Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Punggungmu, Aku Tahu Kau Berubah
MENU
About Us  

Aku masih di punggung Aditya. Masih mencium bau detergen bercampur keringat, masih menyimpan segepok kertas catatan, dan… kini satu botol air mineral kecil. Mungkin terdengar sepele, tapi dulu Aditya nggak pernah bawa botol air. Ia selalu menahan haus. “Bisa kok tahan sampai rumah,” katanya.

Tapi hari ini ia berubah. Ia belajar bahwa tubuh dan perasaan itu harus dirawat. Diri sendiri perlu diperhatikan—tidak ditinggalkan.

Hari ini Teman Pagi akan membuat sesi terbuka pertama dengan format baru: Teman Pagi Belajar . Tema perdana yang dipilih: “Ngerti Diri Sendiri, Kok Ribet Banget, Ya?” Topik yang pas banget untuk remaja seumuran mereka. Ruang musik sekolah yang biasanya dipenuhi suara piano kini dipenuhi suara tawa canggung, gumaman, dan ketukan kaki gelisah.

Aditya tidak berdiri di depan. Hari ini, giliran Ayu mengemudikan acara, ditemani oleh Damar—anggota baru yang dulu pendiam, tapi ternyata punya pengalaman sebagai fasilitator pramuka.

Aku bisa merasakan detak jantung Aditya ketika dia duduk di antara teman-temannya, bukan di depan. Tapi kali ini, tidak seperti dulu, dia tidak merasa terpinggirkan. Ia merasa setara.

Ayu memulai dengan pertanyaan, “Siapa yang pernah ngerasa nggak ngerti kenapa dia marah, sedih, atau tiba-tiba ingin menghilang?”

Tangan-tangan terangkat. Bahkan beberapa yang biasanya diam ikut mengacung.

“Siapa yang pernah mikir 'gue nggak pantes didengerin'?”

Lebih banyak tangan terangkat. Termasuk tangan Aditya.

Saat aku tahu, bukan hanya Aditya yang berubah. Komunitas ini pun ikut bergerak.

Sesi dilanjutkan dengan latihan sederhana: mengenali emosi diri. Setiap peserta kartu diberi emosi berwarna, dari biru muda (tenang) sampai merah tua (marah besar). Mereka diminta menunjukkan warna yang mereka rasakan akhir-akhir ini.

Aditya memilih jingga. “Campur antara gugup, semangat, dan sedikit takut.”

Seorang siswa bernama Dinda mengangkat warna ungu. Bingung.Soalnya gue baru tahu kalau kakak gue menyimpan rahasia soal kondisi mentalnya.

Kemudian Bayu mengangkat warna abu-abu. “Gue belum tahu ini apa. Tapi gue pengin tahu.”

Tidak ada cemoohan. Tidak ada tawa mengejek. Hanya anggukan, dan satu per satu, keberanian tumbuh di antara mereka.

Aku, si tas yang sudah bertahun-tahun menempel di punggung Aditya, belum pernah menyaksikan momen sehangat ini di sekolah yang biasanya penuh tekanan.

Setelah sesi selesai, Ayu dan Damar mengajak peserta untuk berbagi ide program selanjutnya. Raka merekomendasikan sesi outdoor, semacam kamp penyembuhan. Sari mengusulkan sesi korespondensi surat untuk saling memberi dukungan.

Aditya mengusulkan topik: “Berani Nolak Ekspektasi.”

“Karena sering kali, ekspektasi itu bukan hanya dari orang lain, tapi dari diri sendiri juga,” jelasnya.

Semua menyambut dengan anggukan serius. Ada kekuatan dalam kalimat itu. Aku bisa merasakannya merambat dari tulang belakang Aditya sampai ke ujung resletingku.

Sepulangnya, di angkot, Aditya duduk sambil membuka HP. Biasanya ia membuka komentar YouTube atau TikTok. Tapi hari ini ia membuka file jurnal digital di Google Docs yang berjudul “Bukan Sekadar Proses”.

Dia mengetik:

"Hari ini gue nggak jadi pembicara, tapi gue ngerasa didengerin. Mungkin dulu gue pikir harus bersuara paling keras biar orang lain denger. Tapi sekarang gue ngerti, dengar juga bentuk kehadiran yang kuat."

Aku ingat masa-masa awal Aditya: duduk di bangku belakang kelas, takut buka suara, dan hanya bicara pada game Roblox. Kini, meski masih ada perselisihan dan keraguan, ia berani mengatakan: “gue nggak tahu semuanya, tapi gue di sini.”

Malamnya, di rumah, ia menemani nenek menyapu halaman. Nenek yang sabar dan jarang banyak tanya kini menatap Aditya lama-lama.

"Dulu kamu diam. Sekarang kamu banyak cerita. Tapi yang nenek suka, kamu sekarang lebih jujur. Sama orang, juga sama diri sendiri."

Aditya tersenyum. “Nek, aku cuma takut aku terlalu banyak cerita. Takut ngerepotin.”

Nenek tertawa. “Cerita itu bukan beban. Cerita itu jembatan. Tapi kamu harus tahu kapan istirahat juga.”

Mereka duduk di kursi bambu di teras. Angin malam membawa aroma kenangan, tapi juga harapan. Aku tergantung di sandaran kursi, dan untuk pertama kalinya, rasanya aku bukan hanya tas, tapi Saksi dari perjalanan besar—perjalanan kecil seorang anak belajar mengenali dirinya sendiri.

Beberapa hari setelahnya, email dari guru BK masuk: sekolah akan mengangkat kegiatan Teman Pagi sebagai bagian dari program resmi. Bahkan akan mengadakan pelatihan peer counselor untuk anggota yang berminat.

Aditya tertawa kecil saat membacanya. Bukan karena ingin jadi 'yang terkenal', tapi karena dia tahu: perjuangan mereka bukan sia-sia.

Ia menatap langit sakit lewat jendela kamar.

“Gue nggak tahu masa depan gue bakal kayak apa,” gumamnya, “tapi gue tahu, gue nggak sendirian lagi.”

Dan aku, yang dulu hanya tempat menyimpan buku, kini menyimpan cerita—tentang ketakutan, tentang bangkit, dan tentang berani berubah.

*** 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
FLOW : The life story
97      87     0     
Inspirational
Dalam riuh pikuknya dunia hiduplah seorang gadis bernama Sara. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, pekerja keras dan mandiri, gadis yang memiliki ambisi untuk mencari tujuannya dalam berkehidupan. Namun, dalam perjalanan hidupnya Sara selalu mendapatkan tantangan, masalah dan tekanan yang membuatnya mempertanyakan "Apa itu kebahagiaan ?, di mana itu ketenangan ? dan seperti apa h...
Behind The Spotlight
3412      1680     621     
Inspirational
Meskipun memiliki suara indah warisan dari almarhum sang ayah, Alan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi center dalam sebuah pertunjukan. Drum adalah dunianya karena sejak kecil Alan dan drum tak terpisahkan. Dalam setiap hentak pun dentumannya, dia menumpahkan semua perasaan yang tak dapat disuarakan. Dilibatkan dalam sebuah penciptaan mahakarya tanpa terlihat jelas pun ...
Paint of Pain
1082      734     33     
Inspirational
Vincia ingin fokus menyelesaikan lukisan untuk tugas akhir. Namun, seorang lelaki misterius muncul dan membuat dunianya terjungkir. Ikuti perjalanan Vincia menemukan dirinya sendiri dalam rahasia yang terpendam dalam takdir.
HABLUR
1022      478     6     
Romance
Keinginan Ruby sederhana. Sesederhana bisa belajar dengan tenang tanpa pikiran yang mendadak berbisik atau sekitar yang berisik agar tidak ada pelajaran yang remedial. Papanya tidak pernah menuntut itu, tetapi Ruby ingin menunjukkan kalau dirinya bisa fokus belajar walaupun masih bersedih karena kehilangan mama. Namun, di tengah usaha itu, Ruby malah harus berurusan dengan Rimba dan menjadi bu...
CERITA MERAH UNTUK BIDADARIKU NAN HIJAU
97      86     1     
Inspirational
Aina Awa Seorang Gadis Muda yang Cantik dan Ceria, Beberapa saat lagi ia akan Lulus SMA. Kehidupannya sangat sempurna dengan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Sampai Sebuah Buku membuka tabir masa lalu yang membuatnya terseret dalam arus pencarian jati diri. Akankah Aina menemukan berhasil kebenarannya ? Akankah hidup Aina akan sama seperti sebelum cerita merah itu menghancurkannya?
Fragmen Tanpa Titik
44      40     0     
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna" Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...
Reandra
1930      1137     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
No Life, No Love
1264      941     2     
True Story
Erilya memiliki cita-cita sebagai editor buku. Dia ingin membantu mengembangkan karya-karya penulis hebat di masa depan. Alhasil dia mengambil juruan Sastra Indonesia untuk melancarkan mimpinya. Sayangnya, zaman semakin berubah. Overpopulasi membuat Erilya mulai goyah dengan mimpi-mimpi yang pernah dia harapkan. Banyak saingan untuk masuk di dunia tersebut. Gelar sarjana pun menjadi tidak berguna...
Tanpo Arang
53      44     1     
Fantasy
Roni mengira liburannya di desa Tanpo Arang bakal penuh dengan suara jangkrik, sinyal HP yang lemot, dan makanan santan yang bikin perut “melayang”. Tapi ternyata, yang lebih lemot justru dia sendiri — terutama dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di sekitar villa keluarga yang sudah mereka tinggali sejak kecil. Di desa yang terkenal dengan cahaya misterius dari sebuah tebing sunyi, ...
VampArtis United
1228      745     3     
Fantasy
[Fantasi-Komedi-Absurd] Kalian harus baca ini, karena ini berbeda... Saat orang-orang bilang "kerja itu capek", mereka belum pernah jadi vampir yang alergi darah, hidup di kota besar, dan harus mengurus artis manusia yang tiap hari bikin stres karena ngambek soal lighting. Aku Jenni. Vampir. Bukan yang seram, bukan yang seksi, bukan yang bisa berubah jadi kelelawar. Aku alergi darah. B...