11. Rahasia Para Tanaman
Kina memegang erat tangan Tante Daisy sebelum membuka pintu. Dia memberikan kode dengan melirik ke arah Gyn. Kina lalu menarik Gyn untuk bersembunyi di belakang kasir dan memberikan bunga yang dia ambil tadi. Setelahnya gadis berambut panjang itu mencepol rambutnya dan berdiri di belakang Tante Daisy.
Tiga orang bertubuh besar langsung menghalau sinar matahari pagi. Satu orang berjanggut, satu orang memiliki kepala botak, dan satu orang lainnya terlihat memegang kertas. Kina melirik di belakang, sisa orang yang dia lihat itu sedang mengecek tanaman Tante Daisy. Perasaannya mengatakan ada yang tidak beres dengan orang-orang itu. Beberapa orang itu tidak dia kenal.
“Tante kenal semua orang ini?” bisik Kina. Tante menggeleng dengan perlahan.
“Ekhem … ada apa bapak-bapak ke sini?” tanya Tante Daisy dengan suara tegasnya.
“Saya ingin meminta kontribusi ibu untuk menandatangani surat pemindahan tanah di sini agar proyek Pak Sinars itu bisa berjalan.” Orang berjanggut berbicara.
Kina menggeser tubuhnya untuk melihat kertas yang dipegang oleh orang di sebelah kanan.
“Saya kan sudah bilang kalau tidak ingin menjual tanah ini. Saya tidak bisa melepas tempat tinggal saya untuk uang sesedikit itu,” kata Tante Daisy dengan angkuh. Kina menaikkan alisnya dengan terkejut tapi kemudian paham maksudnya. Tante Daisy bukan orang yang angkuh sebenarnya tapi mungkin wanita itu memang ingin menunjukkan kuasanya.
“Udahlah, Bu. Tawaran ganti rugi Pak Sinars itu udah sangat banyak. Tinggal tanda tangan aja apa susahnya?” Pria berkepala botak dengan tubuh seperti orang obesitas itu maju perlahan.
Kina terkejut dan memundurkan langkahnya. Pinggangnya lalu diraih oleh Tante Daisy agar tetap seimbang. Sementara wanita itu terlihat tidak gentar sedikit pun. Mungkin karena pengalaman hidup Tante Daisy sudah banyak sehingga wanita itu memahami situasi dengan baik.
“Kamu tenang aja. Tante bisa menghadapi mereka.” Tante Daisy berbisik dan kemudian melepaskan tangannya di pinggang Kina.
Dengan diam Tante Daisy memutar tangannya dan menggerakkan serbuk sari dari bunga-bunga yang ada di dalam rumahnya. Bunga-bunga itu adalah bunga biasa yang memiliki efek menenangkan untuk pembelinya, tetapi kali ini dia harus egois dan mengorbankan mereka. Serbuk itu terbang dan masuk ke hidup orang-orang berbadan besar itu bersamaan dengan udara yang tiba-tiba mengelilingi mereka.
Udara itu mengumpulkan banyak serbuk sari dan membuat orang-orang bersin. Dua orang yang sedang melihat bunga juga ikut bersin dibuatnya.
“Aduh, ini bau bunga apa? Menganggu sekali. Hacimm.” Mereka bersin dan akhirnya menutup hidungnya. “Kita bahas lain kali masalah ini. Hacim.” Orang-orang itu lalu pergi dari rumah Tante Daisy.
Kina tertawa kecil melihat orang-orang itu. Gyn keluar dari persembunyiannya dan menatap Tante Daisy dengan penasaran. Bunga yang dia pegang tadi telah layu dan mengering. Dia memberikannya kepada Tante Daisy.
“Maaf tante, bunganya jadi kering.” Gyn terlihat bersedih dengan apa yang terjadi dengan bunga itu.
“Tidak apa-apa. Memang bunga ini tante korbankan tadi.” Tante Daisy menyentuh rambut Gyn dengan lembut. Dia menatap anak sahabatnya itu dengan hangat.
“Tante bisa jelasin apa yang tante lakukan tadi?” tanya Gyn dengan penasaran. Dia adalah saksi keajaiban itu terjadi.
Tante Daisy menarik napas dengan dalam dan mengembuskannya. Mungkin memang saatnya mereka menceritakan hal yang seharusnya. Tante Daisy lalu mengegerakkan tangannya dan seketika pintu rumah itu langsung tertutup.
“Catlous, buat rumah ini memiliki antiredam.”
Seketika cahaya berwarna cokelat itu bercahaya dan membuat udara menjadi sedikit pengap karena tidak bisa melewati celah-celah ventilasi. Kina dan Gyn sekali lagi takjub dibuatnya. Jika Kina tahu kalau rumahnya juga bisa melakukan ini, sudah dari dulu dia pasti akan memakainya. Sayangnya dia baru tahu kali ini. Dia percaya kalau rumahnya pun memiliki peri rumah karena kamarnya pernah diperlakukan berbeda.
“Jadi, itu siapa tante? Kenapa … bisa mengatur rumah ini?” tanya Kina dengan penasaran.
“Itu namanya peri rumah. Oke sebelum aku menjawab lebih dalam lagi, kalian pasti ke sini sengaja untuk mengetahui tanaman yang kalian petik kan?” tanya Tante Daisy dan diangguki oleh Kina. “Benar, tanaman yang kalian petik ini memang memiliki intisari dari peri-peri tumbuhan. Peri ini yang akan menjaga inti tanaman agar khasiatnya tidak berubah, bahkan semakin lama bisa semakin baik. Mereka terdiri dari beberapa warna dasar seperti hijau, kuning, biru, merah, putih, hitam, dan ungu. Semuanya memiliki khasiat yang berbeda. Putih, hijau, kuning, itu memiliki khasiat umum hanya saja lebih tinggi dari khasiat tanaman pada umumnya. Kalau di tanaman bunga ini juga dipengaruhi oleh kelopak, bentuk, dan warnanya. Kalau di tanaman obat tante tidak tahu pastinya. Kalau inti seperti biru dan ungu khasiatnya ada di golongan menengah. Merah ini berbahaya, sedangkan hitam ini adalah inti gelap yang khasiatnya lebih tinggi. Biasanya khasiatnya untuk meningkatkan kekuatan seseorang atau terkadang berisi tentang keabadian. Tidak pernah ada yang tahu tanaman dengan khasiat ini.”
Kina dan Gyn mengangguk paham dengan penjelasan Tante Daisy. Mereka dibuat takjub dengan tanaman yang mereka kira hanya seperti tanaman biasa tapi ternyata tidak demikian.
“Lalu … tanaman ini tidak bisa tumbuh di tempat lain karena memang dari awal habitatnya bukan di tempat ini,” lanjut Tante Daisy yang terlihat murung. “Untuk itu jika kota ini digusur, tante akan kehilangan harta yang paling berharga.”
Kina akhirnya mendapatkan jawaban atas apa yang ingin dia dengar. Dia menatap sekeliling ruangan itu. Ada banyak tanaman di dalamnya. Rumah Tante Daisy memiliki tanaman yang ditanam di luar maupun di dalam. Tanaman itu bervariatif ada yang memiliki inti peri ada yang tidak. Tapi mau itu ada atau tidak, tetaplah hunian itu sangat berharga untuk Tante Daisy. Banyak kenangan di rumah ini. Tidak mungkin mereka bisa meninggalkan tempat yang selama ini mereka tinggali dengan tenang.
“Tenang aja tante, kita akan pikirkan jalannya bersama-sama.”