Loading...
Logo TinLit
Read Story - Wabi Sabi
MENU
About Us  

      Seingat Aya, orang yang menyerang tuannya beraroma lembut; ada jejak aroma burung-burung kecil, masakan jepang yang Aya hafal diluar kepala, dan sedikit aroma rumput basah. Ada juga aroma nyaman lainnya yang Aya belum pernah ketahui ada aroma seperti itu sebelumnya. Dari penampilan dan aromana, Aya tidak menduga jika orang itu akan begitu bruntal, tuannya ditendang sampai tersungkur, dirinya beruntung terlindungi.

Hal yang Aya syukuri, tuannya juga tidak kalah bengis. Dia membalas tindakan musuhnya dengan sangat baik. Meski dari aroma mereka, Aya sadar tuannya tidak bisa mengalahkan orang itu. 

Mereka berganti medan, dan saat dia kira musuh tuannya kembali untuk menghajarnya, hal yang Aya dapati adalah sesuatu yang konyol; aroma penyesalan. Aya dapat menciumnya saat musuh tuannya mengangkat Aya. Kenapa ada aroma penyesalan? Apakah karna dia membuat Aya dan tuannya terpisah? Sekalipun tindakan selanjutnya sangat membingungkan karena dia membuat badan Aya tidak nyaman. 

Selipan pikiran buruk tentang tuannya yang terluka parah dalam pertarungan sempat ada, sampai kemudian tertepis karena Aya tidak mencium aroma darah sedikitpun. Jika terbunuh atau terluka, pasti ada aroma tidak mengenakkan tercium. Aroma yang lebih buruk dari ikan busuk di tong sampah.

Telinga Aya bergerak-gerak, dia mendengar suara langkah terburu-buru dari dalam kedai. Dua orang, mereka ribut sendiri, menambah keheranan Aya. Pemilik kedai ramen keluar, Aya dapat merasakannya rasa was-was mereka, seolah pertempuran tadi baru di dengar mereka. Bahkan seorang gadis bernama Koharu yang begitu menyukai tuannya kini keluar dengan rambut seperti habis tersangkut. 

Aya mendengkus, dia melupakan keadaaanya yang tidak lagi lemas, melupakan kekhawatiran pada tuannya, dan sibuk menghindari ciuman Koharu saat gadis itu menoleh kearahnya. Segala runtutan prediksi konyol Koharu dan ayahnya tentang tuannya membuat Aya terbelalak. Mereka mengira Aya dibuang tuannya pada mereka. Alasannya pun mulai beragam, mulai dari kemungkinan Aya yang pipis sembarangan, sampai tuannya yang sudah tidak mampu memberi Aya makan. 

     Aya mengeluarkan cakarnya, "Berhenti membuat rumor konyol!"

     Koharu memekik, dia mengelus-ngelus kepala Aya. "Dingin ya Aya-chan...baiklah kita masuk dulu oke, besok kita ke rumah Shun."

Aya menjawab dengan gumaman malas. Percuma, ucapannya tidak akan pernah dipahami. Dia menurut saja saat Koharu dan ayahnya membawanya kembali masuk ke kedai, melewati dapur, ruang tamu hangat, dan sebuah ruangan yang Aya tebak sebagai kebar Koharu.

Penuh aroma permen dan coklat susu yang menenangkan. Koharu meletakkannya di kasur yang terlalu besar bagi Aya, jadi begitu dilihatnya Koharu menutup mata, dia turun dan tidur di atas keset persegi. Itu membuatnya merasa memiliki 'zona ekslusif'. 

Harusnya Aya bisa tidur nyenyak sambil menunggu dijemput tuannya, tapi aroma kecemasan Koharu membuatnya tidak nyaman. Debar jantung, aroma keringat...apa Koharu tidak terganggu dengan suara itu? Akan lebih baik jika Koharu meluapkannya, tapi gadis itu malah hanya bergerak-gerak di atas kasur--suaranya pun mengganggu Aya. 

A.s.t.a.g.a.

Aya meregangkan badan, dia naik ke atas kasur dan menempel pada Koharu, menyalurkan energi ketenangan agar Koharu nyaman. Hal yang bisa dialakukan sebagai kucing hanyalah hal sederhana seperti ini. Detak jantung Koharu pun semakin stabil, ruangan ini lebih tenang untuk membuat Aya tertidur. 

Setelahnya, Aya dapat mendengkur. Dirinya juga menjadi lebih tenang, meski tidak bisa lagi tidur sepertinya. Ingatan Aya tentang kehangatan seperti ini tidak terlalu bagus. 

Dulu, Aya lahir di tengah salju. Dia belum bisa membuka mata, dan yang menghangatkan hanyalah ibunya yang sudah tidak lagi bernyawa. Tuannya lah yang membawa Aya sehingga Aya bisa hidup seperti sekarang.

Tuannya bernama Satsuya Shun. Omong-omong nama Aya diambil dari penggalan nama tuannya. Dia bahkan diberikan kalung dengan ukiran indah. Itulah kenapa Aya begitu menyukai tuannya.

Tuannya begitu baik hati, dia sering memberi makan kucing liar diuar rumah, bahkan membangun beberapa rumah dari papan kayu dibeberapa tempat. Katanya, agar tidak ada lagi kucing yang bernasib seperti ibu Aya.

Sebaik itu, dan lelaki tadi menuduh tuannya sebagai...yako? Aya tau tentang legenda siluman rubah, dia pernah mendengar dari nenek kucing yang juga tau tadi mendiang neneknya. Siluman rubah dibagi dua; yako dan zenko. Singkatnya yako adalah siluman rubah liar, dan zenko adalah siluman rubah dibawa Dewi Inari.

Aya tidak tau seperti apa Dewi Inari, dia belum pernah bertemu. Yang Aya pikirkan, Dewi Inari pilih kasih, kenapa coba harus memilah-milah orang untuk bekerja dibawahnya? Itu seperti seorang manusia yang hanya memelihara kucing ras, padahal kucing jalanan pun membutuhkan itu.

Nenek kucing membantah omongan Aya. Katanya Dewi Inari melampaui kata baik. Dia begitu karena yako diknal pembuat onar, bukankah kekuasaannya akan kacau jika diisi oleh orang-orang yang suka membuat keributan dimana-dimana?

Masuk akal, pikir Aya. Sejak itu, yako dipandangnya menjadi makhluk buruk. Dan itulah kenapa dia tidak setuju ketika ada yang mengatakan tuannya adalah yako. Mustahil, tidak ada yako sebaik itu kan?

Dari aroma pun, tuannya selalu beraroma salju—karena terlalu sering membantu tetangga membersihkan salju. Aya pernah melihat sendiri dari dalam rumah, dia sendiri masih takut untuk keluar disaat hari bersalju.

Selain aroma itu, ada juga campuran aroma-aroma lezat. Salmon kukus, tuna panggang, susu semanka, telur goreng, dan aroma-aroma lain yang ada saat tuannya selesai memasak. Aya tidak pernah mencium aroma apapun yang aneh.

...Kecuali kemarin.

Aya mengganti posisi tidurnya, dia mulai tidak nyaman. Kemarin, untuk pertama kalinya tuannya beraroma sangat berbeda. Itu aroma darah. Bukan aroma darah ikan, ayam, atau sapi. Tetapi manusia. Aya meringkuk, masuk kedalam selimut Koharu.

Tidak mungkin. Aya berusaha menepis kemungkinan itu jauh-jauh. Mungkin saja tuannya membantu orang yang terluka? Itu lebih masuk akal. Aya memejamkan mata, berusaha untuk terlelap.

Aya bermimpi. Dia berwujud seperti manusia. Tidak ada bulu—hanya rambut halus sebahu, tidak ada empat kaki—yang ada sepasang tangan dan kaki.

Aya menggerakkan jari-jari  tangan dan kakinya. Sensasi dingin dari lantai yang berkilauan benar-benar nyata. Dia di tempat indah, dengan bias cahaya lembut seperti mutiara. Tapi yang menarik perhatian Aya bukan berkilaunya perabotan di sekitarnya, tetapi suara tawa dan deru angin di luar balkon. Yang setelah diamati ternyata hanyalah awan yang bergerak sangat cepat.

Aya melangkah, melewati perabot-perabot itu. Dirinya melangkah dengan debaran kencang. Apakah dia berada dalam negri dongeng? Apakah di balkon itu dia bisa melihat naga atau kuda bertanduk? Sesampainya di balkon, dia termagu. Tidak ada naga atau kuda bertanduk. Tetapi ada banyak orang-orang menawan. Mereka bergaun putih dan berhiaskan sesuatu di kepala.  Itu sangat indah, seperti mahkota dengan uliran kayu rambat, tetapi terbuat dari tembaga atau emas.

Aya bahkan tidak berani bersuara, takut mereka akan mengusir atau lari darinya. Hal yang membuat Aya lebih tercengang, mereka bercanda diatas balkon seakan itu jalanan. Aya refleks berteriak saat ada yang tergelincir. Sontak semua tawa berhenti, menoleh ke arah Aya. Orang yang tadinya Aya kira jatuh, malah melayang sekarang, juga menghadap Aya dengan tatapan heran, seheran Aya yang melihat dua telinga rubah di kepalanya.

     “...Hai?” Salah satu dari mereka—gadis di pojok balkon—menyapa Aya. Senyumnya begitu rupawan, dia mendekat ke arah Aya. “Apa master mengirimmu?”

    “Master?” Aya bergerak mundur.

    “Master Yui,” Ulangnya, tangan gadis itu menggengam tangan Aya. “Kau hangat.”

     Aya menautkan alis, tidak mengenal nama itu, dan...justru gadis inilah yang aneh karena sangat dingin.

     Tidak menunggu jawaban Aya, gadis itu menoleh kebelakang dan berkata antusias. “Benar, dia dari bumi.”

     Dalam sekejap, Aya harus menahan napas karena dia tiba-tiba dikerumuni. Mereka menatapnya takjub, dan berkata. “Adakah pesan yang dititipkan master??? Kapan dia akan kembali ke sini?”

    Aya mengulum bibir, dan menggelengkan kepala. “...Tidak? Tempat apa ini?”

Pertanyaan Aya disambut wajah keheranan mereka.

     Gadis yang menggengam tangan Aya tertawa ringan, dia menepuk tangan Aya dan mewakilinya. “Mungkin kesadarannya masih minim, kalian berhentilah mengerumuninya.”

    “Kau membosankan, Rumi.” Salah satu dari mereka berceletuk, dan yang lainnya sepakat untuk membubarkan diri. Memilih duduk di pembatas balkon, kembali bercanda-canda.

     Rumi tersenyum pada Aya, baru Aya amati ternyata gadis di depannya memiliki mata yang unik; berwarna hijau dengan pupil vertikal. Dia menyeret ringan Aya ke tepi balkon. Mengenalkan dirinya, “Seperti yang mereka bilang, namaku Rumi.”

     Aya menyambut uluran tangan gadis itu, terlalu erat. Sebab Aya menyadari, betapa tingginya tempat mereka. “Aku Aya.”

     “Nah Aya...kau tidak akan datang kesini dengan cara sembarangan, pasti master yang menjadikanmu pengantar pesan.” Rumi menjelaskan hati-hati, suara ringannya entah kenapa tidak terganggu suara ribut awan-awan yang melintas.

     Aya menelan ludah, “Tapi aku tidak tau siapa master kalian.”

     Rumi menganggukan kepala, “Begitu...tapi apa kau bertemu dengan seorang lelaki keren? Kalo tidak salah...dia memakai tuxendo putih hitam, dan bermata emas—“

     “Eh—“ Aya membekap mulutnya, orang yang menyerang mereka. “Maaf...aku hanya merasa tau yang kau maksud.”

     Gadis itu hanya menggeleng dan tersenyum. “Apa dia mengatakan sesuatu tentang kami? Maksudku tentang istana langit.”

     “Istana langit...” Aya mengeja pelan, dan menggeleng. “Dia tidak mengatakan sesuatu sejenis itu. Sejujurnya, mengapa dia menyerangku dan tuanku.”

     Alis rumi terangkat, “Oke...jadi, kamu diserang?”

     Aya mengangguk.

     Rumi tertawa, “Astaga, Tuanku pasti sudah keterlaluan menyerang kucing imut sepertimu.”

     Aya hanya mengerjab, pipinya bersemu. Untuk pertama kalinya dia mendapat pujian secara langsung begini dalam wujud manusia.

     Rumi berdehem, senyumnya kini tersirat. “Kalo begitu, apa kau tidak keberatan dengan pesanku?”

     “Ya?”

     “Begini...bisakah kau segera memberitau master Yui, agar segera kembali secepatnya dan menghindari Dewa Shinigami?”

     “Shi-shinigami?!” Aya telonjak, tetapi berusaha bersikap normal kembali. “Ya...tapi, bagaimana caraku kembali? Ini, ini mimpi kan.”

     Rumi tersenyum, dia menunjuk ke bawah balkon. “Kau bisa lompat untuk bangun.”

     Aya menggeleng, kakinya mendadak kesemutan. Apa-apaan cara itu!

    “Kau tidak berani ya?” Belum sempat Aya menjawab, telunjuk Rumi terarah padanya. Aya melayang ke atas, lalu ke luar balkon, dan tepat ketika telunjuk Rumi megarah ke bawah, Aya terjun bebas. 

Suara Aya terlepas begitu saja, dia jatuh dengan kondisi angin yang memekakkan telinga. Disaat dirinya berpikir akan merasakan sakit, Aya hanya telonjak dan terbangun. Dia kembali ke bentuk kucingnya.

Ini kamar Koharu. Koharu sendiri masih meringkuk dalam selimut flannerlnya--tidak mendengar suara Aya, entah bermimpi apa. Ayapun  kembali meringkuk, badannya lemas. Mimpi buruk yang aneh, dia hanya mengingat kilasan-kilasannya, Tentang makhluk-makhluk rupawan di langit, dan percakapannya dengan seorang bernama Rumi.

     Aya mengeluarkan cakarnya, siapa yang mau menyampaikan jika dilempar?

     Selang beberapa jam, Aya merasa badannya diangkat. Dengan raut lesu dia membuka mata dan mendapati Koharu menggendongnya. Rambut gadis itu masih seperti sarang gagak, bahkan masih ada jejak iler di sudut bibir. Meski begitu, senyum manisnya tersungging pada Aya, "Kita ke rumah Shun sekarang."

Sekarang yang tidak berarti sekarang juga. Aya memutar mata malas. Koharu masih berhenti di dapur yang penuh berbagai aroma, dia memberikan Aya daging ikan salmon segar. Aya tidak punya alasan untuk menolaknya, dia memakan dengan lahap sambil mendengarkan celotehan Koharu. 

     "Aya-chan...kau tidak khawatir tentang Shun?" Koharu bersuara kecil, nyaris seperti bisikan. "Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya? Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam, suara keras itu membuatku kepikiran." 

     "Tidak. Mungkin tuanku seperti aku, terkadang memang ada pertarungan dalam hidup." Tuanku pasti kembali jika sudah selesai. Aya percaya itu, itulah kenapa saat ini dia bisa memakan salmon segar ini dengan begitu lahap. Omong-omong, Koharu salah menjelaskan situasi, itu bukan suara keras, tetapi sangat keras. Aya tidak pernah mendengar kucing manapun betarung sekeras itu. 

Mungkin karena manusia sangat besar. Aya melanjutkan makanannya sampai tak bersisa agar lekas diantarkan ke rumah tuannya. 

Sebenarnya dirinya tidak keberatan dengan salju—asalkan dia digendong, tapi Koharu benar-benar mendandani Aya dengan heboh. Memberikan baju kucing jantannya, topi yang pas untuknya, juga syal tuannya yang dililit sampai Aya merasa sedikit pengap. Memberontak sangat sia-sia, jadi dia hanya pasrah menerima perlakuan Koharu, selama hidungnya tidak terhalang sesuatu, itu bukan masalah. Tidak ada yang buruk sebenarnya, kecuali aroma baju kucing jantan yang dipakaikan padanya. aya mengeluarkan lidahnya jijik. Ini Aroma playboy.  

Aya mengkerutkan kumisnya, benar-benar tidak menyamankan. Dia bahkan harus berusaha keras tidak menatap Tobi—kucing Koharu—secara terang-terangan agar kucing playboy itu tidak salah paham dengan kondisinya. Dia tidak ingin menjadi kekasih kesekian Tobi, merepotkan jika dia harus bertarung dengan para kucing betina di komples ini. Itu jelas tidak sepadan dengan ketampanan Tobi yang standar.

     “Hai, Aya.” Tobi menundukkan kepalanya, sok bersikap hormat. “Aku tidak tau kau menginap di sini.”

     “Aku tidak menginap.” Aya berusaha menggapi datar dan mundur saat Tobi mendekat.

     Tobi sendiri terdiam sesaat, “Kau terlalu jual mahal padahal memakai bajuku.”

     Aya mencakar-cakar topi yang dipakainya sampai miring, “Aku tidak mau jika tidak dipaksa Koharu!” 

    Tobi mendekat, kucing dengan corak tiga warna itu berseringai. “Kau tau aku membawa keberuntungan, tidak ada salahnya memakai pakaian itu.”

    Aya meraung dan mencakar ke depan, “Berhenti bersikap menjijikkan!”

Beruntungnya Koharu segera menggendong Aya keluar. Koharu sendiri sudah berpakaian dingin lengkap, dia bahkan memakai penutup telinga bebentuk telinga kucing. Dapat Aya rasakan kikuknya Koharu saat para langganan di kedai menggodanya tentang Shun. Banyak yang berspekulasi tuannya menitipkan Aya karna hubungan mereka dekat. Yah, sebenarnya Aya tidak terlalu peduli. Para kucing pun gampang salah paham tentang beberapa hal. 

Dia diam dalam pelukan Koharu yang keluar dari kedai. Sekarang, matahari hokkaido berpendar lembut. Meski terkesan sendu dan pucat, Aya menyukai suhu yang mulai menghangat. Bekas pertarungan di pertigaan jalan sudah tidak ada, tapi Aya dapat menciumnya...ada aroma baru yang kuat. 

Bulu-bulu Aya berdiri, telinganya menekuk ke bawah, matanya membulat waspada mengintari sekitar. Aroma itu, adalah aroma orang yang membuat badannya lemas semalam. Siapa duga orang itu akan kembali, dan apakah alasannya? Mengejar tuannya? Atau mencari Aya? 

Aya meringkuk lebih dalam ke pelukan Koharu, buntut panjangnya melingkari lengan Koharu. Memang ada kucing lain yang mengincar teman musuh, harusnya Aya terbiasa. Tapi tetap saja rasanya sedikit menakutkan. Tidak terbayang hal kejam apa yang akan dia lakukan pada Aya, terlebih orang itu mengerti bahasa Aya, jelas dia bukan manusia biasa! Aya terus menatap sekitar dengan waspada. Rasa itu menurun ketika dia tidak menemukan apapun selama perjalanan. 

Rumah tuannya agak jauh dari kedai, Koharu yang pendiam tidak banyak bertegur sapa dengan orang-orang, begitupun dengan Aya. Entah kenapa hari ini tidak ada seekor kucing atau bahkan seekor burung pun...-

Tidak. Tunggu, ada yang salah. 

Aya kembali waspada, dia mengitari sekitar. Benar-benar tidak ada energi makhluk hidup selain manusia. Tanpa disadari, ternyata bulu-bulu Aya berdiri sejak tadi. Kengerian menjalarinya sekarang. Ini aura gelap mutlak, energi berat yang saking beratnya bisa tidak disadari seperti sekarang. Dan itu berasal dari rumah tuannya. 

     Aya mencakar bahu Koharu, tidak bisa, baju koharu tebal berlapiskan mantel. Aya mencakar wajah Koharu, "Berhenti! Tuanku tidak ada di rumah, bahaya!" 

Koharu hanya meringis, menahan tangan Aya dan masuk begitu mengetahui pagar dan pintu tidak terkunci.

     "Permisi...Shun?"

Tidak.

Tidak.

Berhenti.

Tidak peduli seberapa keras Aya berusaha memberi tau Koharu, gadis itu tetap masuk, dan tepat saat tangannya menyentuh area dalam pintu, gadis itu terjatuh. 

Aya memekik, berusaha keras untuk keluar dari tindihan bahu Koharu yang kehilangan energi hidupnya, sesuatu yang tidak bisa dia percaya.

Dia berhasil keluar dari tindihan Koharu, tapi tidak bisa bergerak setelahnya.

Di dalam rumah tuannya yang seharusnya kosong, berdiri sosok menjulang tinggi, aura gelap itu berasal darinya. Sosok itu menampakkan wujudnya, pandangannya begitu kaku, nadanya sangat dingin saat berkata. "Petaka."

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 1 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ballistical World
9937      1948     5     
Action
Elias Ardiansyah. Dia adalah seorang murid SMA negeri di Jakarta. Dia sangat suka membaca novel dan komik. Suatu hari di bulan Juni, Elias menemukan dirinya berpindah ke dunia yang berbeda setelah bangun tidur. Dia juga bertemu dengan tiga orang mengalami hal seperti dirinya. Mereka pun menjalani kehidupan yang menuntun perubahan pada diri mereka masing-masing.
Intertwined Hearts
1000      560     1     
Romance
Selama ini, Nara pikir dirinya sudah baik-baik saja. Nara pikir dirinya sudah berhasil melupakan Zevan setelah setahun ini mereka tak bertemu dan tak berkomunikasi. Lagipula, sampai saat ini, ia masih merasa belum menjadi siapa-siapa dan belum cukup pantas untuk bersama Zevan. Namun, setelah melihat sosok Zevan lagi secara nyata di hadapannya, ia menyadari bahwa ia salah besar. Setelah melalu...
The Ruling Class 1.0%
1407      588     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?
Cute Monster
669      383     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Alya Kirana
2058      960     1     
Romance
"Soal masalah kita? Oke, aku bahas." Aldi terlihat mengambil napas sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan berbicara, "Sebelumnya, aku udah kasih tau kan, kalau aku dibuat kecewa, semua perasaan aku akan hilang? Aku disini jaga perasaan kamu, gak deket sama cewek, gak ada hubungan sama cewek, tapi, kamu? Walaupun cuma diem aja, tapi teleponan, kan? Dan, aku tau? Enggak, kan? Kamu ba...
Love Letter: Mission To Get You
467      363     1     
Romance
Sabrina Ayla tahu satu hal pasti dalam hidup: menjadi anak tengah itu tidak mudah. Kakaknya sudah menikah dengan juragan tomat paling tajir di kampung. Adiknya jadi penyanyi lokal yang sering wara-wiri manggung dari hajatan ke hajatan. Dan Sabrina? Dicap pengangguran, calon perawan tua, dan... “beda sendiri.” Padahal diam-diam, Sabrina punya penghasilan dari menulis. Tapi namanya juga tet...
The Killing Pendant
2924      1189     2     
Mystery
Di Grove Ridge University yang bereputasi tinggi dan terkenal ke seluruh penjuru kota Cresthill, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa kriminalitas sesepele penyebaran kunci jawaban ujian akan terjadi di kelas angkatan seorang gadis dengan tingkat keingintahuan luar biasa terhadap segala sesuatu di sekitarnya, Ophelia Wood. Ia pun ditugaskan untuk mencari tahu siapa pelaku di balik semua itu, ke...
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
Code: Scarlet
25211      4923     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
Edelweiss: The One That Stays
2212      900     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...