Loading...
Logo TinLit
Read Story - To The Bone
MENU
About Us  

Saking kangennya, Nafa pergi ke mess Christian sambil membawa sebuah paper bag berisi oleh-oleh dari Inggris.

Christian sedang sibuk memperbaiki motornya di halaman.

 

“Lagi apa?” tanya Nafa sambil menyerahkan paper bag.

“Nih, aku bawa oleh-oleh dari Inggris.”

 

Christian membuka paper bag itu dan tersenyum, “Makasih, babe. Bagus, aku suka.”

 

“Aku lagi perbaiki rem motor ini. Tadi sudah beresin rantainya juga,” kata Christian sambil menunjukkan motornya.

 

“Mau aku bantu?”

 

“Memangnya kamu bisa?”

 

“Bisa bantu sedikit lah, misalnya pegangin obeng atau apa gitu, hehe. Aku sering ikut papa perbaiki motor, kok. Kenapa remnya rusak?”

 

“Minyak remnya masuk angin.”

 

Nafa terkekeh, “Aku pikir cuma manusia yang masuk angin.”

 

Christian tersenyum dan menjelaskan, “Maksudnya, udara masuk ke saluran minyak rem. Jadinya minyak rem mendidih dan rem gak berfungsi maksimal.”

 

“Oh, itu karena apa?”

 

“Gelembung udara di dalam minyak rem itu menahan dorongan ke kaliper. Coba bantu aku tekan tuas remnya, aku bakal buang udara itu.”

 

Nafa menekan tuas rem sekuat tenaga. “Seperti ini kan?”

 

“Oke, sudah cukup. Tolong ambilkan obeng dan kunci ring 8, ya. Kamu tahu, kan?”

 

“Iya, tahu. Ini kan?” Nafa mengambil obeng dan kunci inggris.

 

Christian tertawa, “Astaga, Nafa, itu kunci inggris, bukan kunci ring.”

 

“Hahaha, pasti karena kunci ini kamu jago bahasa Inggris,” celetuk Nafa sambil tersenyum.

 

“Ayo, ganti ambil yang benar.”

 

Nafa mengambil kunci yang benar. “Ini dia.”

 

“Iya, benar. Aku sebenarnya tahu, tadi cuma mau bercanda aja. Gak lucu, ya?”

 

“Tadi aku kan sudah ketawa, berarti lucu.” Christian lalu mencubit hidung Nafa.

 

Tangan Christian yang penuh oli tak sengaja mengotori hidung Nafa.

 

“Hidungmu kotor, sini aku bersihkan.”

 

Alih-alih membersihkan, Christian malah menyapu pipi Nafa dengan tangan yang kotor itu.

 

“Ah, babe, jangan gitu dong. Muka aku jadi kotor.”

 

“Ya udah, kamu bersihin dulu tangan dan muka kamu. Sisanya aku yang urus.”

 

“Kamu punya pembersih wajah?”

 

“Iya, ada di kamar.”

 

“Di mana?”

 

“Di dalam kotak silver di bawah tempat tidur.”

 

Nafa meraba-raba di bawah tempat tidur dan secara tak sengaja meraih sebuah panties wanita.

 

“Pasti punya Natasha. Mereka masih aja melakukan hal itu. Entah sudah berapa kali aku mempergoki hal-hal gak masuk akal dari mereka. Kesabaranku mulai habis.”

 

Nafa menginjak-injak panties itu lalu melemparkan kembali ke kolong tempat tidur.

 

Dia lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan wajah dan tangannya.

 

“Bahkan perlengkapan mandi Natasha ada di sini,” gumam Nafa sambil melihat pembersih wajah wanita merk mahal.

 

Sementara itu, Christian sudah selesai memperbaiki motor dan duduk di teras kamarnya sambil menikmati sebatang rokok.

 

“Hai, babe,” sapa Natasha sambil membuang rokok dan langsung memeluk Christian, menciumnya.

 

Christian mendorong Natasha, takut Nafa melihat.

 

“Kenapa kamu kemari?”

 

“Aku mau ambil panties yang ketinggalan kemarin, mungkin masuk kolong tempat tidur.”

 

Christian tepuk jidat. Dalam hati dia berdoa, “Semoga Nafa gak nemuin panties itu.”

 

Tiba-tiba Nafa keluar membawa pembersih wajah yang tadi diambil dari kamar mandi.

 

Christian dan Natasha menengok ke belakang.

 

“Itu punyaku,” kata Natasha cepat-cepat.

 

“Syukurlah dia gak nemuin panties itu,” pikir Christian sambil menyeka dada yang berdegup kencang seperti genderang perang.

 

“Sudah kuduga,” pikir Nafa dalam hati, merasa kesal dan dongkol.

 

“Kamu di sini, Nafa? Lagi apa? Ada barangmu yang ketinggalan?” tanya Natasha.

 

“Tidak, aku cuma cuci muka. Pakai ini sedikit tadi,” jawab Nafa sambil menunjukkan tube pembersih wajah.

 

“Maaf ya, kukira itu milik Christian.”

 

Nafa diam, tidak bertanya panjang, sudah tahu jawabannya.

 

Christian cuma diam, menahan rasa bersalah.

 

“Iya, gak masalah. Kamu ambil juga gak apa-apa,” kata Natasha.

 

“Gak perlu. Kamu sering mandi di sini ya? Aku lihat banyak body care-mu di kamar mandi.”

 

“Bukan cuma mandi, aku juga sering tidur di sini. Christian gak kasih tahu ya?”

 

“Oh, kalau begitu aku pergi dulu ya. Kalian nikmati pertemuan kalian.”

 

“Hati-hati di jalan,” ucap Natasha.

 

Christian mengejar Nafa, tapi tangan Christian ditahan Natasha. Christian melepasnya.

 

“Kamu mau ke mana?” tanya Natasha.

 

Christian tak menghiraukan, tetap mengejar Nafa. Natasha cuek dan merasa asalkan Christian ada saat dia butuh, itu cukup.

 

“Nafa, tunggu, aku bisa jelaskan,” Christian menahan tangan Nafa.

 

“Iya, aku paham kok. Kalian dekat sejak dulu sebelum ada aku,” jawab Nafa dengan nada ketus.

 

“Nafa, kamu jangan salah paham ya?”

 

“Sudah jelas terlihat salah pahamnya di mana?”

 

“Kamu marah?”

 

“Menurutmu?”

 

“Maafkan aku.”

 

“Kamu salah apa sampai minta maaf?”

 

“Aku takut kamu salah paham tentang aku dan Natasha.”

 

Nafa mengepalkan tangan, menahan tangis dan emosi.

 

“Sudah jelas ada hubungan, tapi masih saja gak mau ngaku,” batin Nafa kesal.

 

Nafa menarik napas panjang berusaha meredakan kesal.

 

“Gak apa-apa, babe. Aku tahu kamu dan Natasha teman dekat. Aku sudah dengar dari Titto,” ucap Nafa

Christian memeluk Nafa.

 

“Benarkah Nafa gak salah paham?” batin Christian.

 

Emosinya hampir meledak, air matanya hampir tumpah, tapi dia tahan.

 

“Oh, ternyata begini rasanya. Awalnya kupikir bisa menahan, ternyata pertahanan hatiku mulai goyah. Aku ingin memiliki dia seutuhnya. Apa aku mulai jatuh cinta padanya? Sejak kapan? Apa aku jadi perusak hubungan orang? Kenapa aku yang marah? Bukankah seharusnya Natasha yang marah padaku?”

 

Semua pertanyaan itu berputar di benak Nafa.

Nafa melepas pelukan Christian

Nafa bergegas ke ruang kerjanya.

 

Air matanya hampir tumpah, tapi dia tak mau orang lain tahu dia menangis.

 

Dengan cepat dia membuka laptop dan memutar film sedih.

 

Film belum mulai, air mata sudah membanjiri pipinya.

 

“Begitu banyak perasaan yang tak terucapkan. Hiks…”

 

Nafa tak pernah bercerita soal masalah hidupnya pada siapa pun. Dia hanya melampiaskan lewat menangis sambil menonton film sedih. Setidaknya jika ada yang melihat, dia punya alasan kalau air matanya karena film.

 

“Aku bisa hapus air mata di mataku, tapi… aku tak bisa hapus rasa sakit di hatiku.”

 

“Aku terlalu gegabah memutuskan masuk dalam hidupmu.”

 

Tiba-tiba nada dering ponsel Nafa berbunyi. Dia segera bergegas keluar dengan mata sembab.

 

Viktor yang baru tiba di Oasis Shade langsung memeluk Nafa erat dan lama, lalu mengecup keningnya.

 

“I miss you, my little sister. Kamu habis nangis ya?”

 

Viktor menyeka air mata Nafa. “Cup-cup, adik kecilku.”

 

“Aku sudah bukan anak kecil lagi.”

 

“Lalu kenapa menangis?”

 

“Habisi nonton film.”

 

“Oh.”

 

Tiba-tiba Christian datang dan meninju rahang Viktor hingga Viktor jatuh.

 

“What’s wrong with you, man?” tanya Viktor sambil berdiri mengusap bibir berdarah.

 

Christian hendak memukul lagi, tapi Nafa berteriak, “Christian, stop! Apa-apaan kamu?”

 

Christian menarik tangan Nafa keluar Oasis Shade.

 

“Siapa pria tadi?”

 

“Gimana perasaan kamu lihat aku dipeluk laki-laki lain, huh?”

 

Nafa tak menjawab, malah tersenyum sinis dan balik bertanya.

 

“Aku serius, Nafa. Jelas aku cemburu dan marah. Darahku mendidih lihatnya.”

 

“Kira-kira gimana perasaan aku lihat kamu ‘melakukan sesuatu’ dengan Natasha? Bukan sekali, sudah berulang kali. Aku diam, bertahan, sambil memastikan siapa aku bagimu. Kamu gak akan pernah ngerti sampai itu terjadi padamu.”

“Apa aku perusak hubungan orang di sini?”

 

 

“Kamu tahu hubungan aku sama Natasha? Maafkan aku. Aku bisa jelaskan, semua ada alasannya.”

 

“Aku tahu segala sesuatu terjadi karena alasan, kadang aku berharap tahu alasannya. Tapi sekarang, aku gak mau tahu.”

 

“Aku janji akan jelaskan. Tolong mengerti posisiku sekarang.”

 

“Kurang ngerti apa lagi aku sama kamu? Kamu mabuk-mabukan, ugal-ugalan pakai motor, aku bisa mengerti, itu hakmu. Aku gak berhak melarang. Tapi soal Natasha, aku sudah cukup bersabar. Kamu anggap aku apa? Karena sudah terbiasa, bukan berarti aku bisa terus menahan.”

 

Nafa tertawa sinis dengan nada emosi.

 

“Kupikir gak akan sesakit ini masuk ke hidupmu. Aku membuang jauh ego cuma ingin bersamamu. Kamu pikir aku gak tahu dari awal? Aku sengaja membiarkan. Kupikir kalau kamu benar-benar cinta, kamu akan lepaskan dia.”

 

Christian memeluk Nafa erat.

 

“Maafkan aku. Aku cinta kamu.”

 

Nafa mendorong Christian.

 

“Kita putus!”

 

“Kenapa kamu bicara begitu? Aku gak mau kita putus. Kasih aku waktu untuk perbaiki semuanya, Nafa.”

 

“Tinggalkan Natasha atau kita putus. Aku kasih waktu tiga hari. Setelah itu, kalau gak ada kabar, aku anggap kita putus dan jangan pernah hubungi aku sebelum kamu putuskan dengan pasti.”

 

Nafa meninggalkan Christian dan kembali ke Oasis Shade menemui Viktor.

 

“Maafkan temanku, Kak Viktor.”

 

“Kenapa dia marah padaku? Aku gak ada urusan sama dia. Kenal pun tidak. Dasar laki-laki aneh.”

 

“Sekali lagi maafkan dia, Kak. Mungkin dia lagi ada masalah.”

 

“Ayo jalan-jalan. Lama gak ketemu kamu.”

 

 

---

 

“Arghhh!” Christian berteriak keras.

 

Sore itu Christian stres berat memikirkan cara lepas dari Natasha. Dia benar-benar cinta Nafa tapi juga tak bisa lepaskan Natasha karena candu.

 

“Gimana ini, Titto? Aku pusing.”

 

“Sudah kubilang, jangan main-mainin hati wanita. Kalau begini, repot. Kamu harus putusin siapa yang benar-benar kamu cinta dan butuhkan.”

 

“Aku benar-benar cinta Nafa. Tapi aku juga butuh Natasha.”

 

Titto yang kesal tiba-tiba menonjok Christian dan pergi.

Malam itu, seperti biasa, mereka menggelar pesta di tepi pantai bersama para tamu yang baru saja menyelesaikan penyelaman. Musik berdentum, gelas-gelas penuh alkohol berseliweran, dan suasana dipenuhi tawa riuh.

 

Natasha datang dengan gaun tipis dan langkah percaya diri, langsung duduk di pangkuan Christian. Tangannya melingkar di leher pria itu.

I want you tonight,” bisik Natasha dengan penuh rayuan.

 

“We need to break up,” jawab Christian pelan tapi tegas.

 

“What? Are you serious?” Natasha menatapnya tidak percaya.

 

“I can’t do this anymore. I have a girlfriend.”

 

“A girlfriend? Since when? Do you even love her?”

 

Yeah. I do. I really do.”

 

Seriously? After everything between us? What about me? I freaking love you, Chris!”

 

No, Natasha. You love how I make you feel. You love my body. But not me. And honestly... I only stayed for the same reason.”

 

Are you kidding me right now?”

 

“I’m sorry. But this was never love.”

 

Bullshit!” Natasha menampar Christian dengan mata berkaca-kaca. “You’ll regret this!”

 

Lalu dia pergi meninggalkannya dalam kesunyian malam yang tetap riuh oleh musik dan ombak.

Tiga hari berlalu.

 

Christian tak kunjung menghubungi. Tidak satu pesan, tidak satu telepon. Nafa resah, mondar-mandir di ruang kerjanya seperti orang kehilangan arah. Sesekali menggigit ujung ibu jarinya dengan gelisah.

 

“Apa benar harus berakhir begini?” pikirnya. “Padahal yang kuinginkan bukan perpisahan. Aku tidak ingin kehilangan Christian. Aku... aku sudah mulai menyukainya”

 

Air matanya nyaris jatuh, tapi ia menahannya.

 

“Aku tidak bisa menyerah begitu saja. Tapi... apakah dia tidak benar-benar menyukaiku? Apakah dia lebih memilih Natasha?”

 

Dadanya nyeri. “Memikirkannya saja begitu pilu. Aku belum siap terluka...”

 

Tok tok.

 

“Ya, silakan masuk,” sahut Nafa cepat, tersentak dari lamunannya.

 

Seorang staf menyembul dari balik pintu. “Bu Nafa, ada yang mencari Ibu di luar.”

 

“Oh iya, sebentar...” Dalam hati Nafa membatin penuh harap: “Pasti Christian...”

 

Ia bergegas keluar. Tapi ternyata bukan. Yang berdiri di depan adalah Titto.

 

“Eh, Titto? Ada apa?”

 

“Kamu harus ikut aku sekarang,” ucap Titto cepat, langsung menarik tangan Nafa menuju parkiran.

 

“Lho, kita mau ke mana? Ada apa sih?”

 

“Naik dulu, nanti aku jelaskan di jalan.”

 

Mobil melaju pelan. Di dalamnya, suasana sunyi sesaat sebelum Titto mulai bicara, pelan tapi serius.

 

“Tiga hari lalu, Christian memutuskan hubungan dengan Natasha. Dan Natasha... marah besar. Malam itu juga dia langsung berangkat ke Australia.”

 

Nafa menoleh cepat. “Terus?”

 

“Karena itu, Christian terancam dipecat dari Excellent Diving.”

 

Nada Nafa meninggi. “Jadi kamu menyalahkanku karena Natasha pergi?”

 

“Bukan! Bukan itu maksudku. Dengar dulu, ya?” Titto menarik napas. “Christian stres berat karena semua ini. Dia gak makan, gak minum. Dia cuma tenggak alkohol selama tiga hari.”

 

Mereka berhenti di depan rumah sakit.

 

“Dan akhirnya, dia diopname di sini. Asam lambungnya kambuh parah.”

 

Nafa tertegun. Matanya membesar.

 

“Aku tahu Christian itu brengsek,” lanjut Titto, “tapi kali ini... dia benar-benar jatuh cinta. Aku gak pernah lihat dia kayak gini. Dia pernah main sama banyak wanita. Tapi sama kamu, dia serius.”

 

Titto membuka pintu kamar rawat inap. “Masuklah. Bicaralah dengan dia. Jujur. Aku tunggu di parkiran.”

 

Nafa masuk perlahan. Christian tertidur lemas. Wajahnya pucat, bibirnya kering.

 

Nafa duduk di samping ranjang, memegang tangannya yang diinfus. Air matanya jatuh tanpa suara.

 

“Kenapa kamu menyakiti dirimu seperti ini?”

 

Tangannya tak sadar mencengkram tangan Christian erat-erat.

 

“Aww... sakit...” Christian mengerang pelan dan membuka mata.

 

“Nafa?”

 

“Maaf... aku gak sengaja...” Nafa buru-buru melepas cengkramannya. Wajahnya penuh air mata.

 

“Jangan menangis. Aku belum meninggal, kok.” Christian tersenyum lemah. Ia mengusap pipi Nafa, merapikan rambutnya yang berantakan.

 

“Maaf... karena aku kamu sakit.”

 

“Harusnya aku yang minta maaf. Aku egois... gak mikirin perasaanmu.”

 

Christian menatapnya dalam-dalam.

 

“Kita mulai lagi dari awal, ya? Aku janji, gak akan ada Natasha-Natasha lain. Cuma ada kamu. Nafa.”

 

Nafa mengangguk. Matanya masih basah.

 

“Ngomong-ngomong...” kata Christian, “Siapa pria yang peluk kamu waktu itu?”

 

“Oh, itu Viktor. Kakak Yanto.”

 

Christian mengerutkan dahi. “Hari itu aku benar-benar emosi... cemburu setengah mati. Sampaikan maafku ke dia, ya.”

 

“Udah, waktu itu aku udah bilang. Sekarang dia juga udah balik ke tempat kerjanya.”

 

“Ngomong-ngomong,” ujar Christian, mencoba duduk, “hari ini aku sudah boleh pulang.”

 

“Kamu masih pucat gini. Mana bisa!”

 

“Aku udah pulih, babe. Serius.”

 

“Aku telepon Titto, biar bantu kamu. Tapi... kalau kamu udah kuat nanti, aku mau tahu semuanya. Ceritakan dari awal—tentang kamu dan Natasha.”

 

Christian menatap Nafa, lalu mengangguk. “Yakin kamu mau dengar?”

 

“Terserah kamu aja.”

 

Christian menarik napas. “Oke... empat tahun lalu, waktu aku mulai kerja di Excellent Diving, Natasha—seperti kamu tahu—pemiliknya. Dia tertarik... sama tubuhku. Lalu dia ajak aku ‘kerjasama’. Jadi, kapan pun dia butuh, aku harus jadi temannya di ranjang. Dia bayar mahal. Aku tergoda. Fisiknya... kamu tahu sendiri. Gak semua orang bisa nolak.”

 

Nafa terdiam. Ekspresinya campur aduk.

 

“Awalnya kupikir itu cuma pekerjaan. Tapi makin lama... aku ketagihan. Susah lepas. Tapi sumpah, aku gak pernah punya perasaan ke dia.”

 

“Bohong! Empat tahun dan kamu gak punya perasaan? Mana mungkin?”

 

“Sumpah, Na. Banyak wanita yang datang dan pergi. Tapi yang bikin hatiku benar-benar bergetar... cuma kamu.”

 

“Cukup. Jangan gombal.”

 

Tok tok.

 

Seorang perawat masuk. “Permisi. Bapak Christian sudah boleh pulang. Saya bantu lepaskan infusnya, ya.”

 

Setelah selesai, perawat menyerahkan resep. “Ini nanti ditebus, ya. Saya permisi dulu.”

 

Nafa tersenyum kecil sambil menatap Christian yang mulai berbenah. Dalam hatinya ia bergumam,

 

“Sereceh ini hatiku. Bisa-bisanya aku meleleh cuma karena gombalan itu.”

 

Beberapa saat kemudian, Titto masuk.

 

“Lama banget sih kalian,” keluhnya.

 

“Pas banget. Christian udah boleh pulang. Tolong bantu dia, ya. Aku mau nebus resep dan bayar rumah sakit.”

 

Nafa keluar.

 

“Gimana? Aman?” tanya Titto sambil bantu Christian berdiri.

 

Christian tersenyum. “Kami memutuskan mulai dari awal.”

 

“Maksudnya... putus?”

 

“Ya ampun, oon! Maksudnya lanjut, ya lanjut!”

 

“Oalah. Mana aku tahu urusan beginian. Aku kan jomblo sejak lahir.”

 

Christian tertawa. “Makanya, belajar, Tit!”

 

 

---

 

Beberapa hari kemudian, di resort...

 

“Dari mana aja kamu?” tanya Iriantie saat melihat Nafa masuk.

 

“Dari rumah sakit.”

 

“Siapa yang sakit? Papamu?”

 

“Christian.”

 

“Pantas beberapa hari ini gak ada yang datang nyium keningmu. Hahaha.”

 

Iriantie tertawa, tak tahu apapun. Nafa hanya ikut tersenyum.

 

Hubungan mereka berlanjut. Seperti tak pernah ada luka. Tapi di balik senyum yang mulai kembali, keduanya tahu: kali ini, cinta itu bukan main-main.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Horses For Courses
11692      2331     18     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.
Unending Love (End)
16959      2528     9     
Fantasy
Berawal dari hutang-hutang ayahnya, Elena Taylor dipaksa bekerja sebagai wanita penghibur. Disanalah ia bertemua makhluk buas yang seharusnya ada sebagai fantasi semata. Tanpa disangka makhluk buas itu menyelematkan Elena dari tempat terkutuk. Ia hanya melepaskan Elena kemudian ia tangkap kembali agar masuk dalam kehidupan makhluk buas tersebut. Lalu bagaimana kehidupan Elena di dalam dunia tanpa...
The Presidents Savior
9644      2109     16     
Action
Semua remaja berbahaya! Namun bahaya yang sering mereka hadapi berputar di masalah membuat onar di sekolah, masuk perkumpulan tidak jelas yang sok keren atau berkelahi dengan sesama remaja lainnya demi merebutkan cinta monyet. Bahaya yang Diana hadapi tentu berbeda karena ia bukan sembarang remaja. Karena ia adalah putri tunggal presiden dan Diana akan menjaga nama baik ayahnya, meskipun seten...
Danau Toba and My English Man
668      419     0     
Romance
Tentang Nara dan masa lalunya. Tentang Nara dan pria di masa depan.
Tiba Tiba Cinta Datang
473      326     0     
Short Story
Cerita tersebut menceritakan tentang seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis manis yang suka pada bunga mawar. Lelaki itu banyak belajar tentang cinta dan segala hal dari gadis dan bunga mawar
Darah Dibalas Dara
581      333     0     
Romance
Kematian Bapak yang disebabkan permainan Adu Doro membuat Dara hidup dengan dihantui trauma masa lalu. Dara yang dahulu dikenal sebagai pribadi periang yang bercita-cita menjadi dokter hewan telah merelakan mimpinya terbang jauh layaknya merpati. Kini Dara hanya ingin hidup damai tanpa ada merpati dan kebahagiaan yang tiada arti. Namun tiba-tiba Zaki datang memberikan kebahagiaan yang tidak pe...
Tyaz Gamma
1435      907     1     
Fantasy
"Sekadar informasi untukmu. Kau ... tidak berada di duniamu," gadis itu berkata datar. Lelaki itu termenung sejenak, merasa kalimat itu familier di telinganya. Dia mengangkat kepala, tampak antusias setelah beberapa ide melesat di kepalanya. "Bagaimana caraku untuk kembali ke duniaku? Aku akan melakukan apa saja," ujarnya bersungguh-sungguh, tidak ada keraguan yang nampak di manik kelabunya...
Bintang, Jatuh
3613      1449     0     
Romance
"Jangan ke mana mana gue capek kejar kejar lo," - Zayan "Zay, lo beneran nggak sadar kalau gue udah meninggal" - Bintang *** Zayan cowok yang nggak suka dengan cewek bodoh justru malah harus masuk ke kehidupan Bintang cewek yang tidak naik kelas karena segala kekonyolannya Bintang bahkan selalu mengatakan suka pada Zayan. Namun Zayan malah meminta Bintang untuk melupakan perasaan itu dan me...
North Elf
2130      1001     1     
Fantasy
Elvain, dunia para elf yang dibagi menjadi 4 kerajaan besar sesuai arah mata angin, Utara, Selatan, Barat, dan Timur . Aquilla Heniel adalah Putri Kedua Kerajaan Utara yang diasingkan selama 177 tahun. Setelah ia keluar dari pengasingan, ia menjadi buronan oleh keluarganya, dan membuatnya pergi di dunia manusia. Di sana, ia mengetahui bahwa elf sedang diburu. Apa yang akan terjadi? @avrillyx...
The Eternal Love
21210      3191     18     
Romance
Hazel Star, perempuan pilihan yang pergi ke masa depan lewat perantara novel fiksi "The Eternal Love". Dia terkejut setelah tiba-tiba bangun disebuat tempat asing dan juga mendapatkan suprise anniversary dari tokoh novel yang dibacanya didunia nyata, Zaidan Abriana. Hazel juga terkejut setelah tahu bahwa saat itu dia tengah berada ditahun 2022. Tak hanya itu, disana juga Hazel memili...