Loading...
Logo TinLit
Read Story - Halo Benalu
MENU
About Us  

"I-itu…”

Rhesya mendongak ketika Sheren mengayun-ayunkan lengannya. Genta? Rhesya bahkan belum mengatakan apapun pada Sheren, jika ia terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas yang kini berdiri di koridor kelasnya bersama Alvian.

 “Temennya Kak Hito?” Sheren hampir tidak percaya.

 “Sya.”

 Sheren semakin melongo ketika pria itu mendekat dan memanggil nama Rhesya di sampingnya. Ia bahkan tidak bisa berhenti berkedip memandangi sosok Genta dalam jarak begitu dekat. Sheren sama seperti Rhesya yang hanya bisa memandangi komplotan teman Hito itu dari jarak jauh. Jika Rhesya terpaku pada Ethan, justru dirinya tidak lepas pada Hito meskipun ia tahu jika Hito telah memiliki kekasih. Sheren tidak peduli sama sekali.

 “Kak Genta. Em, mau pulang sekarang?”

 “Sebenernya mau nongkrong di gedung olahraga sama anak-anak, soalnya ada tanding basket.”

 “Tanding basket, Kak?” Sheren yang menimpali, “ada Kak Hito?”

 Rhesya mencubit lengan Sheren untuk menahan diri. Ia merasa tidak enak dengan Genta, meskipun ia melihat Genta hanya mengangguk pada Sheren, lantas kembali menatapnya. Bola mata Genta begitu lembut ketika bertemu dengan manik Rhesya. Mau tidak mau Rhesya harus mengakui jika terkadang ia salah tingkah diperhatikan oleh Genta.

 “Mau ikut nonton dulu nggak?”

 “Apa?” Rhesya hampir tidak percaya. Menonton pertandingan basket? Menonton Ethan? Siapa yang tidak mau? Namun bersama Genta?

 “Mau, Kak!” seru Sheren, “ayo, Sya. Bukannya lo pengen lihat…”

 Rhesya buru-buru menginjak sepatu Sheren sampai membuat empunya merintih dan membungkam mulut. Hampir saja sahabatnya itu asal bicara di depan Genta. Rhesya tersenyum canggung pada Genta, sebelum mengangguk. Ia melihat senyum pria itu yang begitu manis, bahkan dalam hati, Sheren pun mengakuinya.

 “Ya udah, gue tunggu di gedung olahraga. Cari gue aja.”

 “Iya, Kak.”

 Genta berbalik, lantas pergi bersama Alvian yang berjalan mundur-mundur sambil memerhatikan Rhesya dan Sheren yang mematung bingung. Pria itu tiba-tiba melipat jari manis dan kelingking di kedua tangan, lantas mengarahkannya menyerupai bentuk pistol pada mereka berdua. Rhesya dan Sheren hampir tertawa dengan tingkah Alvian. Apalagi ketika melihat Genta menyimpan wajah Alvian pada ketiak hoodie abu-nya.

 “Busuk, woy! Nggak pernah lo cuci, ya!” ronta Alvian sambil berteriak memekak isi lorong.

 Rhesya dan Sheren tertawa pada akhirnya. Apalagi Sheren yang selera humornya lebih tinggi dari Rhesya. Tawanya sampai terpingkal memegangi perut. Rhesya terpaksa menepuk pundak sahabatnya untuk diam dan berhenti menertawakan tingkah Alvian.

 “Mau beli minum dulu nggak sebelum ke gedung?” tanya Sheren.

 “Boleh.”

 “Tunggu. Gimana ceritanya lo bisa kenal Kak Genta?” Sheren menggandeng lengan Rhesya yang berbalut cardigan warna cream.

 “Em, sebenernya gue dijodohin sama Kak Genta.”

 “Hah?!!” suara Sheren di depan lorong kantor guru cukup membuat beberapa anak yang hendak menuju gedung olahraga sekolah menoleh pada mereka. Rhesya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, malu menanggapi reaksi Sheren yang begitu heboh.

 “Maksudnya dijodohin?!”

 “Udah ayo sama jalan ke koperasi beli minum.” Rhesya melangkah terlebih dahulu. Masih merasakan malu ketika berdiri di samping Sheren yang sukses menarik perhatian orang-orang.

 “Itu seriusan? Tapi kan lo sukanya sama Kak Ethan.”

 “Iya makanya itu, gue jadi bingung. Ternyata Kak Genta anak sahabat papa. Gue nggak mungkin nolak dong di depan mereka. Lo tahu sendiri bokap gue kayak gimana. Sekali dia udah bertekad, bakalan susah buat dibujuk lagi.”

 Keduanya memasuki koperasi, lantas mengambil dua botol minum mineral di kulkas. Namun, netra Rhesya tidak sengaja menangkap satu cup smoothies alpukat di etalase paling bawah. Ia jadi teringat bagaimana Genta dengan handuk biru malam itu. Rhesya buru-buru menghilangkan ingatan memalukannya, tetapi ia juga berniat mengambil cup itu.

  “Smoothies?” tanya Sheren.

 “Heem.”

 “Tumben beli smoothies.” Sheren menutup pintu kulkas, kemudian mengekor langkah Rhesya menuju tempat pembayaran.

 Setelah selesai dengan transaksinya, kedua wanita itu keluar dari koperasi dengan panas matahari yang mulai condong ke arah barat. Seketika mereka melihat anak-anak basket tim lawan memasuki kantin sekolah. Sampai, maniknya tidak sengaja menemukan Ethan yang berlari menyusul salah seorang dari mereka memasuki teras kantin.

 “Kak Ethan?” Sheren memastikan.

 Senyum Rhesya tidak lepas memandang Ethan yang mulai duduk di meja bersama tim basket lawan. Pria itu selalu terlihat begitu keren ketika mengenakan jersey basket hitam bercorak kemerahan sekolahnya.

 “Gila emang nggak ada obat gantengnya.” Sheren ikut termangu di balik pundak Rhesya.

 Apa yang paling Rhesya sukai dari Ethan? Tinggi dan proporsi badannya yang terkesan ideal untuk takaran seorang pria? Atau keren dirinya ketika berdiri tegak memimpin upacara peringatan hari-hari besar di tengah lapangan? Atau karena tegas suaranya ketika pelatihan paskibra? Bahkan Ethan memiliki catatan baik di pasukan pengibar bendera SMA, sampai saat ini, ketika paskibra sekolah yang biasa mereka sebut dengan nama Ardyaksa merekrut anggota pelatihan baru.

Meskipun setiap hari Rabu, pria itu terpapar sinar matahari sehabis kelas berlangsung karena jadwal pelatihan anak-anak Ardyaksa, tetapi kulitnya tetap terlihat bersih dan sehat, seolah Ethan merupakan pria yang begitu pandai merawat diri. Semua kegiatan Ethan tergolong berat dan menggunakan fisik. Bahkan Rhesya pernah sesekali mencuri-curi melihat bagaimana Ardyaksa SMA-nya sedang melakukan pelatihan. Mereka tidak segan bermain dengan debu, tetapi Ethan tidak takut dengan hal-hal yang berhubungan dengan pelatihan militer. Ia bukan pria berharta yang manja. Jika tidak salah, Rhesya juga melihat Saka di anggota Ardyaksa dan basket sekolah.

“Masih mau nunggu Kak Ethan selesai minum?” tanya Sheren mengejutkan Rhesya yang masih termangu memandang wajah Ethan.

“Em, ke dalem aja.”

“Oke.” Sheren berlalu terlebih dahulu, disusul Rhesya di belakangnya. Meskipun sesekali dirinya masih mencuri pandang pada Ethan, yang bodohnya juga sedang menangkap basah dirinya. Rhesya buru-buru menunduk dan berjalan menjauh.

“Than? Liatin apa lo? Kayak orang kesambet, bangke.”

“Cewek.” Ethan tertawa ringan, kemudian menyeruput minumnya yang lagi-lagi menarik perhatian beberapa anak yang berjalan melintasi kantin. Mereka adalah adik kelas atau bahkan kakak kelas yang akan menonton pertandingan mereka sore ini.

“Bu, jadi berapa?” Ethan bangkit dari kursinya.

“Berapa gelas, Den Ethan?” tanya ibu kantin sedikit mengeraskan suara.

“Lima. Oh ya, kemarin si Saka ngambil apaan, Bu?” Ethan mengambil satu gorengan yang tersisa di keranjang plastik, lantas langsung dilahapnya masih dengan posisi berdiri. Tentu saja beberapa anak dalam kantin memandanginya dengan mata yang seolah-olah akan melompat keluar dari tempat.

“Den Saka…” ibu kantin itu keluar dari dapur sambil mengelap tangannya yang basah pada celemek, “kemarin ambil dua gorengan, satu mangkuk mie instan, sama es jeruk.”

Ethan mengeluarkan dompetnya, masih dengan mulut penuh gorengan, “sekalian ya, Bu. Gorengan satu ini kemakan. Sisanya buat ibu aja, bagi tuh sama Mpok Leha di belakang.”

“Wah, makasih banyak Den Ethan,” seperti biasa ibu kantin itu mengucapkan terima kasih pada Ethan jika memberikan uang berlebih.

“Den! Makasih, Den! Ganteng pisan ieu, Aden Ethan, dah!” seru Mpok Leha dari dapur.

Ethan hanya tersenyum membalas ucapan ibu kantin, lantas berlalu bersama kawanannya. Aturan pertama dalam mengenali sosok Ethan adalah pria itu sungguh tidak dapat ditebak bagaimana cara bersikap. Orang-orang akan mengenalnya sebagai anak manja, sok berkuasa, sombong, dan populer karena keluarganya yang terbilang kaya raya. Namun, di tongkrongan, nyatanya ia merupakan pria supel yang tidak perhitungan terhadap sesuatu, apalagi perihal keuangan. Ia begitu dekat dengan Saka, sahabat kecilnya. Ibaratkan di manapun ada Saka pasti di situ ada Ethan, begitupula sebaliknya.

Kemudian, peraturan kedua, Rhesya yang harus pandai-pandai ketika mencuri pandang dalam jarak dekat dengan Ethan. Pria itu bisa saja memergokinya seperti tadi. Degup jantung Rhesya kembali bertalu ketika melihat Ethan dan tim lawan memasuki lapangan. Kini semua mata tertuju pada Ethan dan Hito. Juga Lana yang tiba-tiba masuk melakukan pemanasan bersama Saka di sisi kiri lapangan. Saat itulah, tiba-tiba Ethan mendongak dan menangkap basah lagi dirinya yang tengah memperhatikan pria itu. Buru-buru Rhesya membuang wajah dan menoleh pada Genta.

“Kemanisan, Kak?” tanya Rhesya.

“Lumayan manis, tapi masih bisa gue telen.”

Rhesya tertawa pelan, meskipun tidak dapat dibohongi jika hatinya berdebar untuk Ethan. Mengapa? Rhesya begitu bodoh jika terus-menerus seperti ini.

“Kedip!” Rhesya menyapu wajah Sheren menggunakan telapak tangan yang membuat empunya menggerutu tidak terima.

“Dih, apaan sih.” Sheren kembali memperhatikan Hito yang membuat Rhesya menggelengkan kepala.

Ketika peluit pertama berbunyi, pertanda pertandingan dimulai. Kapten basket SMA Merah Putih dipegang oleh Saka. Pria itu memang begitu jago dengan taktik-taktik tipuannya. Apalagi didukung dengan tubuhnya yang kecil namun tinggi, membuatnya ikut tercatat dalam keanggotaan Ardyaksa Merah Putih. Namun tetap saja, pusat perhatian sebagian besar anak-anak terarah pada Ethan dan Hito. Dua pria yang hampir tidak dapat dibedakan mana yang lebih unggul populeritasnya.

“Kak Genta nggak ikut basket juga sama temen-temen?” tanya Rhesya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
In Her Place
722      486     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Our Perfect Times
812      586     7     
Inspirational
Keiza Mazaya, seorang cewek SMK yang ingin teman sebangkunya, Radhina atau Radhi kembali menjadi normal. Normal dalam artian; berhenti bolos, berhenti melawan guru dan berhenti kabur dari rumah! Hal itu ia lakukan karena melihat perubahan Radhi yang sangat drastis. Kelas satu masih baik-baik saja, kelas dua sudah berani menyembunyikan rokok di dalam tas-nya! Keiza tahu, penyebab kekacauan itu ...
Semesta Berbicara
902      550     10     
Romance
Suci adalah wanita sederhana yang bekerja sebagai office girl di PT RumahWaktu, perusahaan di bidang restorasi gedung tua. Karena suatu kejadian, ia menjauh dari Tougo, calon tunangannya sejak kecil. Pada suatu malam Suci memergoki Tougo berselingkuh dengan Anya di suatu klub malam. Secara kebetulan Fabian, arsitek asal Belanda yang juga bekerja di RumahWaktu, ada di tempat yang sama. Ia bersedia...
CTRL+Z : Menghapus Diri Sendiri
116      103     1     
Inspirational
Di SMA Nirwana Utama, gagal bukan sekadar nilai merah, tapi ancaman untuk dilupakan. Nawasena Adikara atau Sen dikirim ke Room Delete, kelas rahasia bagi siswa "gagal", "bermasalah", atau "tidak cocok dengan sistem" dihari pertamanya karena membuat kekacauan. Di sana, nama mereka dihapus, diganti angka. Mereka diberi waktu untuk membuktikan diri lewat sistem bernama R.E.S.E.T. Akan tetapi, ...
The Call(er)
1117      643     10     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
Sendiri diantara kita
796      499     3     
Inspirational
Sendiri di Antara Kita Arien tak pernah benar-benar pergi. Tapi suatu hari, ia bangun dan tak lagi mengingat siapa yang pernah memanggilnya sahabat. Sebelum itu, mereka berlima adalah lingkaran kecil yang sempurna atau setidaknya terlihat begitu dari luar. Di antara canda, luka kecil disimpan. Di balik tawa, ada satu yang mulai merasa sendiri. Lalu satu kejadian mengubah segalanya. Seke...
Menanti Kepulangan
39      35     1     
Fantasy
Mori selalu bertanya-tanya, kapan tiba giliran ia pulang ke bulan. Ibu dan ayahnya sudah lebih dulu pulang. Sang Nenek bilang, suatu hari ia dan Nenek pasti akan kembali ke bulan. Mereka semua akan berkumpul dan berbahagia bersama di sana. Namun, suatu hari, Mori tanpa sengaja bertemu peri kunang-kunang di sebuah taman kota. Sang peri pun memberitahu Mori cara menuju bulan dengan mudah. Tentu ada...
I Found Myself
40      36     0     
Romance
Kate Diana Elizabeth memiliki seorang kekasih bernama George Hanry Phoenix. Kate harus terus mengerti apapun kondisi Hanry, harus memahami setiap kekurangan milik Hanry, dengan segala sikap Egois Hanry. Bahkan, Kate merasa Hanry tidak benar-benar mencintai Kate. Apa Kate akan terus mempertahankan Hanry?
Tanpo Arang
36      30     1     
Fantasy
Roni mengira liburannya di desa Tanpo Arang bakal penuh dengan suara jangkrik, sinyal HP yang lemot, dan makanan santan yang bikin perut “melayang”. Tapi ternyata, yang lebih lemot justru dia sendiri — terutama dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di sekitar villa keluarga yang sudah mereka tinggali sejak kecil. Di desa yang terkenal dengan cahaya misterius dari sebuah tebing sunyi, ...
Jalan Menuju Braga
327      251     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...