Loading...
Logo TinLit
Read Story - Halo Benalu
MENU
About Us  

"Duluan, Sya. Lo pulang sama Kak Genta, kan?” tanya Sheren.

 “Iya. Hati-hati, Ren.”

 Sheren hanya mengangguk, lantas berjalan setengah melompat-lompat girang keluar dari lorong kelas Bahasa. Rhesya melongok arloji di pergelangan tangan. Seharusnya kelas 11 IPS sudah selesai, tetapi mengapa Genta belum juga datang ke kelasnya seperti biasa. Sepuluh menit menunggu, Rhesya akhirnya memutuskan untuk menunggu di tempat parkir motor Genta.

 Langkah wanita itu ringan keluar dari lorong kelas, menuju gerbang dalam sekolah. Ketika Rhesya sampai di paving parkiran anak-anak IPS, ia melihat sosok yang tidak asing di dalam sebuah mobil putih yang pintunya terbuka. Degup jantung Rhesya berdetak tidak tenang. Tapak sepatunya gusar sampai bimbang hendak melangkah.

 Rhesya memutuskan untuk pergi, tetapi pria itu lebih dulu memergokinya. Canggung, Rhesya menurunkan kepala satu kali dengan senyum tipis. Rhesya juga sudah mendengar sekilas dari Genta, jika saat ini sedang ada sedikit permasalahan di antara Ethan dan Hito. Itu sebabnya tiga hari ini, tidak ada mobil Hito di parkiran mereka.

 “Cari Genta?” tanya Ethan menutup pintu mobil, lantas mendekat pada Rhesya yang berdiri kaku. Dalam hati, wanita itu tidak berhenti merapal doa untuk jantungnya supaya tetap aman terkendali ketika Ethan jauh lebih dekat, bahkan berbicara padanya.

 “Em iya, Kak Ethan. Kak Genta belum ke sini?”

 “Nggak tahu. Coba tunggu aja bentaran. Tadi pintu kelasnya sih masih ketutup.” Ethan menyandarkan tubuhnya pada mobil Lana.

 “Oh gitu. Gue bisa tunggu di sini aja, Kak.”

 Ethan hanya mengangguk. Rhesya sendiri begitu salah tingkah. Terjebak berduaan dengan Ethan di tempat parkir bukan sesuatu yang ia pikirkan sama sekali. Tidak pernah ada di bayangannya akan seperti ini. Rhesya memberanikan diri mendongak menatap wajah Ethan yang masih tercetak beberapa memar.

 “Masih sakit, Kak?” tanya Rhesya mencoba santai, meskipun ia ingin sekali melompat girang.

 Ethan beralih dari layar ponsel menatap Rhesya. Ia menggelengkan kepala dengan senyum tipis yang mencetak rona merah di pipi wanita di hadapannya. Ini yang membuat Ethan sungguh merasa penasaran.

 “Syukur deh kalau gitu.”

 “Em, siapa nama lo?”

 “Gue?” Rhesya begitu gugup, “Rhesya, Kak.”

 “Anak kelas?”

 “Sepuluh, Bahasa Kak.”

 “Lo pacar Genta beneran?” Ethan mengantongi ponsel hitamnya dalam saku celana, lantas melipat tangan di depan dada, lebih fokus memperhatikan Rhesya.

 Ditanya seperti itu oleh Ethan, Rhesya jadi bingung akan perasaannya sendiri. Mereka tidak berpacaran. Jika pun Rhesya menjawab mereka terlibat perjodohan, otomatis kesempatannya menjalin hubungan dengan Ethan sudah berakhir.

 “Em, bukan, Kak. Orang tua kita sahabatan.”

 “Gitu? Lo anaknya Om Ferdinan?”

 “Kak Ethan kenal sama papa?” Rhesya lebih terkejut, fokus menatap wajah Ethan yang tersenyum ringan. Begitu manis di mata Rhesya. Ia sampai tidak bisa berhenti mengagumi pria di hadapannya.

 “Em, tahu aja. Pernah ada proyek sama papa. Berapa kali itu, terus gue juga tahu dari Genta yang katanya Om Ferdinan sering banget main ke rumah dia. Bantuin tugas-tugas si cupu itu juga.”

 “Si cupu?” Rhesya mengerutkan kening.

 “Haha… bercanda.”

 Rhesya ikut tertawa mendengar kekehan ringan Ethan ketika meledek Genta. Mereka terlibat diam lagi. Rhesya banyak menunduk, tidak berani menatap Ethan yang justru banyak memerhatikan dirinya.

 “Kak…”

 “Rhesya…”

 Bola mata dua insan itu beradu cepat. Rhesya kembali merasakan jatuh cinta. Semakin besar ketika mendengar Ethan memanggil namanya. Seolah terbang ke alam mimpi mendengar suara Ethan yang begitu rendah ketika menyebut dirinya.

 “Lo duluan,” ujar Ethan.

 “Kak Ethan dulu aja.”

 “Haha, gue cuma mau nanya. Karena gue penasaran aja sebenarnya.”

 “Apa, Kak?”

 “Lo kenapa sering diem-diem lihatin gue? Ada yang salah dari gue?”

 Boom!

 Tepat seperti dugaan Rhesya. Ethan sering memergoki dirinya tengah menatapnya diam-diam. Kini Rhesya seolah kehilangan wajah untuk menatap Ethan. Ia memutuskan untuk langsung menundukkan kepala menekuri sepatu, atau justru meruntuki kebodohannya sendiri karena begitu ceroboh.

 “Sorry. Gue cuma…”

 “Maaf Kak kalau buat nggak nyaman. Gue bener-bener minta maaf…” Rhesya sungguh-sungguh mengatakannya, sambil membungkuk-bungkukan badannya di hadapan Ethan berkali-kali.

 “Hey, hey nggak, astaga.” Ethan langsung menegakkan badan dari mobil hitam Lana, menepuk pundak Rhesya supaya berhenti meminta maaf dan membungkukkan badan seperti itu di hadapannya.

 “Maaf, Kak. Gue…”

 “Bukan gitu. Gue cuma takut aja.”

 Rhesya semakin terjebak akan perasaannya sendiri. Ia mendongak menatap Ethan yang memiliki tinggi badan jauh daripada dirinya. Berbeda ketika ia berdiri di samping Genta yang hanya berjarak 10 senti dengannya. Menatap Ethan, ia harus lebih mendongakkan kepala. Namun, entah seberapa jauh atau dekatnya jarak pandang mereka, tetap saja suara gesekan rel kereta api ketika menabrak roda-roda besi itu semakin membuat Rhesya gelisah.

 “Nggak kebayang aja.”

 “Kak Ethan… baik-baik aja?” tanya Rhesya setengah khawatir.

 “Si Genta emang aneh geli gitu orangnya. Tapi, gue nggak akan capek-capeknya ngomongin ini ke siapapun. Jangan kecewain dia. Gue minta sama lo, misalpun di kemudian hari Genta ada perasaan sama lo atau sebaliknya. Lo bisa?”

“Apa?” Rhesya tidak percaya mendengarnya. Penuturan Ethan yang begitu aneh. Rhesya semakin yakin jika pria di hadapannya ini sedang tidak baik-baik saja setelah Hito memutuskan meninggalkan mereka.

 “Lo nggak langsung bilang iya. Berarti ada sesuatu. Lo bisa bilang sekarang. Biar semuanya cepet selesai.”

 “Kak Ethan, gue nggak paham.”

 Ethan diam sebentar sebelum berkata, “nggak deh. Anggep aja cuma perasaan gue. Lupain.”

 “Kak Ethan…” Rhesya menahan lengan Ethan ketika hendak berlalu.

 Ethan terpaksa membalikkan badan untuk menatap wanita itu lagi. Rhesya tidak mengerti, ia juga bukan dukun yang bisa menebak perasaan Ethan. Tetapi melihat Ethan bersikap seperti ini, rasanya ia mengerti jika sedang terjadi sesuatu dengan pria itu.

 “Semuanya cuma salah paham kan, Kak? Gue yakin Kak Hito nggak bener-bener benci sama lo. Misalpun iya, gue yakin Kak Ethan bisa memperbaikinya di hari lain. Kak Ethan orang baik, gue bisa ngerasain itu. Jangan putus asa, Kak.”

 “Genta juga orang baik. Dia cupu, nggak guna, nggak ada faedahnya hidup, tapi dia baik, Rhesya. Jadi, gue minta lo jangan kecewain dia. Buat apapun.”

 Namun, Genta memandang Ethan berbeda dari apa yang Ethan katakan. Genta seolah tidak nyaman dengan keberadaan Ethan, tetapi justru seperti ini Ethan yang sesungguhnya dalam pertemanan mereka. Rhesya semakin gugur akan perasaannya. Ia semakin jatuh cinta pada Ethan. Bagaimana ia bisa menjaga perasaan Genta jika suatu saat nanti benar apa yang dikatakan Ethan, bahwa kemungkinan buruknya adalah salah satu di antara ia ataupun Genta saling menyukai? Bagaimana?

 “Gimana caranya?” lirih Rhesya melepas cekalan tangannya lemah dari Ethan.

 “Gimana pun caranya.”

 “Kenapa Kak Genta nggak bisa lihat lo di sisi ini? Kenapa?” Rhesya bergumam lirih sambil menunduk dan memejamkan mata.

 “Sya?”

 “Kak Ethan...” Rhesya cepat mendongak dan membuka mata. Bukan. Ethan menghilang dari netra. Lagi dan lagi, Rhesya menunda perasaannya. Untuk kesekian kali.

 “Ethan?”

 “Maaf Kak Genta.”

 “Nyari Ethan?”

 “Nggak, Kak. Em, iya. Tadi Kak Ethan di sini nemenin gue nunggu lo. Tapi tiba-tiba aja dia ngilang.”

 Genta mengusap puncuk kepala Rhesya, sambil satu tangan yang lain memainkan kunci motor di jari-jari panjangnya. Ia melangkah menuju tempat motor miliknya diikuti Rhesya di balik punggung.

 “Udah masuk tadi si Ethan. Pelatihan Ardyaksa di lapangan bawah. Lo ditemenin malah ngitung semut di pavingan katanya.”

 Sekarang hari Rabu? Rhesya sampai lupa jika tadi Ethan mengambil seragam paskibra di dalam mobil. Seperti biasa, Genta membantu Rhesya mengenakan helm di kepala.

 “Mau ikut gue dulu nggak, Sya?”

 “Ke mana, Kak?” tanya Rhesya sembari menaiki motor Genta, lantas berpegangan pada hoodie pria itu.

 “Makan dulu.”

 “Mau, Kak. Gue laper.”

 Genta tersenyum sekilas, sebelum melajukan motornya keluar dari kawasan Merah Putih. Untuk apapun yang Genta lihat tadi, entah ia akan merasa seperti apa ketika melihat Rhesya berdua dengan Ethan. Genta tidak baik-baik saja seperti apa yang wanita di belakang tubuhnya ini lihat.

 Begitu pula dengan Rhesya yang semakin terbayang wajah Ethan. Bagaimana cara Ethan berbicara padanya atau malah setengah meminta untuk menjaga pria di hadapanya. Rhesya sempat mencuri-curi pandang pada pundak Genta, kemudian menatap helm yang menutupi wajah Genta juga dari spion.

 “Kak Genta.” Rhesya sedikit mengeraskan suara.

 “Iya?”

 “Emang masalah Kak Hito sama Kak Ethan seserius itu, Kak?”

 “Gue nggak terlalu tahu pastinya gimana. Si Saka yang tahu. Tapi kita lagi nyoba cari jalan keluar biar masalah ini cepet kelar.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Seharusnya Aku Yang Menyerah
113      97     0     
Inspirational
"Aku ingin menyerah. Tapi dunia tak membiarkanku pergi dan keluarga tak pernah benar-benar menginginkanku tinggal." Menjadi anak bungsu katanya menyenangkan dimanja, dicintai, dan selalu dimaafkan. Tapi bagi Mutia, dongeng itu tak pernah berlaku. Sejak kecil, bayang-bayang sang kakak, Asmara, terus menghantuinya: cantik, pintar, hafidzah, dan kebanggaan keluarga. Sementara Mutia? Ia hanya mer...
Winter Elegy
542      382     4     
Romance
Kayra Vidjaya kesuma merasa hidupnya biasa-biasa saja. Dia tidak punya ambisi dalam hal apapun dan hanya menjalani hidupnya selayaknya orang-orang. Di tengah kesibukannya bekerja, dia mendadak ingin pergi ke suatu tempat agar menemukan gairah hidup kembali. Dia memutuskan untuk merealisasikan mimpi masa kecilnya untuk bermain salju dan dia memilih Jepang karena tiket pesawatnya lebih terjangkau. ...
Premonition
466      286     10     
Mystery
Julie memiliki kemampuan supranatural melihat masa depan dan masa lalu. Namun, sebatas yang berhubungan dengan kematian. Dia bisa melihat kematian seseorang di masa depan dan mengakses masa lalu orang yang sudah meninggal. Mengapa dan untuk apa? Dia tidak tahu dan ingin mencari tahu. Mengetahui jadwal kematian seseorang tak bisa membuatnya mencegahnya. Dan mengetahui masa lalu orang yang sudah m...
Mana of love
209      141     1     
Fantasy
Sinopsis Didalam sebuah dimensi ilusi yang tersembunyi dan tidak diketahui, seorang gadis tanpa sengaja terjebak didalam sebuah permainan yang sudah diatur sejak lama. Dia harus menggantikan peran seorang anak bangsawan muda yang dikenal bodoh yang tidak bisa menguasai teknik adu pedang yang dianggap bidang unggul oleh keluarganya. Namun, alur hidup ternyata jauh lebih kompleks dari ya...
Batas Sunyi
1684      753     106     
Romance
"Hargai setiap momen bersama orang yang kita sayangi karena mati itu pasti dan kita gak tahu kapan tepatnya. Soalnya menyesal karena terlambat menyadari sesuatu berharga saat sudah enggak ada itu sangat menyakitkan." - Sabda Raka Handoko. "Tidak apa-apa kalau tidak sehebat orang lain dan menjadi manusia biasa-biasa saja. Masih hidup saja sudah sebuah achievement yang perlu dirayakan setiap har...
H : HATI SEMUA MAKHLUK MILIK ALLAH
31      29     0     
Romance
Rasa suka dan cinta adalah fitrah setiap manusia.Perasaan itu tidak salah.namun,ia akan salah jika kau biarkan rasa itu tumbuh sesukanya dan memetiknya sebelum kuncupnya mekar. Jadi,pesanku adalah kubur saja rasa itu dalam-dalam.Biarkan hanya Kau dan Allah yang tau.Maka,Kau akan temukan betapa indah skenario Allah.Perasaan yang Kau simpan itu bisa jadi telah merekah indah saat sabarmu Kau luaska...
40 Hari Terakhir
446      365     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Finding My Way
538      361     2     
Inspirational
Medina benci Mama! Padahal Mama tunawicara, tapi sikapnya yang otoriter seolah mampu menghancurkan dunia. Mama juga membuat Papa pergi, menjadikan rumah tidak lagi pantas disebut tempat berpulang melainkan neraka. Belum lagi aturan-aturan konyol yang Mama terapkan, entah apa ada yang lebih buruk darinya. Benarkah demikian?
When Flowers Learn to Smile Again
777      574     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
FINDING THE SUN
430      174     14     
Action
Orang-orang memanggilku Affa. Aku cewek normal biasa. Seperti kebanyakan orang aku juga punya mimpi. Mimpiku pun juga biasa. Ingin menjadi seorang mahasiswi di universitas nomor satu di negeri ini. Biasa kan? Tapi kok banyak banget rintangannya. Tidak cukupkah dengan berhenti dua tahun hanya demi lolos seleksi ketat hingga menghabiskan banyak uang dan waktu? Justru saat akhirnya aku diterima di k...