biasanya dia sedang berpikir. “Harusnya sih ada ya karena itu memakai aksara yang berbeda, tidak mungkin ibu dan ayah paham semua aksarannya.” Gyn menjawab dengan tebakan yang masuk akal.
“Siapa tahu ibu dan ayah tahu, kan?” Kina menebak dengan tebakan yang semakin tidak masuk akal. “Atau justru memang sengaja tidak dapat diterjemahkan?” Kina menjadi penasaran.
Kedunya mencoba berpikir secara lebih realistis lagi. Siapa tahu memang ada yang terlewat di antara mereka.
Saat setelahnya pintu rumah utama terdengar terbuka. Kina dan Gyn keluar dari gudang dan berjalan ke rumah utama. Keduanya menatap ayah dan ibunya yang terlihat kusut. Mereka terlihat tidak tenang hari ini. Padahal biasanya mereka sangat senang setelah pulang dan berinteraksi dengan banyak orang.
“Ayah sama ibu kenapa?” Gyn bertanya dengan sedih. Wajahnya tertekuk melihat kedua orang tuanya tidak bersemangat.
“Walikota Baron tadi datang ke pasar. Mereka memborong semua tanaman obat kita dan pil yang ayah buat,” jelas ayah dengan jujur.
“Bagus dong.” Kina menjawab dengan heran. Harusnya ayah dan ibunya senang ketika barang dagangan mereka laris manis.
“Itu justru menjadi bencana. Kita tidak pernah tahu tanaman obat dan obat yang tadi diborong utuk apa. Ibu dan ayah tidak pernah menjual semuanya kepada satu orang karena memang niat kami berjualan untuk orang yang membutuhkan.” Ibu menjelaskan dengan rinci.
“Siapa tahu dia memang ingin membantu orang, Bu.” Kina menuangkan air ke dalam gelas untuk ayah dan ibunya.
“Enggak, Kina. Mereka memang ada niat tersembunyi. Apalagi mereka sengaja memesan semua tanaman obat kepada kita esok hari. Bahkan mereka ingin membeli bibit tanaman yang kami tanam.” Pinan menghembuskan napasnya di akhir kalimat. Dia tahu ini akan menjadi perjalanan yang berat.
“Terus ayah dan ibu gimana? Mengambilnya?”
“Tentu saja kami tolak. Untuk hari ini kami masih bisa selamat, Untuk besok, ayah dan ibu tidak tahu kebenarannya. Kami hanya berharap mereka tidak datang lagi.”
“Sepertinya tidak.” Kali ini Gyn yang memprediksi masalah di depannya. Dia pun merasa tidak senang sejak pertama kali mereka bertemu. Gyn merasakan ada perasaan ganjal, dia rasa akan datang rencana mengejutkan di depan.